Bandung - persis.or.id, Perjalanan 5 hari Tim Maliyah PP Persis di Gorontalo, terhitung dari 28 Desember 2017 hingga 1 Januari 2018, membuahkan cerita dan pelajaran berharga. Tim Maliyah PP Persis menemukan beberapa informasi penting yang kedepannya dimanfaatkan untuk menentukan langkah strategis dakwah di bumi Gorontalo.
Tim Maliyah yang terdiri dari Dr. H. Uyun Kamiludin, Ir. Latif, Nanang, M.Pd, berserta direktur ekskutif PZU, Angga Nugraha, S.Ag, berangkat dan mengunjungi PW Persis Gorontalo.
Pembinaan maliyah-ijtimaiyyah dan sekaligus pelantikan PZU LAZ PERSIS Perwakilan Gorontalo, menjadi salah satu agenda utama.
Menurut catatan jamaah Persis disana, Persis sudah masuk Gorontalo sekitar tahun 1960an, disana ada kiyai-kiyai Persis yang merupakan murid A.Hassan. Sampai tahun 1970, secara organisatoris masih terbina, walaupun dengan Bandung, menurutnya seperti sudah terputus karen terkena dampak kebijakan isolasi strategis-nya KH. Abdurrahman sebagai ketum Persis (1963-1983).
Hal itu menimbulkan terputusnya semua hubungan Persis dengan luar Bandung, Jakarta dan Banten, hanya satu atau dua orang saja di luar Jawa itu pun yang berhubungan secara personal dengan KH. Abdurrahman (Allohu yarham).
Termasuk dengan Gorontalo putus hubungan secara organisatoris sehingga ketika ustadz-ustadz Persis disana meninggal, maka punahlah Persis karena tidak ada kader pelanjut, sementara sebagian kader yang faham Persis loncat ke Muhammadiyah karena jam'iyyah Persis sudah tidak ada.
Zamannya KH. Latif Mukhtar (Allohu yarham) sebagai ketum, pada tahun 1996, yang dilanjutkan pada tahun 2004 saat ketum KH. Shiddiq Amin (Allohu Yarham) di tengah-tengah reruntuhan puing-puing itu, Pimpinan Pusat mencoba merintis untuk membangun kembali struktur jam'iyyah melalui jaringan kader-kader PBB yang memahami visi dan misi Persis.
"Alhamdulillah setiap ada niat, Allah memberikan jalan, artinya gayung bersambut antara niat PP dengan potensi kader yang ada disana", ujar Dr. Uyun, ketua bidang Maliyah PP Persis.
Dalam pelantikan yang mewah dan meriah di kantor DPRD Gorontalo, PW PPersis Gorontalo diresmikan waktu itu tahun 2004, dan beberapa kader Persis ada juga yang menjadi anggota DPRD Gorontalo, salah satunya Ust. Ramli Jafar, yang waktu itu masih pemuda Persis sekarang menjadi ketua PW Persis Gorontalo.
Melalui kedekatan Ramli dengan para pejabat dan birokrat, Persis di kota Gotontalo mudah dikenal, sehingga sekarang hampir di tiap kabupaten dan kota Gorontalo sudah berdiri PD. Persis, walaupun keadaan PD-PD itu kurang aktif.
Hal itu disebabkan karena kurang pembinaan, lantaran kekurangan SDM, sehingga untuk itulah Persis perlu banyak da'i untuk dikirim ke PW-PW yang dibentuk di luar Jawa yang sekarang baru dipenuhi 1 atau 2 oleh STAIPI Garut, yang kerjasama dengan PP PERSIS.
Kecuali di Gorontalo sudah berdiri semacam Islamic Centre-nya (Pusat Kegiatan PERSIS), walaupun tidak di pusat kota (agak mojok, red).
Disana sudah ada Mesjid, Madrasah Diniyyah, kegiatan kajian/pengajian yang diikuti jamaah Persis dan simpatisan, otonom PERSISTRI, PEMUDA, PEMUDI, HIMA/HIMI, serta disana juga untuk sementara ada satu ruangan kantor PZU LAZ PERSIS Perwakilan Gorontalo, yang baru diresmikan pendiriannya.
Hari hari berikutnya, Tim Maliyah PP Persis diajak
refreshing ke pantai Olele uuntuk
bersenortkling, melihat-lihat taman laut yang indah di Olele, yang jaraknya satu jam dari kota Gorontalo.
Sangat fresh, seperti itu Dr. Uyun menggambarkan, apalagi PW sesudahnya menyediakan jamuan makan dengan ikan laut bakar dan sop ikannya.
"Muantap pokoknya sampai pada akhirnya, kami rombongan PP dengan pesawat Batik Air pada hari senin jam 07.00 WITA kembali ke Jakarta lanjut ke Bandung", pungkasnya. (*)