Makkah, persis.or.id – Dokter Spesialis Kejiwaan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr. Ahmad Andi Sameggu. Sp.KJ, menjelaskan, saat ini, ada 66 orang Jemaah yang dirawat di KKHI.
Selama masa skrining itu, para jemaah akan digolongkan menjadi demensia berat sedang dan ringan. Jika jemaah tergolong dalam demensia berat dan sedang, mereka akan dilarang untuk berangkat.
“Sementara demensia ringan masih diizinkan untuk beribadah ke Makkah,” ujar dr. Ahmad kepada Media Center Haji di Makkah, Kamis (6/6/2024).
Kebanyakan pasien dimensia yang mereka tangani memiliki catatan demensia ringan ketika di Indonesia. Sesampainya di sini, penyakit itu bisa kambuh karena faktor kelelahan dan kurang minum.
Faktor lain, kata dia, adalah kurangnya dukungan sosial dari jemaah lain. Akhirnya jemaah bingung. Mereka masih menganggap saat ini masih berada di kampung halamannya.
“Bahkan, faktor jendela saja bisa mempengaruhi para jemaah demensia. Jendela dan kamar hotel tertutup akan bikin mereka bingung. Mereka tidak sadar kalau sudah berada di Makkah. Makanya perlu diajak jalan-jalan,” ungkapnya.
Ia menerangkan, demensia sendiri adalah sebuah sindrom yang biasa menyerang manusia berusia lebih dari 65 tahun. Gangguan ini menyerang otak sehingga menurunkan daya ingat dan daya pikir. Penderita demensia biasanya akan mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang. Salah satu disorientasi tempat yang biasa terjadi kepada jemaah adalah mereka merasa belum berada di Makkah.
Sementara disorientasi waktu yang banyak ditemukan adalah jemaah lupa siang atau malam. Selain itu dia juga mengalami gangguan emosi dan perilaku. Jemaah demensia jalan mondar mandir.
“Perilaku sosialnya marah-marah mengurung diri dll. Kumpulan gejala itulah dikatakan sebagai demensia,” papar dr. Ahmad.
Demensia biasanya terjadi pada lansia usia 50-60 sudah muncul di sini ada faktornya. Otaknya mengkerut. Kemudian bio psycho gejala mood kesedihan kecemasan situasi yang baru.Jenis-jenis demensia ada banyak. Yang paling banyak ditemukan pada jemaah adalah demensia Alzheimer dan Vascular. Alzheimer: sudah mengalami kemunduran secara bertahap dan hilang ingatan. Biasanya karena kekurangan cairan. Vascular: karena stroke.
Secara umum demensia yang terjadi pada jemaah itu karena kurang cairan. takut kencing di pesawat sehingga mengurangi minum, akhirnya dehidrasi dan akhirnya demensia.
“Kaya tadi saya menemukan jemaah sedang ihram umrah. Terpisah dari temannya akhirnya gelisah. Bingung tak tahu arah. Ditemukan oleh petugas sektor di sekitar hotel,” ucapnya.
Instruksi Kemenag, lanjut dr. Ah,ad, pasien psikitari itu hukumnya badal semua. Tapi, beberapa hari sebelum safari wukuf akan dilihat kondisinya. Kalau penilaian menunjukkan dia tahu tempat dan sadar akan ikut safari wukuf.
Bagaimana penanganan pertama pada jemaah demensia?
Dr. Ahmad menjelaskan, pertama, tenangkan, periksa darah, periksa rontgen, dari hasil itu kalau ada temuan penyakit lain akan konsultasi dengan spesialis penyakit dalam. Kalau ada gangguan pada darah akan diobati sppd diinfus atau minum obat.
“Kalau ada parunya juga bisa pnuemonia. Kerjasama tim dalam menangani pasien sangat di perlukan. Dan akhirnya Jemaah tersebut dirawat di spesialis paru,” kata dia.
Indikator kesembuuhan atau pemulangan pasien demensia di sini?
Tidak lagi gaduh gelisah. sudah tidak disorientasi tempat, waktu, dan orang. biasanya sudah punya kesadaran untuk umrah dan haji. Juga ada kepatuhan minum obat. Jika semua sudab bagus bisa pulang.Kami kendalamya karena banyak penolakan sosial karena riwayat kegelisahan. Ada penolakan dari anggota kloter karena pasien pernah meracau gelisah akhirnya dikembalikan ke KKHI. Akhirnya harus bekerja sama dengan binbad untuk menyadarkan jemaah haji lain.
Bagiamana cara menghadapi kalau ketemu pasien demensia?
Tenangkan. Ajak menepi jalan. Amankan, beri rasa aman. Kalau sampai berontak hubungi petugas kesehatan. Akan ditangani lebih lanjut.Demensia bisa dilakukan deteksi dini. Ada beberapa indikator, misalanya kalau sudah murung tidak mau ngobrol. Gak ikut ibadah, tak mau keluar kamar. Tidak mau makan. Bingung lupa waktu salat. Itu sudah tanda. Kalau sudah ada tanda itu, beri rasa aman.
Orangtua itu suka ditepuk, orangtua di manapun butuh sentuhan. Tanyakan perasaannya. Kita temani dan ajak ngobrol dan makan kita suapi. Hal ini, pasien akan merasa mendapat dukungan dan rasa aman serta merasa diperhatikan dan dukungan.
Kapan harus mulai memanggil tenaga kesehatan?
Kalau sudah mulai dengan gelisah, tidak mau makan, bicaranya sudah bingung. Serta dampak lainnya, akan merusak barang orang.
“Kalau sudah seperti itu cepat koordinasikan dengan tenaga kesehatan. Dan pihaknya akan menangani Jemaah lansia dimensia dengan semua ini. Dengan penuh rasa kasih sayang” pungkasnya.
Dari Makkah, Henri persis.or.id tim Media Center Haji (MCH) 2024 melaporkan.