Bandung - persis.or.id, Sebuah video yang mengkampanyekan Ahok - Djarot dinilai sudah sangat provokatif dan berpotensi memicu kemarahan umat Islam dengan cara mereduksi makna kebhinekaan dan lebih kejamnya lagi membangun opini jahat bagi mereka yang membela Islam.
Hal tersebut disampaikan oleh wakil ketua umum PP Persis, KH. Dr. Jeje Zaenudin, selasa (11/04/2017). Beliau menyebutkan video yang seolah mengusung isu kebinekaan tapi justru mereduksi makna kebhinekaan itu sendiri.
"Mereka membangun opini seakan belum bhineka tunggal ika, jika mayoritas muslim masih menolak pemimpin kafir atas dasar ajaran agamanya. Tapi mereka sendiri tidak pernah menuduh kaum Kristen ataupun agama lain yang menolak orang muslim jadi pemimpin mereka sebagai anti kebhinekaan. Semisal kepala daerah di mayoritas non-muslim seperti Bali, Papua, Irian, atau Manado, yang tidak bisa seorang muslim jadi pemimpin", jelas Dr. Jeje
Lebih lanjut Dr. Jeje menegaskan bahwa video kampanye Pro Ahok tersebut sudah membangun opini yang sangat jahat. "Muslim yang anti Ahok adalah kaum radikal, fundamental, bahkan kaum brutal yang sukanya bertindak anarkis. Mereka membagi katagori umat kepada muslim yang sejuk dan rahmatan lil alamin versus muslim yang intoleran. Celakanya, pengkatagorian itu sangat-sangat tendensius dengan menggunakan parameter subjektif dan indikator keberpihakan serta kepentingan politis", paparnya.
Video yang dinilai sangat berpotensi memecah belah umat ini, membangun persepsi bahwa kelompok muslim yang pro Ahok dikatagorikannya sebagai muslim yang sejuk dan represantasi rahmatan lil alamin, sedang yang anti Ahok dikatagorikan muslim radikalis dan anarkis, yang tidak patut ada di tanah Jakarta.
"Saya khawatir cara-cara kampanye mereka para tim sukses Ahok seperti itu justru didesain sebagai provokasi untuk memancing tindakan marah sebagian muslim Jakarta yang tidak lagi sabar atas pelecehan itu, kemudian jika hal itu benar benar terjadi, maka merekapun menjadikan tindakan marahnya sebagian muslim sebagai justifikasi tuduhan mereka", ungkap Dr. Jeje
Yang patut juga sangat disedihkan, justru pola kampanye seperti itu dilakukan dan dibela oleh ketua timsesnya Ahok yang menggunakan atribut seakan dia muslimat yang taat, seperti tampil membela dengan pakaian berkerudung.
"Kenapa dia masih percaya ayat perintah berkerudung, tapi pada saat bersamaan mati matian mengingkari ayat YANG MENGHARAMKAN menjadikan kafir sebagai pemimpin, apa makna dari itu semua? Silakan masyarakat menilai sendiri. Dan Allah tentu yang Mahatahu kebusukan hati para munafikin itu", pungkas Dr. Jeje (HL/TG)