Masuki Tahun Politik, Ketua Bidang Dakwah PP PERSIS: Islam Banyak Mengajarkan Cara Hadapi Perbedaan

oleh Reporter

04 Januari 2024 | 03:57

Bandung, persis.or.id – Ketua Bidang Dakwah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS) Drs. KH. Uus Muhammad Ruhiat menitipkan pesan bagi umat Islam saat memasuki tahun politik.

Sarat dengan perbedaan, menurutnya ummat Islam harus tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi perbedaan politik pada pemilihan presiden (Pilipres).

Juga dalam momen pemilihan legislatif (pileg) yang akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang yang dilakukan secara serentak.

Menurutnya, masyarakat khususnya ummat Islam harus lebih bijak dalam menyikapi perbedaan dan tetap bersatu meski memiliki perbedaan pandangan politik.

Ustaz Uus Menyatakan, Islam adalah agama yang diturunkan Allah Swt kepada manusia dengan beraneka ragam warna kulit, bangsa, adat, dan bahasa.

“Dan Rasulullah SAW pun diutus bukan hanya kepada bangsa Arab saja melainkan kepada seluruh umat manusia dengan latar belakang, adat, tradisi, dan warna kulit yang berbeda-beda,” kata Ustaz Uus ketika dihubungi, Rabu (3/1/2024).

Sehingga, dia berpendapat bahwa tidak mengherankan apabila kaum muslimin terdiri dari bangsa yang berbeda-beda, beda bahasa, adat istiadat, ras, dan warna kulit, karena Islam sangat memahami perbedaan itu.

Ulama Dewan Hisbah PP PERSIS ini pun menambahkan, dalam perkara yang diperbolehkan untuk berbeda, maka umat Islam tidak mesti sama.

Seperti berdo’a kepada Allah dengan bahasa sendiri, tentu menggunakan bahasa yang berbeda-beda dan Allah tidak memerlukan penerjemah untuk mengabulkan keinginan seluruh hamba-Nya.

“Tetapi dalam perkara yang mesti sama, umat Islam tidak boleh ada yang berbeda, seperti membaca bacaan shalat tidak boleh dikumandangkan dalam bahasa masing-masing dan mengkumandangkan azan harus satu bahasa” ungkapnya.

Oleh karena itu, Ustaz Uus berpesan, perbedaan pada pemilu jangan menjadi ajang berseteru, tapi harus menjadi pemersatu, mempersatukan ke arah kemajuan.

Juga mempersatukan guna ber-fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan menuju bangsa yang unggul, dan mempersatukan menuju bangsa yang bermartabat dalam bingkai akhlaq bangsa yang mulia dan diridlai Allah SWT.

Menurutnya, berbeda dalam urusan selera amat ditolelir, karena selera suatu bangsa berbeda dengan bangsa lainnya.

Demikian juga berbeda dalam pendapat dan pemikiran seseorang dengan lainnya, sehingga Islam mensyari’atkan musyawarah agar melahirkan kemufakatan.

Dan jika sudah mufakat, disyariatkan untuk bertawakkal kepada Allah Swt. “Jadikanlah beda pilihan dan beda pendapat sebagai perekat bukan penyekat,” tegas Kiai Uus.

Oleh karenanya, UstazUus meminta uma Islam menyikapi perbedaan dengan mengedepankan keimanan kepada Allah Swt. Dan Islam telah banyak mengajarkan bagaimana caranya kita menyikapi perbedaan.

Ustaz Uus mengatakan, boleh berbeda pilihan dalam menentukan calon legislatif/orang yang duduk di parlemen, dan memilih orang sebagai calon pemimpin atau Presiden dan wakil Presiden.

Namun jangan sampai merusak sendi-sendi persaudaraan dan sendi-sendi berbangsa dan bernegara, bahkan sampai menelan korban nyawa bangsa sendiri.

“Padahal Pemilu diadakan guna lebih memajukan bangsa dalam mengolah negara yang sama-sama dicintainya,” tandasnya. (/HL)

[]

Reporter: Reporter Editor: admin