Bandung, persis.or.id - Seiring dengan dekatnya Hari Raya Iduladha pada awal Juli 2022, yang dibarengi dengan munculnya fenomena menyebarnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang binatang-binatang yang biasa disembelih pada hari raya Iduladha, seperti domba, sapi, dan unta, Prodi Peternakan Universitas Persatuan Islam (UNIPI) gelar webinar terkait kondisi ini.
Kegiatan tersebut bertajuk “Waspada PMK pada Hewan Kurban” dan dilaksanakan pada Kamis (9/06/2022) secara daring. Webinar menghadirkan dosen sekaligus praktisi peternakan, Drh. Asep Khaerudin, M.Pt., serta dimoderatori oleh Ketua Prodi Peternakan Universitar Persatuan Islam Ai Nurfaridah, M.Pt.
Dalam sambutannya, Warek I Dr. Ihsan S. Latief menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting dan strategis, terutama bagi pendidikan kepada umat Islam terkait dengan marak dan menyebarnya penyakit mulut dan kuku pada binatang, lebih khusus binatang yang biasa disembelih pada Iduladha.
“Bukan hanya aspek syariat, melainkan aspek kesehatan pun penting diperhatikan oleh kaum muslimin terutama para mudhahi dan panitia kurban. Terlebih lagi dengan mewabahnya PMK saat ini,” ungkapnya.
Dalam paparannya, Drh. Asep Khaerudin, M.Pt. menyoroti dua aspek terkait hewan kurban. Pada awal pembahasan, Ia menyampaikan pertimbangan-pertimbangan syariat terkait binatang kurban yang baik untuk menjadi hewan kurban. Kemudian dilanjutkan penjelasan medis atau aspek kesehatan dari hewan kurban yang sehat, terutama dengan berjangkitnya PMK.
Menurutnya, Foot and Mouth Disease atau Penyakit Mulut dan Kuku merupakan penyakit infeksi virus bersifat akut dan sangat menular bagi hewan berkuku genap/belah (cloven hoofed). Di antara tandanya adalah terjadi erosi mukosa mulut, lidah, gusi, nostril, dan kulit sekitar.
Beliau menyampaikan, bahwa sebelum 5 Mei 2022, Indonesia merupakan salah satu negara bebas PMK selain Australia, Amerika dan New Zeland. Kasus di Indonesia muncul setelah 30 tahun dari kasus terakhir yang pernah ada.
Lebih lanjut, Ia juga menyebutkan bahwa virus tersebut tidak berbahaya bagi manusia, akan tetapi berbahaya bagi hewan serupa lainnya. Drh. Asep pun memaparkan identifikasi virus PMK tersebut, yaitu:
1. Memiliki masa inkubasi yang pendek;
2. virus dilepaskan sebelum muncul gejala klinis;
3. virus dilepaskan dalam jumlah yang banyak;
4. dosis infeksi kecil;
5. transmisi aerosol memungkinkan lebih dari 250 km tergantung strain dan lingkungan.
[]
Kontributor: Muslim Nurdin
Editor: Dhanyawan