(Dr. Sudarman, MA)
persis.or.id Muktamar PERSIS XVI dan PERSISTRI XIII tinggal menghitung hari. Seluruh elemen jamiyyah bersiap melaksanakan hajat besar jamiyyah lima tahunan tersebut. Agenda pokok Muktamar setidaknya membahas dan menetapkan tiga poin besar, mulai dari Laporan dan Pertanggungjawaban Pimpinan Pusat PERSIS Masa Jihad 2015—2022, Membahas dan menetapkan Qanun Asasi dan Dakhili PERSIS untuk masa berikutnya, dan pemilihan Ketua Umum PP PERSIS masa jihad berikutnya.
Dr. Sudarman, MA. dari PW PERSIS Sumatra Barat ketika dihubungi via WA memberikan sejumlah catatan khusus terkait Muktamar dan PERSIS pada umumnya, sebagai gerakan dakwah. "PERSIS ini sudah hampir 100 tahun, artinya sudah dewasa. Akan tetapi, meningkat ke level sikap kearifan", paparnya. Jamiyyah PERSIS masih terkesan Jawa sentris, tetapi di periode ini mulai berkembang ke berbagai daerah di Indonesia. Hal ini perlu terus ditingkatkan pengembangan dakwahnya hingga ke pelosok, di level kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
Ketika ditanya terkait bursa calon ketua umum PERSIS, beliau menyampaikan kekurangsetujuannya terkait perkembangan yang ada. Menurutnya, ada indikator polarisasi di tubuh jamiyyah Persatuan Islam dan ini berbahaya, "Sekarang saya melihat gejala kurang sehat di kalangan kader PERSIS. Karena sistem pemilihan ketua umum yang kurang matang maka terjadi polarisasi terhadap beberapa calon."
"Kita seharusnya menjadikan Muktamar ini menjadi ajang silaturrahmi akbar karena seluruh kader PERSIS di Indonesia berkumpul di Bandung untuk bermuwajahah antara satu dan lainnya. Kalau setiap PW sudah menyatakan ada calon yang diusung, kita sudah hadir membawa perbedaan-perbedaan," paparnya pada akhir wawancara.
Beliau mengajak kepada seluruh kader jamiyyah untuk menjadikan Muktamar sebagai ajang memperkuat ukhuwah Islamiah dengan mengutip ayat yang menjadi slogan PERSIS. "Mari kita jadikan Muktamar ini sebagai sarana memperkuat Ukhuwwah Islamiyyah. Wa'tashimu bihablillah jami'a."
"Dan kepada ketua umum yang terpilih agar dapat merangkul semua," tutupnya.
Reporter: Muslim Nurdin
Editor: Ilmi Fadillah