Oleh: Dr. Jeje Zaenudin, Waketum PERSIS dari Makkah, Jelang Tarwiyah
Mendekati puncak haji tahun ini, 1443 H. yang akan dimulai tanggal 8 sampai dengan 13 Dzulhijjah, yang bertepatan dengan 7 sampai dengan 12 Juli 2022 waktu Saudi Arabia, seluruh jamaah haji dari pelbagai negara sudah terkonsentrasi di kota Mekkah.
Pada waktunya nanti, yaitu mulai tanggal 8 Dzulhijjah, sebagian jamaah haji ada yang mengambil Tarwiyah menuju Mina untuk melaksanakan syariat mabit di Mina sebelum tanggal 9 menuju Arofah. Sebagian lagi jamaah diangkut langsung menuju Arofah untuk persiapan puncak haji yaitu Wukuf tanpa bermalam di Mina.
Itulah ketetapan kesepakatan negeri-negeri muslim dengan penerintah Saudi Arabia.
Sebab itu bagi para jamaah haji yang mengambil ibadah mabit dimina pada tanggal 8 Dzulhijah alias Tarwiyah, menempuh prosedur tersendiri. Yaitu lapor dan daftar kepada kepala sektor dan direktur Maktab yang memvawahinya.
Karena Tarwiyah di Mina belum ada fasilitas dan akomodasi yang diperjanjikan pemerintah Indonesia dengan Saudi, konsekwensinya para jamaah haji yang mau Tarwiyah harus mengeluarkan biaya tambahan untuk sewa tranportasi dan biaya konsumsi selama berada sehari semalam di sana. Selain itu harus menandatangi pernyataan bertanggungjawab atas para jamaahnya selama Tarwiyah.
Konsekwensi lainya, selama Tarwiyah belum ada tenaga dokter dan paramedis yang melayani mereka, sebab semua petugas haji konsentrasi pelayanan di Arofah. Maka para pimpinan KBIH harus juga mempersiapkan tenaga medis sendiri sebagai antisipasi jika terjadi insiden yang tidak diinginkan.
Situasi ini memang masih jadi bahan polemik sepanjang penyelenggaraan haji bagi yang ingin tetap Tarwiyah dengan kebijakan kesepakatan Pemerintah Indonesia dan Saudi.
Idealnya pemerintah harus menyediakan pelayanan sempurna dan sama bagi yang mengambil Tarwiyah maupun yang tidak sebagai bentuk tanggungjawab terhadap
warganegara yang melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan dan paham yang dipegangnya. Pelaksanaan perjalanan ibadah Haji adalah hajatan dan misi nasional, bukan semata ibadah ritual. Sebab itu kesuksesan dan kekurangannya dipertanggungjawabkan oleh negara. Kita mendorong agar seluruh rangkaian ritual haji terayomi dan terlayani dengan baik dan adil, termasuk prosesi Tarwiyah.
Kenyataannya, sampai saat ini masih ada kendala Tarwiyah dari pihak Maktab, seperti penetapan harga yang tidak seragam bahkan terkesan dikomersilkan lagi. Kemudian persyaratan yang terkadang beda-beda antara satu Maktab dengan Maktab yang lain. Hal ini tentu terasa mengganggu kenyamanan para jamaah haji yang mau Tarwiyah.