Yogyakarta, persis.or.id – Kamis (05/09) hingga Minggu (08/09) kemarin, Pimpinan Wilayah (PW) Hima PERSIS DIY melaksanakan Kaderisasi Anggota Baru Himpunan (KABAH).
Digelar di Wisma Yakes Kaliurang, Yogyakarta, kegiatan tersebut bertajuk “Revolusi Spiritual dan Intelektual Kader dalam Adaptasi Gerakan Hima PERSIS di Tanah Mataram”.
Tema tersebut, kata Nabil Zaidan Muharram selaku ketua pelaksana acara, dilatari kondisi mahasiswa yang carut-marut dalam menghadapi dunia modern.
Di antaranya sewaktu dihadapkan dengan dunia digital yang melenakan. Sehingga bukan saja hubungan dengan Tuhan yang dilalaikan, tapi juga kewajiban terhadap sesama manusia dan alam yang diabaikan.
Menurutnya, di tengah kemajuan teknologi dan kecepatan informasi, dimensi spiritual memberikan landasan moral dan etika yang diperlukan. Spiritual membantu individu untuk menjaga keseimbangan, menemukan makna hidup, dan mengatasi stres yang sering kali muncul di dalam kehidupan modern yang sibuk.
"Sementara itu, aspek intelektual memungkinkan calon kader Hima PERSIS untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang teknologi, ilmu pengetahuan, dan isu-isu yang terjadi sekarang. Sehingga dapat membantu kita dalam mengambil keputusan yang bijaksana, memberi solusi alternatif, dan ikut berkontribusi,” paparnya.
Maka dari itu, harapan penyelenggaraan KABAH kali ini, kata dia, merupakan ikhtiar dari PW Hima PERSIS DIY untuk menanamkan nilai-nilai spiritual dan intelektual kepada kader baru.
"Sesuai dengan falsafah ulul albab yang nantinya akan sangat berguna di kehidupan bermasyarakat,” lanjutnya.
Mengenai materi yang diberikan, ekologi menjadi salah satu hal yang diutamakan. Selain menjadi grand design dan arah gerakan dari PW Hima PERSIS DIY, Rizal Asad mengatakan juga berguna dalam menghadapi krisis iklim yang banyak dirasakan sekarang seperti cuaca panas dan sampah.
Rizal mengatakan, ekologi juga berperan dalam menjaga iklim global dan mengurangi dampak perubahan iklim yang merugikan.
“Dengan memahami dan memelihara lingkungan sekitar sekarang, kita juga sedang mencegah kehancuran di masa depan,” terang Ketua PW Hima PERSIS DIY tersebut.
Asad, panggilan akrabnya, sewaktu mengisi materi ekologi banyak menerangkan pentingnya memilih dan memilah sampah.
Dengan membawa karung berisi sampah, dirinya mempraktikkan bagaimana seharusnya memperlakukan sampah organik dan anorganik.
Terkait isu ekologi yang dibawa PW Hima PERSIS DIY, salah satu pemateri KABAH, Muhammad Rizaldi Mina memiliki kesan yang unik selama acara berlangsung.
“Saya jadi memiliki imajinasi bahwa air yang kita miliki itu melimpah dan bisa mengalir dari rumah ke rumah setiap harinya. Dan itu didapatkan secara gratis,” ujarnya.
Perkataan tersebut ia utarakan sebab melihat kondisi kemarau panjang yang sekarang terjadi, ditambah krisis iklim yang membuat hal demikian semakin menjadi.
Oleh karenanya, grand design yang dibawa PW Hima PERSIS DIY menjadi sangat penting untuk dilakukan dan didukung.
Lebih lanjut, Rizaldi yang merupakan Ketua Bidang Hukum dan HAM di PP Hima PERSIS Periode 2022-2024 ini menjelaskan, isu ekologi khususnya di internal PERSIS perlu digalakkan.
"Mengingat PERSIS secara umum masih berkutat pada pendidikan dan fikih, sedang ekologi belum," ungkapnya.
Sebenarnya, kata dia, beberapa tokoh PERSIS pernah mengungkapkan keresahan terkait isu lingkungan lewat buku.
Misalnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) PERSIS Periode 2010-2015, Maman Abdurrahman yang telah menulis buku berjudul 'Memelihara Lingkungan dalam Ajaran Islam' serta 'Eko-Terorisme: Membangun Paradigma Fikih Lingkungan'.
Ada juga Lamlam Pahala, anggota Dewan Tafkir PP PERSIS yang menelurkan buku 'Fiqih Maritim: Untuk Indonesia Poros Maritim Indonesia'.
Namun menurutnya, itu belum menandakan bahwa PERSIS memiliki fokus terhadap isu lingkungan.
“Tapi [red: itu] tidak menjadi grand design organisasi, hanya menjadi buku bahwa PERSIS pernah awareness, belum jelas tools-tools ke depannya. Jadi hanya sebatas aware saja terhadap isu lingkungan. Nah, aware dan bertindak dua hal yang berbeda,” tegas Rizaldi.
Menurutnya, PW Hima PERSIS DIY dengan grand design ekologi ini menjadi penting, khususnya untuk jam’iyyah PERSIS itu sendiri.
“Dan Hima PERSIS PW DIY menjadi prototipe dan motor pertama untuk gerakan lingkungan hidup, dan itu hal yang bagus dan harus dilestarikan dan dikembangkan, dimasifkan di internal jamiyah PERSIS," jelasnya.
[]
Kontributor: Selo Rasyd Suyudi
Editor: Fia Afifah