Bangil - persis.or.id, Awal Tahun Pelajaran ini segenap santri diberikan pengarahan tentang pentingnya belajar Islam. Bahwa "Menuntut ilmu agama adalah Ibadah yang mulia", ungkap Rekha Kautsari, S. Sos yang pagi itu menyampaikan materi di Aula A. Hassan Pesantren Persis Putri pada Sabtu (21/07/2018).
Dalam paparannya ia mengutip Firman Allah Ta'ala:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu di antara kalian” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Aktivis Pemudi Persis Bali itu dengan cermat mengungkapkan beberapa hal yang harus dimiliki para penuntut ilmu. Pertama, dalam menuntut ilmu harus Ikhlas kepada Allah Ta'ala. Kedua, menuntut ilmu dengan perlahan dan bertahap. Lanjut alumni Pesantren Persis Putri Bangil Tahun 2001 itu. Ia kembali menguraikan hal penting berikutnya adalah "Hendaknya terus-menerus dalam menuntut ilmu dan menyediakan waktu khusus untuk menuntut ilmu", paparnya. Jangan pernah berhenti belajar agama.
Lebih luas lagi ia menjelaskan beberapa tahapan yang harus dilalui para penuntut ilmu yaitu:
Pertama, ilmu tentang pokok-pokok keimanan, yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir.
Ke dua, ilmu tentang syariat-syariat Islam. Di antara yang wajib adalah ilmu tentang hal-hal yang khusus dilakukan sebagai seorang hamba seperti ilmu tentang wudhu, shalat, puasa, haji, zakat. Kita wajib untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah tersebut, misalnya tentang syarat, rukun dan pembatalnya.
Ke tiga, ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat sebelumnya. Kelima hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
öقُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah,’Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’”. (QS. Al-A’raf [7]: 33)
Ke empat, ilmu yang berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain secara khusus (misalnya istri, anak, dan keluarga dekatnya) atau dengan orang lain secara umum. Ilmu yang wajib menurut jenis yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan dan kedudukan seseorang.
Di bilangan Jaksa Agung Suprapto Bangil, Ustadz Asadudin Bamiftah juga menguraikan hal yang sama dalam kegiatan Muhadharah 'Ammah santri putra. Ia membeberkan tentang belajar agama adalah pilihan utama. Karena itu, kehidupan santri yang sangat dekat dengan kebaikan adalah sarana penting menempa mental kader dengan daya juang yang tinggi. Di depan para santri putra ia mengisahkan betapa pengajaran aqidah di Pesantren telah membentuk kepribadian santri untuk memegang teguh Islam sampai kapanpun. "Sabarlah dalam belajar", ungkapnya.
Kepada persis.or.id Rekha menyatakan "Kegiatan seperti itu sangat positif untuk memecah kejenuhan santri dan mengupdate informasi mengenai pengetahuan yang bersifat umum dan keagamaan. Teruskan dan tingkatkan dengan para keynote speaker yang beragam", tutupnya. [/Nas]