Naskah Puisi "Orang Gila"

oleh Reporter

24 Februari 2018 | 06:31

Ada darah yang bersimbah Menyatu dengan tanah Menyatu dengan sejarah Siapa tidak marah? Kematian menjadi permainan Sederhana sekali! Kau bilang, “Pembunuhan ini hanyalah kasus biasa” Gila, kau anggap semuanya gila! Ada orang gila menari di balik dinding ketidakadilan Orang gila bernyanyi di atas panggung kepura-puraan Orang gila mengarang drama, memilih orang gila sebagai pemeran utama Tapi sudahlah, Aku ingin bercerita tentang sandiwara lain di rumah ini Kau tahu? Mungkin hanya di sini Diskusi dikebiri dan digantikan persekusi Suara dibungkam, dibuang, diangkan di balik jeruji Mungkin hanya di sini Orang waras dianggap gila Orang gila dianggap pantas memimpin Negara Orang gila bekeliaran di antara lembar-lembar kebijakan Sedangkan para pemahat peradaban dianggap penjahat kebhinekaan! Yang miskin semakin terkoyak, tertindas di bawah sepatu kesewenang-wenangan Yang kaya semakin angkuh, berpesta di atas darah kemanusiaan Mungkin hanya di sini Tuan rumah menjadi babu bagi tamunya yang tak tahu malu Yang dating atas undangan kaum penjilat bermental babu Mungkin hanya di sini Rasa kemanusiaan telah mati Digantikan rasa kebinatangan yang dijunjung tinggi Dan mungkin hanya lewat puisi ini aku ingin bertanya, Dimana kau, wahai keadilan? Tidakkah kau lihat? Rakyat kecil menangis, meronta, memelas, menderita, tersiksa karena ketidakadilan yang merajalela Rakyat kecil ditakut-takuti, dibohongi dengan janji ilusi Dimana kau, wahai keadilan? Haruskah aku memanjat pagar istana, memaki mereka yang masih saja acuh dengan kezhaliman? Mencekik siapa saja yang menukar salah dan benar Menagih keadilan yang diabadikan di atas janji agung bernama pancasila Lalu bersembunyi, dan memilih menjadi gila? Dimana kau, wahai keadilan? ---------------------------------------------------------- Hilman Indrawan, Monumen Perjuangan Rakyat,  Bandung, 24 Februari 2018
Reporter: Reporter Editor: admin