[Arsip - 10/10/21]
Jahira Salsabila Nurul Imam, S.Ag., salah satu dari lima mahasiswa peraih IPK 3.87 mendapat predikat lulusan terbaik dari program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), pada wisuda XXII STAIPI Bandung.
Mewakili 375 mahasiswa lainnya, Ia memberikan ungkapannya di hadapan ratusan rekan wisudawan-wisudawati dan para tamu undangan pada acara Wisuda XXII STAIPI Bandung di Gedung Sabilulungan Soreang Kabupaten Bandung, Sabtu (9/10/2021).
“Kalau fajar di upuk senja, batin bergemuruh penuh gelora. Senyum manis penuh suka gembira, beribu rasa tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Demikianlah suasana hati kami wisudawan-wisudawati yang hadir pada har ini memakai toga,” ucap Jahira memulai ungkapannya dengan pantun.
Pada kesempatan itu, Jahira menyampaikan rasa hormatnya, karena dapat mewakili sahabat-sahabat wisudawan untuk menyampaikan ungkapan rasa syukur dalam memaknai arti kelulusan setelah menempuh pendidikan dalam momentum wisuda XXII STAIPI Bandung.
Ia menjelaskan bahwa, bahwa pada hari itu Allah Swt. telah menaikan derajat kita, memberikan yang terbaik serta menyempurnakan epifani keilmuan kita yang tiada berkesudahan.
“Kelulusan adalah amanah besar. Izinkan saya mengakhiri fase kehidupan kampus ini dengan pesan bermakna untuk menyadarkan kita tentang hal-hal penting yang akan kita hadapi setelah menyelesaikan pendidikan di STAIPI Bandung,” tuturnya.
Beberapa pesan Jahira di antaranya Ia percaya bahwa setiap dari kita mempunyai aspek-aspek tertentu yang bisa menjadi teladan dan inspirasi bagi sekitar. Dan dari setiap aspek itulah, seharusnya kita menjadi uswah hasanah bagi orang di sekitar.
Ia pun melanjutkan, setelah mendapat gelar sarjana maka inilah saatnya kita memilih jalan mana yang akan kita tuju selanjutnya. Ia mengajak untuk memastikan bahwa jalan yang dipilih bukanlah karena gengsi atau materi, bukan juga hanya karena paksaan, tetapi merupakan jalan yang telah melalui banyak pertimbangan serta visualisasi dari visi misi diri kita.
Menurutnya, apalah arti diskusi-diskusi hangat dan buku-buku mata kuliah yang menumpuk, apalah IPK yang tinggi, jika ternyata belum selesai dalam mendefinisikan visi misi, dan tujuan hidup kita.
Selanjutnya, ungkap Jahira, kita harus bisa mendefinisikan untuk apa dan karena apa kita berbuat. Bukan hanya untuk mewujudkan capaian-capaian pribadi saja, melainkan lebih dari itu, untuk menuai kebermanfaatan yang lebih luas dan lebih besar.
“Seperti sabda Rasulullah saw, ‘Khoirunnas anfa’uhum linnas,’ sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.” Ungkap Jahira.
“STAI PERSIS Bandung merupakan rumah intelektual kedua baginya, saya banyak mendapat pelajaran dan makna-makna kehidupan selama menjalani proses kuliah dan berorganisasi di kampus. Betapa benar bahwa mahasiswa merupakan salah satu lapisan terpenting dalam masyarakat. Kehadiran kita di masyarakat seharusnya mampu menyelesaikan problematika kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Jahira menegaskan pesannya.
(HL/dh)