Geliat perkembangan Jam’iyyah Persatuan Islam (Persis) dari dua Muktamar terakhir semakin terasa. Terlebih ketika program tahunan digodog dan diperbincangkan di hajatan rutin dalam konsep Musyawarah Kerja Nasional (Musykernas) yang telah berlangsung pada tanggal 15-16 Januari 2016 yang lalu. Satu diantara banyak tema yang diperbincangkan adalah “Meningkatkan Soliditas, Sinergi, dan Pengembangan Jam’iyyah” yang diusung oleh Bidang Jam’iyyah dibawah komando Ust. H.Ihsan Setiadi Latief M.Si sebagai Ketua Bidang Jam’iyyah.Wujud konkrit dari Musykernas tersebut kini mulai direalisasikan, salah satunya membangun soliditas, mensatupadukan serta mengembangkan daerah dan wilayah Persatuan Islam (Persis) di beberapa kepulauan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Jawa TimurBidang jam’iyyah pun segera merancang rencana aksi dan strategi yang akan diwujudkan dalam pengelolaan program kerjanya tersebut. Alhasil, mulai pertengahan Pebruari yang lalu hingga Maret mendatang telah tersusun dan sebagiannya telah dilaksanakan program kunjungan yang terdiri dari pembinaan, pendirian PD, peresmian kantor wilayah, dan Musyawarah Wilayah.Tidak ketinggalan pula pembentukan perwakilan pimpinan yang berada diluar negeriTour Sumatera
Pagi hari itu udara Bandung begitu cerah, pelataran perkantoran PP. Persis yang terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan mulai didatangi berbagai “pengunjung”, dari mulai petugas keamanan, kebersihan, dan tidak terkecuali diantara yang masuk ke area perkantoran itu Tasykil PP. Persis sendiri. Namun pada hari itu mereka datang dengan koper besar khas calon jama’ah Umrah yang akan mendatangi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, walaupun sesungguhnya mereka bukan hendak melaksanakan Umrah. Mereka adalah kafilah Safari Jam’iyyah yang mendapatkan tugas dari PP. Persis untuk perjalanan darat menuju kepulauan Sumatera.
Waktu menunjukkan pukul 08.00, para peserta safari jam’iyyah pun tampak sudah siaga untuk melaksanakan tugas jam’iyyah dan meninggalkan keluarga serta rutinitas masing-masing, baik yang bersifat moril ataupun materiil. Dan turut serta pada acara yang memakan 10 hari lebih tersebut adalah para perwakilan dari beberapa Bidang yang ada di PP. Persis, diantaranya adalah Ust. Supriatna sebagai Amirus Safar, dengan peserta Ust. Erdian, Ust. Anwarudin, Ust. Salam Rusyad, Ust. Jejen Jaenudin. Selain para Bidgar, dilengkapi juga dengan perwakilan Brigade Persis, Prawoto, juga dari HIMA Persis, Dikdik Firmansidiq. Sedangkan driver yang ditugaskan yaitu Kang Yanto dan Kang Solah.
Bengkulu Sasaran Utama
Tiga belas jam sudah berlalu, tetapi perjalanan dari Bandungdi hari pertama tersebut belum juga mencapai tujuan yang dimaksud, sedangkan kondisi fisik para penumpang terutama sopir tak lagi bisa diajak kompromi, akhirnya kendaraan ditepikan di sebuah penginapan di Kota agung, Lampung.
Hanya Sembilan jam para kafilah menempati penginapan, setelah bolak-balik mencari informasi kepada warga sekitar. Bahkan sempat ditunjukkan ke sebuah tempat yang gelap, katanya hotel. Ternyata sebuah tempat berkumpulnya wanita nakal dan para lelaki hidung belang, “untung kita bukan laki-laki hidung belang” tutur salah seorang peserta safar.
Setelah menghabiskan sarapan pagi dan mandi pagi, jamaah safar bersiap-siap kembali mengemas kopernya, sang driver pun begitu sibuk menatanya di dua kendaraan operasioanl yang digunakan pada saat itu. Dan tepatnya pukul 07.00 kami semua bertolak menuju Bengkulu.
Cukup panjang perjalanan yang kami lalui, nyaris tak terhitung berapa tempat istirahat yang disinggahi, dan entah berapa cangkir juga kopi hitam yang terhabiskan. Dan sesekali perjalanan pun terhenti dengan “instruksi” yang bergantian dari para penumpang karena tak lagi kuat untuk untuk menahan buang air kecil. Tidak terkecuali, buah-buahan khas Sumatera menjadi godaan yang primadona pun kerap menghentikan kendaraan yang kami tumpangi.
Belantara hutan yang kami lalui semakin menampakkan bahwa perjalanan masih sangat jauh, dan sesekali kami pun menemukan hal-hal yang tidak lazim ditemukan di tempat kami, Bandung. Kami pun sepakat untuk tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, mengingat area yang kami lalui belum begitu akrab dalam pandangan para driver andalan PP. tersebut. Sarana komunikasi (HT) yang kami bawa menjadi pengingat diantara dua mobil yang selalu beriringan tersebut, saling mengingatkan dikala ada yang tancap gas, juga membangun kesepahaman disaat logika tak berbanding dengan logistik, alias jam ompreng.
Peristiwa tragis kami lalui disaat salah satu mobil yang dikendalikan pak Yanto memasuki jalan tikungan, yang lurus jalannya mulus sementara yang belok jalannya bergelombang. Secara naluri pasti sopir manapun mengambil jalan yang bagus. Namun ternyata jalan bagus tersebut mengalami putus karena abrasi air laut. Mobil terhenti ketika sang sopir pandangannya dihadapkan dengan ombak yang tinggi dan bergemuruh. Hanya jarak 3 meter lagi antara mobil jamaah dan hamparan laut berada. Semuanya atas kehendak Yang Maha Kuasa, kami masih dilindungi dari ancaman kedalaman laut sedalam 15 M tersebut. Alhamdulillah…
Tepat pukul 02.30 rombongan sampai di desa Tirta Mulya, Kecaamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Para jama’ah sudah siap menyambut kedatangan kami dilokasi masuk ke komplek keluarga Persatuan (Persis), sekaligus menunjukkan arah yang harus kami lalui, karena konon menurut mereka perubahan jalannya begitu banyak. Salah satunya jembatan yang digunakan penyeberangan kendaraan yang dulu belum ada.
Sampai pukul 16.00 waktu setempat jamaah safari mendapatkan waktu yang begitu leluasa untuk beristirahat setelah perjalanan yang cukup panjang. Tiba pukul 16.00 barulah diselenggarakan beberapa kegiatan, diantaranya dialog kejam’iyyahan, pelantikan Pimpinan Cabang, dan berakhir dengan Tabligh Akbar. Trerpilih ketua PC. Ipuh pada Musycab yang penuh dengan kekeluargaan tersebut, yaitu bapak Mahmudin, sosok yang cukup berpengaruh dilingkungan perusahaan minyak sawit disana.
Kami sempat mencaatat beberapa hal penting seputar prsoalan jam’iyyah disana. Pertama, struktur kepemimpina yang tidak terkontrol, mereka sudah cukup lama tidak menyelenggarakan hajatan jam’iyyah, seperti Musyawarah Cabang, sehingga diharapkan kontrol hajatan jam’iyyah tersebut bisa mensinergikan dengan kegiatan-kegiatan lainnya, baik masalah kuantitaif ataupun kualitatifnya. Kedua, terkait persoalan Sumber Daya Manusia (SDM), disana pernah seorang ustadz muda beserta isterinya tinggal beberapa tahun, namun setelah isterinya meminta melahirkan di kampung halamannya, ustadz tersebut tidak kembali lagi. Padahal dalam pengakuan jama’ah, dengan adanya Pembina tersebut khususnyaa kegiatan dimasjid Miftahussalam cukup semarak. Ketiga, mereka pun masih merasa kehausan dengan kepustakaan yang bersumber dari jam’iyyah Persis, seperti keputusan Dewan Hisbah diantaranya.
Pukul 10 malam waktu stempat kegiatan safari ke kampng Ipuh diakhiri dengan kegiatan Tabligh Akbar. Mereka begitu mengapresiasi kegiatan langka tersebut, seolah mendapatkan siraman baru dalam hal keagamaan serta motivasi mereka dalam berjam’iyyah. Bukan hanya Persis, disana pun kami membantu menyebarkan formulir Persistri, sebagai bagian otonom yang tidak terpisahkan dari Persis. Sementara untuk bagian otonom lainnya belum bisa dikondisikan mengingat masih terbatasnya jumlah masyarakat disana serta kekuatan SDM yang cukup minim.
Ke Pondoksuguh
Tim Darat kembali melanjutkan perjalanan menuju Pondok Suguh, sebuah daerah yang masih berada di Mukomuko, Bengkulu. Dengan jarak tempuh 53 Km, penuh semak belukar, perjalanan naik dan turun, akhirnya jamaah safari sampai kesana pukul 00.20, dengan pengawalan seorang jama’ah pengajian.
Setiba dilokasi beberapa jama’ah sudah menunggu kedatangan kami, sehingga sebagian dari peserta safari tersebut terlibat ngobrol hingga larut malam. Maklum jamaah disana begitu merindukan informasi-informasi aktual, terutama terkait persoalan jam’iyyah.
Seolah karyawan yang sedang shift kerja, selepas shubuh jamaah safar yang semalam tidur lebih awal melakoni obrolan santai dengan tuan trumah, sementara yang semalam mengobrol sampai larut malam memilih untuk melanjutkan kembali tidurnya di dalam masjid dengan gaya “pasolengkrah”. Tepat pukul 08.00 sertelah tamu dari PP. Persis mendapatkan sarapan kupat tahu khas Bengkulu barulah kegiatan kejam’iyyahan dimulai, diantaranya dialog kejam’iyyahan, Ta’aruf, dan pelantikan PC. Persis Pondoksuguh.
Ada suasana lebih akrab ketika kegiatan dilangsungkan di sebuah masjid yang dikelilingi kebun sawit tersebut, tidak ada bahasa “asing”, wajah asing, karena mereka rata-rata berasal dari daerah Batujajar, Bandung Barat. “Asa Musycab Batujajar ya?” tutur salah seorang peserta yang ikut safari ke Sumatera tersebut.
Mereka yang “hijrah” dan kini menjadi penghuni di kepulauan Sumatera tersebut hidupnya relatif “aman”, mereka punya lahan dan garapan tersendiri. Ada yang berkebun sawit, penyadap karet, pencetak bata merah, bahkan ada juga yang menekuni bisnis “cepat kaya”, yaitu memelihara sarang walet. Bahkan sempat menawarkan ke PP. Persis jika bisnis tersebut terbuka juga untuk jaam’iyyah kita, sambil dia mencurat coret peluang labanya.
Pukul 14.00 waktu setempat perjalanan dilanjutkan menuju kota Padang Panjang. Perjalanan yang memakan waktu hampir 10 jam tersebut kembali mengingatkan jamaaah safar untuk beristirahat. Namun mencari tempat istirahat ditempat yang begitu asing memang sulit, walaupun akhirnya kami menemukannya di Bungus Teluk Kabung. Kami tidak tahu jika penginapan pinggir pantai digunakan juga sebagai tempat hiburan malam anak-anak muda dengan musiknya yang khas. Namun kantuk yang sudah tak terbendung itu pun akhirnya “babalapan” dengan suara musik dari gedung sebelah, akhirnya terlelap juga.
Pukul 07.00 pagi waktu setempat perjalanan dilanjutkan kembali menuju Palembang, Sumatrera Utara. Namun ditengah perjalanan salah seorang jamaah safar mengontak Ust. Asep Ajidin setelah mendapat nomor kontak dari Ibu Yeti (kini menjadi ketua PW. Sumatera Barat.red), yang awalnya hanya memberikan kabar bahwa jamaah safar sedang menuju Palembang lewat Padang. Gayung bersambut, ternyata Ust. Asep Ajidin memohon agar kami bisa mampir ke “Kota Nasi Khas” tersebut.
Tidak sia-sia, ternyata program “sambil lalu” yang kami jalani melahirkan agenda tambahan perjalanan yang cukup melelahkan tersebut. Lelah pun sedikit terobati dengan adanya pertemuan yang singkat itu. Disana kami banyak berbicara seputar persiapan Musywil Sumatrera Barat, perkembangan jam’iyyah disana, serta peluang membesarkan Persis di Sumatera Barat. Bahkan kami pun diperkenalkan dengan sosok ibu Yeni, teman Ust. Asep Ajidin yang selama ini memberikan kontribusi untuk pergerakan jam’iyyah, yaitu dengan dijadikannya tempat tinggal beliau sebagai “Markas Besar” PW. Persis Sumatera Barat. Tepatnya di Perumahan Taman Mutiara Blok C.10 Ngalah Balai Panjang Payakumbuh Selatan Kota Payakumbuh.
Menuju Pekanbaru
Tidak berlama-lama berada di Payakumbuh, karena tim darat harus segera bertolak menuju “Kota Duren”, Palembang. Disana akan diadakan pembinaan kejam’iyyahan disamping juga Musyawarah Wilayah ke II. Tepat pukul 20.00 waktu setempat kami tiba dirumah tinggal Ust. Yana, dan disana jamaah dari Persis dan HIMA menyambut kami dengan santap duren dan makan malam. Dan selanjutnya jama’ah dibawa ke tempat istirahat, Hotel Akasia yang terletak di Jl. Jendral Sudirman, yang juga akan dijadikan tempat Musyawarah Wilayah tersebut.
Seharian, sabtu itu kami memanfaatkan waktu untuk pembinaan dan koordinasi dengan panitia Musywil untuk teknis acara, terlebih Ketua Umum PP. Persis yang didampingi Ust. Sulwan Kosasih dan perwakilan dari PP. Persistri juga akan menghadiri hajatan wilayah empat tahunan tersebut. Tentu saja momen tersebut mendapat apresiasi dari jamaah setempat, yang bukan hanya penejmputan tetapi memanfaatkan malam harinya dengan menggelar Tabligh Akbar. Cukup antusias para mustami’ pada malam pengajian tersebut, dan dialog pun mengalir dengan aneka ragam pertanyaan.
Genderang Musywil di daerah seperti Pekanbaru memiliki keunikan tersendiri, yaitu mereka datang dari tempat tinggal yang sangat jauh, sampai harus berada di penginapan menjelang Musywil berlangsung. Karangan bunga pun begitu meriah, tidak seperti hajatan di daerah kita. Mereka mengucapkan selamat bermusywil atas nama lembaga pemerintahan dan swasta “Muktamar oge teu kieu-kieu teuing rame ku kembang” tutur salah seorang peserta rombongan dari PP. Persis. Tapi jangan dulu terkejut, karena karangan bunga yang terangkai itu bukan bunga asli (hidup) seperti di kita, tetapi bunga plastik yang bisa dibongkar pasang. Nah !
Pada acara itu juga diserahterimakan wakaf kebun sawit seluas 25 (dua puluh lima) dari seorang muhsinin disana. Tiada harapan lain mudah-mudahan menjadi asset jam’iyyah Persis untuk pemberdayaan kegiatan baik yang ada disana ataupun Pimpinan Pusat. Dan perlu diketahui juga, bahwa potensi wakaf disana cukup banyak, tinggal bagaimana PP. Persis dalam hal ini Bidgar Perwakafan membuat irama dan aroma yang menarik agar mereka mau mewakafkan hartanya dan PP. Persis siap mengapresiasinya. Pada Musywil tersebut terpilih secara musyawarah mufakat, yaitu ustadz Yana yang juga sebagai ketua maasa jihad sebelumnya (2012-2016).
Selain Musywil, pada saat itu juga diselenggarakan pelantikan PD.Persis, diantaranya PD Pekan Baru (Kota Pekan Baru), PD Kampar, PD Bengkalis, PD Rokan Hilir, PD Kuantan Sengigi, PD Rokan Hulu, dan PD Mamba.
Musywil Palembang
Setelah Musyawarah Pekanbaru selesai, tepat Pukul 7 malam jamaah safar kembali melanjutkan perjalanan malam menuju Kota Pempek, Palembang. Perjalanan malam tersebut sedikit memberikan gairah karena semakin mendekati hari finish tour Sumatera, walaupun Palembang bukan kota terakhir dari Tour Sumatera kali ini, Lampung masih ada ditatapan mata sebelum kami kembali ke Bandung.
Salah jalan dalam tour Sumatera menjadi hal yang tidak aneh, jangankan tidak bertanya, walaupun bertanya kadang salah jalan kerap terjadi. Dalam perjalanan malam menuju Kota Palembang kami harus mutar arah, karena jalur yang dilalui mengarahkan kami ke pelabuhan yang menuju ke pulau Bengkalis. Tidak tanggung-tanggung, kesalahan pun harus dibayar dengan jarak empat puluh (40) KM.
Tim Darat, atau yang sering disebut Tim Kuda tiba di kota Palembang pukul 14.25 Waktu kota Palembang dan langsung menuju ke penginapan Pondok Haji yang sudah disediakan tuan rumah. Dan pada hari itu juga dilaksanakan pembinaan kejam’iyyahan oleh Ketua Umum PP. Persis dan bebrapa tasykil lainnya. Tidak terkecuali, PP. Persistri juga mengadakan pembinaan yang sama.
Selain Musywil, disana juga dilaksanakan pelantikan Pimpinan Daerah (PD) Persis, diantaranya melaksanakan penyuluhan dan pelantikan. Ada 14 (empat belas ) Pimpinan Daerah, diantaranya PD Palembang Kota, PD Muara enim, PD Muara Tara, PD Pali, PD Musi rawas, PD Muba PD Okus (Ogan Komring Ulu Selatan), PD Oku (Ogan Komring Ulu), PD Okut (Ogan Komring Ulu Timur), PD Pagar Alam, PD Empat Lawang, PD Prabu Mulih, dan PD Banyu Asin.
Terakhir, Bandarlampung
Tim Darat Jama’ah Safar kembali melanjutkan perjalanan menuju Bandar Lampung. Star perjalanan dari Palembang menghabiskan waktu kurang lebih 15 (lima belas) jam. Tepat pukul 00.20 kami tiba dilokasi dan langsung memasuki area Balai Diklat Koperasi Propinsi Bandarlampung yang disambut langsung oleh pimpinan Jam’iyyah disana, Bapak Gajali.
Musywil Lampung dihadiri oleh dua Pimpinan Daerah dan tujuh (7) Pimpinan Cabang, diantaranya PD Lampung Utara, PD Lampung Tengah. Sedangkan Pimpinan Cabang yang mengikuti Musywil profinsi Lampung tersebut adalah PC. Pesisir Selatan, PC. Kota Bumi, PC. Kebun Tebu, PC. Muara Sungkai, PC. Sungkai Selatan, PC. Anak Tuha, dan PC. Pancowati.
Faidza Faraghta FanshabAlhamdulillah perjalanan darat dan udara ke kepulauan Sumatera telah selesai dilaksanakan. Tentu, banyak hal yang menjadi catatan penting bagi berbagai pihak. Bagi PP. Persis sendiri, bahw pekerjaan rumah (PR) kita ke depan adalah bagaimana mengadakan pembinaan yang intensif dan sekaligus pengawasan yang berkala.
Untuk Ikhwatu Iman yang berada di kepulauan Sumatera, Istiqamah dan percaya diri merupakan modal utama setelah disana bertengger bendera Persatuan Islam (Persis). Perjuangan menegakkan quran sunnah pun akan semakin berat manakal jam’iyyah tidak menjadi sandaran dan pijakan. Karena itu sam’an wa tha’atan terhadap jam’iyyah juga merupakan sebuah keniscayaan. Wallaahu A’lam