Maluku memiliki cakupan wilayah sekitar 1.412 pulau, yang terdiri atas 9 kabupaten dan 2 kota. Kota Ambon sebagai ibukota Provinsi, dengan 90 kecamatan, dan 989 desa serta 33 Kelurahan. Menurut sensus penduduk tahun 2009, jumlah penduduk Maluku mencapai 1.457.070 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,14% dan kepadatan penduduk 27 jiwa per km2.
Mayoritas penduduk Maluku menganut agama Islam dengan persentase sekitar 53%, dan 46% nya menganut agama Kristen (mayoritas Kristen Protestan), sementara sisanya menganut Hindu, Budha, serta Konghucu.
Masyarakat Maluku yang memeluk agama Islam makin hari makin meningkat. Jumlahnya mencapai ribuan orang, yang tersebar di kota dan berbagai pulau di Maluku. Banyaknya yang menjadi muallaf, tidak berarti tugas dakwah selesai. Justru sebaliknya, tugas dakwah yang diemban para du`at semakin besar.
Masyarakat yang muallaf harus terus dijaga aqidahnya, supaya tidak terbawa arus misionaris dalam programnya “Mencari Domba Yang Hilang”. Apalagi faktanya sudah ada sekitar 300 orang yang memilih jalan murtad.
Tahun 2013 berjumlah 115 jiwa (1 kampung) yang di antaranya ikut acara SIDI (baptis di gereja di Ambon). Sedangkan di tahun 2014 1 kampung di Pulau Buru dimurtadkan kembali. Oleh karenanya, ini menjadi tantangan besar umat Islam.
Bimbingan cara ibadah yang benar, muamalah syar’iyah, dan akhlak islami menjadi satu pekerjaan panjang dan harus segera dilaksanakan serta berkelanjutan.
Ramadhan 1436 H, da`i Pemuda Persis (Gugum Gunawan) beserta pengurus PW Persis Maluku, ikut terlibat langsung dalam pembinaan tokoh masyarakat muallaf Maluku. Kegiatan pembinaan ini berlangsung pada tanggal 3-25 Ramadhan 1436 H (20 Juni hingga 12 Juli 2015) bertempat di Pondok Pesantren Islam Al-Anshor Ambon, Jalan Imam Bantan Airbesar, RT.04/ RW.17, Desa Batumerah, Kota Ambon, Maluku. Sebanyak 32 orang muallaf dipesantrenkan untuk dibina selama bulan ramadhan .
Para tokoh muallaf tinggal di asrama dengan fasilitas seadanya untuk mengikuti berbagai kegiatan pembinaan. Bukan hanya kuliah agama, para peserta dibekali dengan life skill seperti bercocok tanam dan beternak; serta pelatihan usaha untuk memperdayakan ekonomi masyarakat di daerahnya masing-masing.
Menguatkan mental para muallaf, Direktur Ma’had Al-Anshar, Ustadz H. Abu Imam Rumbara mengundang dai dan ulama mantan muallaf, seperti Ust Ihsan Mokoginta, ust Bernard Abdul Jabar, dan ust-ust yang lainnya.
Yayasan Pondok Pesantren Islam Al-Anshor Ambon adalah salah satu yayasan di kota Ambon yang membina para muallaf. Mereka adalah korban dari konflik yang terjadi 1999-2004. Atas kehendak dan Izin Allah swt lebih dari 3000 orang yang berasal dari Kristen dan Animisme memeluk agama Islam.
Perkampungan Muallaf lebih banyak terdapat di Kabupaten Seram bagian Timur (SBT) dan Kabupaten Pulau Buru. Untuk pembinaan di Kabupaten SBT digarap oleh Faisal Adam, da`i Pemuda Persis lainnya yang juga ditugaskan di Maluku.
Kondisi ekonomi muslimin yang kurang memadai menjadi salah satu penyebab terjadinya pemurtadan. Dakwah bil-lisan dan bil-kitabah saja tidak cukup untuk menjaga aqidah mereka yang sudah muallaf. Diperlukan biaya yang sangat besar untuk mensukseskan program ini.
Tidak hanya biaya transportasi saja yang harus dikelularkan, biaya makan selama pembinaan, pakaian perlengkapan ibadah, sampai biaya untuk keluarga yang ada di kampung-kampung muallaf ditanggung seluruhnya oleh pihak penyelenggara.
Alhamdulillah, upaya yang baik ini mendapatkan respon positif dari para muhsinin yang dengan ikhlas mengulurkan bantuannya, sehingga program pembinaan ini bisa berjalan dengan lancar sampai akhir pembinaan.
Selain bantuan dana, program pengiriman da`i pun harus sudah dilaksanakan secara gencar dan berkelanjutan. Saat ini beberapa ormas Islam seperti DDII dan Pemuda Persis sudah mulai konsisten mengirimkan para da`inya guna membina muallaf di Maluku.
Puluhan da`i yang disebar di Maluku tentunya belum dirasakan optimal bagi pengembangan dakwah di Maluku, mengingat ribuan muallaf dan jutaan umat Islam yang masih memerlukan pembinaan.
Selain itu, perhatian umat terhadap perkembangan dakwah di Indonesia bagian timur dirasakan masih sangat kurang. Padahal gerakan pemurtadan yang terjadi di wilayah Indonesia bagian timur sangat gencar dilakukan.
Upaya pengkaderan tokoh masyarakat muallaf inilah yang diharapkan kelak menjadi poros dakwah di Maluku. Pembinaan memondokkan para tokoh Muallaf ini dinilai lebih efektif dan efisien. Pasca mengikuti pelatihan ini, Para tokoh akan menjadi juru dakwah paling depan di wilayahnya. Atau ketika datang utusan dai ke kampung mereka, para tokoh yang sudah memahami urgensi dakwah akan menjadi pendamping para da`i dalam melaksanakan tugasnya.
\
Laporan:
Gugun Gunawan
(Da’i Pemuda Persis di Ambon)