Meninggalkan Asesoris Duniawi, Seorang Deputi Mentri Pilih Beritikaf.

oleh Reporter

11 Juni 2018 | 15:39

Bandung - persis.or.id, Malam itu, di hari hari menjelang akhir bulan ramadhan, seorang pria setengah baya duduk bersimpuh di sudut masjid. Membaca Al- Qur'an berbaur dengan ratusan jamaah Masjid Istiqomah Bandung.

Mungkin jamaah masjid tidak banyak yang mengenalnya. Tidak ada yang menyangka, pria berusia 51 tahun itu seorang pejabat negara, deputi menteri eselon 1 di kementerian yang dekat dengan istana.

Ia seorang komisaris BUMN yang juga guru besar. Namun semua asesoris duniawi itu, ia tinggalkan. Ia lebih memilih berbaur dengan jamaah masjid. Tidur bersama beralaskan lantai masjid yang dingin.

"Saya sebenarnya tidaklah beritikaf sebagaimana sunnah Rasul yang mengharuskan berdiam diri di akhir ramadhan terus menerus di dalam mesjid, karena saya masih mempunyai tugas tugas yang harus diselesaikan", tuturnya.

"Saya hanya turut bermalam di mesjid menjelang akhir Ramadhan. Terutama berusaha menghatamkan Al-Quran", katanya lagi.

Sebelum bermalam di Mesjid Istiqomah, ketika belum memasuki libur bersama, Ia bermalam di Mesjid Istiqlal yang cukup dekat dengan kantor. 

Sore hari setelah jam kantor selesai pukul 15.00, langsung menuju Mesjid Istiqlal. Ikut berbuka shaum bersama, shalat Magrib, shalat Isya, dilanjutkan dengan mengikuti ceramah sebelum tarawih dan shalat tarawih. 

Usai shalat tarawih, lalu mengisi waktu dengan membaca Al-Qur'an. Baru tidur sekitar pukul 23.00 atau 24.00 malam. Jam 02.00 dinihari, petugas istiqlal sudah membangunkan jamaah untuk mengikuti ceramah sebelum shalat qiyamul lail. 

Jadi di malam malam akhir ramadhan, diselenggarakan shalat tarawih dan shalat qiyamul lail. Lanjut sahur dan shalat subuh berjamaah. Usai shalat subuh dan mendengarkan ceramah subuh, pukul 07.00 sudah kembali ke kantor.

Ia mengatakan, "saya sadar, itu bukan itikaf", katanya sambil tersenyum.

Ia melanjutkan lagi ceritanya. Setelah mulai memasuki cuti bersama, ia memilih bermalam di Masjid Istiqomah, jl. Citarum Bandung.

Alasannya, masjidnya luas dan suasana lingkungannya yang sepi. Petugasnya juga sigap melayani jamaah, baik pada waktu buka puasa maupun sahur. Bahkan disediakan loker khusus untuk menyimpan barang jamaah.

Kegiatan di Mesjid Istiqomah Bandung juga tidak berbeda dengan di Mesjid Istiqlal Jakarta. Bada isya sebelum shalat tarawih,  dilaksanakan ceramah, lanjut tarawih.

Usai tarawih, jamaah yang beritikaf disibukan dengan kegiatan masing masing, utamanya membaca Al-Qur'an. Dan pukul 02.00 dinihari, pengurus masjid membangunkan jamaah, terutama bagi mereka yang ingin melaksanakan shalat qiyamul lail. 

"Bedanya, di Mesjid Istiqomah sebelum shalat qiyamul lail, tidak ada ceramah", tuturnya.

Pejabat Negara itu mengakhiri penuturannya, ia berharap mudah mudahan suatu ketika nanti bisa menjalankan i'tikaf secara penuh. 

Saat ini ia baru bisa bermalam di mesjid karena masih banyak aktivitas dan tugas-tugas lain. 

Meskipun demikian, ia menyampaikan pengalaman spiritual bermalam di mesjid menjelang akhir-akhir ramadhan sangat berarti.

"Ini membuat kita lebih tenang. Urusan dunia dan jabatan dapat ditinggalkan sesaat untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri pada illahi", pungkasnya. (HL/TG)

Reporter: Reporter Editor: admin