Berbagai episode hidup dijalani oleh manusia, mulai dari hal yang menyenangkan bahkan menyedihkan, jiwa dan raga diajak mengarungi semua rasa, memunculkan ekspresi emosi sebagai tanda fitrahnya dari makhluk bernyawa. Kesemua itu dapat tumpah atau bahkan terpendam, namun sebagian orang bisa menggambarkannya dengan untaian kata terhimpun dalam puisi cantik, seperti kumpulan puisi karya Ipah Latipah, (Staf PP Pemudi Persis MJ 2010-2014, Ketua Tim Instruktur PP Pemudi Persis 2014-2017) dengan tajuk ” Cahaya Cinta”.
Kumpulan puisi atau antologi puisi ini beliau tulis tidak terlepas dari aktivitasnya sehari-hari yaitu sebagai seorang konselor di dua sekolah (SMPN 1 Batujajar & Pesantren Persatuan Islam 60 Katapang). Dari judunya saja bisa dilihat bahwa beragam judul yang ada pada buku ini adalah bercerita tentang cinta. “Cahaya Cinta” merupakan wujud ekspresi, curahan hati atau luapan emosi sang penulis ketika ia mengarungi kehidupan yang kesemuanya memberikan arti dan cahaya cinta.
Ipah mengatakan bahwa Cinta dalam bukunya tersebut adalah cinta yang ia maknai dalam setiap lini kehidupan, cinta yang memiliki arti yang luar biasa. Cinta yang lahir dari kesempatan berjumpa dengan orang-orang yang baik yang memberikan banyak kebaikan, dan memberikan banyak cinta tanpa syarat terutama kedua orangtua. Selain itu cinta yang ia rasakan saat ini terhadap seseorang yang Allah takdirkan menjadi Qawwam (suami) baginya, cinta yang tidak pernah lepas dan berakhir dari ketiga putrinya, begitupula cinta yang dirasakan ketika berjuang bersama sahabat dan saudarinya di Jamiyyah Pemudi Persis. Dan yang terakhir adalah cinta yang paling bermakna, darinya lahir cinta-cinta lain, sumber cinta yang tidak akan pernah terukur yaitu cinta dari pemilik jiwa, cinta dari pemilik cinta itu sendiri, yaitu cinta sejati Allah Rahman Rahiim.
Puisi ini dibuat tidak secara serentak pada candra yang sama, namun dari tahun dan bulan kebelakang yang kemudian dikumpulkan dan dibukukan sehingga terhimpun dalam judul Cahaya Cinta. Selain itu, buku ini pun lahir sebagai jawaban tantangan dari program Pemerintah Prov. Jawa Barat yaitu Gerakan Literasi Sekolah, West Java Leaders Reading Challenge (WJLRC). Dimana saat itu guru ditantang untuk membuat sebuah karya tunggal SAGU SABU (Satu Guru Satu Buku). Tangtangan itu ada pasca kepenulisan yang telah beliau ikuti.
“Saya termasuk orang yang menyukai sastra puisi, minat itu tumbuh sejak kecil, bahkan saat usia SD pernah menulis beberapa puisi anak. Beranjak remaja kesenangan saya tersebut tidak pernah berhenti,, saat dewasa dan berumah tangga pun saya masih menulis bait-bait syair puisi namun belum terpikirkan untuk dibukukan. Puisi yang saya buat adalah ungkapan hati atau perasaan positif bukan sekedar imajinasi. Saat ini puisi-puisi itu telah tersusun rapi dan dibukukan, tidak ada motiv lain yang melatarbelakanginya kecuali hanya ingin berbagi kebaikan dengan orang lain, jika hal-hal yang ditulis itu positif, mengandung kebaikan, mengapa tidak untuk dibagikan dan ditebarkan kebaikannya kepada orang lain”, sambung beliau kepada tim web persis.
Semua bab pada buku ini dimulai dengan judul Menyapa Cinta, diantaranya “Menyapa Cinta Kekasih Hati”, yaitu untuk suami (pasangan), “Menyapa Cinta Ibu Terbaik”, “Menyapa Cinta sang Buah Hati” (Anak), “Menyapa Cinta Anak Negeri” (murid), “Menyapa Cinta Para Pejuang Dakwah” (kawan-kawan seperjuangan di Jamiyyah Pemudi Persis), terakhir “Menyapa Cinta Pemilik Jiwa (Cinta Allah Azzawajalla).
Mengapa semuanya berjudulkan cinta? Ipah Latipah menjawab “Karena yang saya rasakan, begitu banyak cinta dari orang-orang yang saya temui dan begitu istimewanya cinta yang senantiasa Allah berikan kepada saya, cinta yang tidak terbatas. Dari cinta-cinta yang hadir itu harus saya sapa, sapa dengan cinta, sapa dengan hati, untuk itu saya beri judul bab-bab dalam buku ini “Menyapa Cinta”.
Buku ini memiliki ciri khas, yaitu isinya yang sistematis, dengan judul yang mewakili setiap kontennya sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami dan merasakan makna dari setiap puisi. Dari semua judul bab yang ada tentu saja memiliki kesan yang sangat luar biasa, yang semuanya semakin menyempurnakan makna cinta dalam kehidupan, dan menumbuhsuburkan cinta terhadap Allahu Rahman.
Dari buku yang saya tulis ini tersimpan harapan, yaitu ketika para pembaca mampu menyelami bait-bait puisi dalam buku Cahaya Cinta, mereka bisa mengambil manfaatnya. Jika dia seorang istri semoga bisa menyempurnakan cinta terhadap suaminya, jika dia seorang suami, semoga dia makin bijaksana ketika mencintai istrinya. Jika dia seorang anak, mudah-mudahan bisa menebar kebaikan kepada ibunya. Dan jika dia seorang ibu, mudah-mudahan cinta yang luar biasa kepada anaknya bisa memberikan kebaikan dan keshalihan kepada mereka.
Kemudian, jika pembaca itu seorang pendidik atau guru, semoga dia bisa semakin bijaksana untuk mencintai dan mendidik murid-muridnya. Jika dia seorang aktivis, maka semoga makin semangat dan ikhlas dalam berjuang di jalan Allah untuk menegakkan syariat dan syiar Islam. Dan terakhir, jika pembaca itu tentu adalah seorang hamba mudah-mudahan dia semakin memahami, memaknai bahwa Allah-lah Sang Pemilik Cinta yang menghidupkan cinta itu sendiri. Dan dia bisa semakin dekat dengan Sang Pemilik Cinta.
Terakhir beliau memungkas dengan sampaian bahwa “membaca itu untuk menggali kebaikan, menulis itu untuk berbagi kebaikan. Maka baca dan tulislah segala hal yang bisa menebarkan kebaikan pada sesama”.
Sangat sayang jika terlewatkan, maka diawal tahun 2018 ini, buku kumpulan puisi Cahaya Cinta karya Ipah Latipah ini dapat dijadikan sebagai referensi dan salah satu bacaan favorit untuk memberikan inspirasi bahkan motivasi bagi Anda, Selamat membaca. (/IH)