Mengokohkan Silaturahmi dan Saling Berwasiat Memelihara Ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah

oleh Reporter

26 Desember 2021 | 23:52

Bandung, persis.or.id - Dalam rangka mendirikan Pimpinan Cabang baru Persatuan Islam, Sabtu (25/12/21) pekan ini, Sindangkerta menjadi jamaah baru di Kabupaten Bandung Barat. Hal itu dilakukan setelah PP PERSIS menerima pengajuan dari PC PERSIS Kabupaten Bandung Barat untuk mendeklarasikan Pimpinan Cabang Persis di Sindangkerta.

Ketua Pimpinan Daerah Persatuan Islam (PD PERSIS) Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengatakan, sudah seharusnya kita di Jami’yyah PERSIS tidak boleh berhenti dalam pembentukan jama'ah. Menjadi anggota jami’yyah PERSIS itu tidak beda dari seekor ikan di aquarium, mereka melihat dan mereka memperhatikan. Artinya masyarakat sudah mempunyai penilaian.

“Di kita (Persatuan Islam) tidak bisa dengan mudah mengaku-ngaku untuk menjadi anggota apabila tidak mempunyai kartu, karena di dalam kartu itu kita harus mengkaji tulisan di belakangnya mengenai tulisan wajib menjalankan syariat Islam,” ungkap dia.

“Orang Jahiliyyah mengaku bahwa langit dan bumi diciptakan oleh Allah Swt., tetapi mereka tidak mengakui ‘laa syarikalah.’ Mereka meyakini Allah itu punya sekutu. Oleh karena itu, mereka meyakini Allah itu wujud di dalam keyakinannya, tetapi mereka tidak mau mewujudkan syariat Allah dan undang-undang Allah,” jelas dia.

“Maka kita setelah menjadi warga Persatuan Islam, ternyata harus mewujudkan Allah bukan hanya sebatas dalam keyakinan, tetapi harus kita wujudkan dalam syariat dan undang-undang. Undang-undang Allah, dan syariat Allah wajib diwujudkan oleh kita, karena kita sudah membaiat diri untuk siap melaksanakan dan mengamalkan syariat Islam,” tegas dia.

“Jami’yyah Persis lahir sebelum Indonesia lahir, malah ikut membangun Indonesia, menurut sejarah Indonesia lahir 2 kali, tahun 45 dan tahun 50. Karena tahun 50 Indonesia sudah menjadi RIS, Indonesia serikat yang menjadi alasan bersatunya sebagai NKRI itu salah satunya kader Jami’yyah Persis yang memang lahir di rahim Persis yaitu alm. Mohammad Nasir,” kata dia.

Untuk sekarang menjadi pemimpin mereka seperti berlomba-lomba menginginkan jabatan sedangkan Mohammad Nasir beliau diamanahi langsung oleh Bung Karno dengan menyerahkan Indonesia kepadanya.

“Maka ketika itu Nasir tidak ada yang dikunjungi kecuali gurunya yakni A. Hasan, beliau menyampaikan apa yang diamanahi oleh Bung Karno kepadanya. A. Hasan tidak langsung memberinya amanah melainkan beliau bercerta kepada Nasir mengenai kejadian Hajar Aswad yang keluar dari porosnya, dan Muhammad bin Abdillah menyatukan semua kafilah-kafilah untuk menyimpan kembali Hajar Aswad pada tempatnya secara bersamaan,” jelas dia.

“Ternyata yang terjadi setelah A. Hasan bercerita kepada Nasir, beliau langung mengerti dan memfahami maka beliau pulang. Beruntunglah beliau cerdas sefaham dengan gurunya yang cerdas,” sambung dia,

Sesudahnya, Mohammad Nasir mendatangi Bung Karno. Dia menjelaskan niatnya untuk roadshow keseluruh Negara bagian-bagian, agar mereka menyatukan diri menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, supaya melebur. Ternyata keputusan semua kepala-kepala Negara itu menyepakati.

Dan bung karno mempercayai Nasir membawanya ke konstituante untuk menyampaikan gagasannya. Lalu mereka menerima dan menyampaikan tahun 50 Mosi Intergalnya Pak Nasir. Maka tentu saja saat itu pula Negara Indonesia menjadi Negara kesatuan Republik Indonesia hingga saat ini dipertahankan ‘NKRI harga mati’ yang mana ini lahir dari salah satu kader Jami’yyah Persis murid A Hasan.

“Kita di Jami’yyah Persatuan Islam saling berwasiat, saling menasehati, karena kita bukan menginginkan kemenangan melainkan menginginkan kebenaran dan selamat. Maka karena itu niat, ucap serta tindak kita harus bersatu. Allah menciptakan bukan hanya sekedar dari ucap, tetapi harus dari hati dan sampai kepada prilaku,” kata dia.

“Jika hanya sekedar ucap apa bedanya dengan burung beo. Dan jika hanya sekedar prilaku tidak memakai hati maka sama seperti yang disebut orang munafik. Ucap dengan hati tidak sesuai dengan prilaku disebut juga orang munafik,” sambung dia.

“Maka dari itu di dalam ikatan Jami’yyah Persis itu. Pertama, jangan takut untuk memberikan rezeki lebih karena itu semua titipan-Nya. Kedua, semoga kita diakhir hidup dan ketika nafas terakhir kita bisa mengucapkan ‘Lailahillallah’ bukan hanya sekedar ucapan saja. Ketiga, berwujud di dalam undang-undang, syariat serta aturan-aturan Allah, oleh karena itu kita semua di saat ini berkumpul karena mengidamkan ridho Allah walaupun ini berat tetapi ada tujuan tepat,” tutup dia (*).

(Tania Rahmawati/dh)

Reporter: Reporter Editor: admin