Bandung, persis.or.id - Memasuki abad kedua Persatuan Islam, saatnya merubah paradigma, melakukan transformasi, dan Teater 1923 termasukan transformasi dakwah Persatuan Islam melalui seni dan budaya, demikian diungkapkan Ketua Umum Persatuan Islam (PERSIS), Dr. Jeje Zaenuddin, dalam sambutannya, Ahad (26/11/2023).
Sambutan itu disampaikan beliau dalam pembukaan pentas Teater 1923 yang merupakan penyerta Musyawarah Kerja Nasional (Muskernas) II PP PERSIS yang berlangsung 24-26 November 2023, di Hotel Sutan Raja, Soreang, Kab.Bandung. Sedangkan pentas teater digelar di Gedung Budaya Sabilulungan, tak jauh dari lokasi Musykernas.
Ustadz Jeje, dalam sambutannya menyampaikan posisi dakwah dalam seni dan budaya.
“Mari kita buktikan kalau seni budaya ini tidak bertentangan dengan nilai islam. Justru karena PERSIS tidak masuk ke seni budaya inilah, seni budaya menjadi menyimpang dari panduan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Beliau melanjutkan bahwa aktivis dakwah harus terlibat aktif dan jangan menghindari seni, hanya karena takut terpengaruh negatif.
“Maka bukan lagi zamannya kita memandang sesuatu yang tidak baik itu dengan mengisolir diri. Tapi saatnya kita masuk untuk memperbaiki. Paradigma kita perlu berubah. Dari serba ketakutan, takut dipengaruhi oleh film, kita berubah menjadi yang harus mempengaruhi film. Takut berubah dengan seni, lalu kita harus berfikir untuk merubah seni,” jelasnya.
Beliau menambahkan bahwa hal tersebut merupakan misi dari dakwah jam’iyyah Persatuan Islam.
“Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnasi ta’muruna bil ma’ruf wa tanhauna ‘anilmunkar, kalian umat terbaik yang dikeluarkan untuk berada di tengah-tengah manusia, bukan untuk bersembunyi. Bagaimana Quran Sunnah bisa menyebar, bagaimana kebenaran bisa eksis, kalau kitanya sembunyi-sembunyi? Kita menganggap seni dan budaya kita tidak islami, tapi kita tidak masuk untuk memberi alternatif yang baik, maka tidak mungkin berubah!” tegasnya.
Beliau menekankan bahwa seni harus berkhidmat pada Islam, bukan sebaliknya.
“Tidak akan berubah hanya dengan berkomentar saja, tapi berubah ketika kita terjun, istiqamah, membuat visi yang kuat, dan memiliki integritas, maka seni akan berkhidmat kepada islam, bukan islam berkhidmat pada seni.”
Beliau juga menyebut bahwa seni adalah alat edukasi. Sehingga edukasi dengan keindahan itu jauh lebih mudah.
“Maka agama dan ilmu menuntun jiwa kita menjadi tenang, seni menuntun jiwa kita menjadi indah,” pungkasnya.
Teater berjudul “1923” merupakan karya kader-kader Persatuan Islam dengan hampir 100 orang terlibat di dalamnya. Tatan Ahmad Santana, anggota Dewan Tafkir PP PERSIS, bertindak sebagai Produser. Hilman Indrawan sebagai Sutradara dan penulis naskah. Dan puluhan kru juga pemain lainnya dari kalangan santri dan mahasiswa. Dari santri kelas 8 MTs, Muallimin, hingga kader PERSISTRI turut terlibat di dalamnya.
Teater yang mengangkat sejarah Persatuan Islam ini sebelumnya telah dipentaskan dalam event Reuni Alumni PPI Pajagalan, 24 September 2023. Dan kembali pentas pada hari 26 November 2023 dalam dua sesi pementasan dengan jumlah penonton sekitar 1000 orang.
Selain beberapa tasykil PP PERSIS, teater ini pun dihadiri berbagai kalangan jamiyyah. Seperti santri, mahasiswa, dosen, kader, dan simpatisan. Tampak pula hadir salah seorang cucu dari Tuan Isa Anshary sebagai tokoh yang dihadirkan dalam teater. Selain itu, ada penonton yang datang dari Makassar, Sulawesi Selatan. Beliau memberi komentar,
“Masyaa Allah, I Love PERSIS, jadi makin tahu. Tadi langsung saya pesen buku-buku sejarah PERSIS secara online.” (/MP)
Kepesantrenan
26 Desember 2024 | 19:45