Senin, 09 Juni setelah agenda Musywil Sumut di Medan kami melanjutkan perjalanan menuju Aceh untuk mengunjungi saudara-saudara muslim kita dari Rohingnya yang terdampar di Aceh.
Para Pengungsi yang tiba di Aceh terkonsentrasi di 4 tempat; Kuala Langsa, Bayeun-Bireun, Lhok Sukon dan Pangkalan Susu (sekarang sudah dipindah). Mereka berasal dari dua Negara, yaitu Bangladesh dan Myanmar. Bangladesh seluruhnya adalah lelaki muda, sementara Myanmar (suku Rohingnya) terdiri atas lelaki dewasa, perempuan, anak-anak dan balita. Motif pengungsi Bangladesh adalah mencari pekerjaan, sementara pengungsi Rohingnya terkait permasalahan politik.
Jumlah pengungsi di Posko Kuala Langsa, dari suku Rohingnya; laki-laki 118 orang, perempuan 76 orang, anak 63 orang, total 257 orang. Dan dari Bangladesh; laki-laki dewasa 426 orang. Total posko Kuala Langsa sebanyak 683 orang pengungsi.
Sedangkan di Posko Bayeun-Bireun, Rohingnya; laki-laki 194 orang, perempuan 79 orang, anak laki-laki 44 orang, anak perempuan 40 orang, total 357. Bangladesh; laki-laki dewasa 52 orang. Total di posko Bayeun-Bireun sebanyak 409 orang pengungsi.
Berdasarkan informasi yang didapat dari ketua ACT (Aksi Cepat Tanggap) Aceh, ust Aidil bahwa hari pertama kedatangan pengungsi ke Pelabuhan Kuala Langsa ada 5 ton pakaian yang siap dibagikan ke Muslim Rohingnya. Panglima laut Aceh, Teuku Bustaman menginstrusikan agar para nelayan membantu para pengungsi yang terapung-apung di lautan. Sementara sikap yang berbeda disampaikan Panglima TNI. Ia melarang para nelayan Aceh menjemput dan membawa para pengungsi Rohingnya dan Bangladesh ke wilayah daratan Indonesia.
Ada cerita menarik dari sekian banyak pengungsi Rohingnya bahwa ada salah seorang dari mereka yang fasih berbahasa Arab, bahasa Al-Quran. Alhamdulillah dengan bahasa tersebut saya bisa memahami dan merasakan kondisi pengungsi Rohingnya, (kata ketua umum PP Pemudi Persis – Gyan Puspa Lestari, Lc. MPd.). Nama beliau Nurul Hasan, ia merupakan salah seorang pengungsi Rohingnya yang ditampung di Langsa, dia menceritakan kesedihan atas terbunuhnya kedua orang tua termasuk adik kakaknya. Dibalik kesedihan yang dia rasakan ada kebahagiaan karena kebahagiaan memiliki keluarga yang luar biasa di Aceh. ia kemudian mengutif salah satu hadits Rasul: “Al-mu’minu akhul mu’min”.
Kondisi para pengungsi saat ini sudah jauh lebih baik daripada kondisi ketika pertama kali tiba. Berbagai bantuan datang baik dari dalam maupun luar Negeri. Saat ini bantuan makanan pokok sudah sangat mencukupi, bahkan ditakutkan expired. Berdasarkan informasi yang didapat, buah-buahan, mainan anak-anak, dan barak (tempat tinggal sementara) merupakan diantara kebutuhan yang sangat diperlukan oleh para pengungsi. Setelah memantau beberapa tempat pengungsian akhirnya Persis, Persistri, Pemuda dan Pemudi bekerjasama dengan PZU bersepakat akan bahu-membahu dalam program pembangunan barak sementara yang akan ditinggali selama satu tahun, sambil menunggu keputusan Pemerintah Indonesia. Rencana barak yang akan dibangun sebanyak 9 barak, dengan jumlah kamar per barak 10 kamar. Masing-masing kamar akan dihuni oleh 3 orang. Dana yang direncanakan untuk membangun 1 barak sebesar Rp. 215.000.000.
Atas dasar itulah dengan melihat langsung ke lokasi pengungsian Rohingnya, maka kami atas nama Pimpinan Pusat Pemudi Persis mengajak kepada seluruh anggota dan simpatisan Pemudi Persis agar dapat menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu saudara-saudara kita kaum muslimin Rohingnya.