Satgas PERSIS Respon Covid-19 Jadi yang Pertama Lakukan Vaksinasi di Pesantren

oleh Reporter

01 Desember 2021 | 16:20

[Arsip - 11/10/21]

Cianjur, persis.or.id - Gebyar Vaksinasi Covid-19 PERSIS merupakan salah satu penanganan Covid-19 dari Satuan Tugas (Satgas) PERSIS Respon Covid-19 selain terus menggalakan 3 M beserta penerapan prokes.

Menurut Ketua Satgas PERSIS Respon Covid-19 dr. Sony Ramdhani, hal ini harus berjalan beriringan.

“Karena pandemi tidak akan berakhir hanya dengan vaksin saja, tetap harus melakukan prokes. Kalau 3 M dan vaksinasi oleh masyarakat, kemudian 3 T oleh petugas kesehatan,” ujarnya kepada persis.or.id, dalam Gebyar Vaksinasi di PPI 04 Cianjur, Sabtu (09/20/2021).

Dr. Sony menjelaskan, PERSIS menjadi pihak pertama yang mengadakan vaksinasi di pesantren, sehingga memiliki stok vaksin yang aman untuk pelaksanaan Gebyar Vaksin Covid-19 di berbagai pesantren.

“Setelah kita melakukan beberapa kali dan ramai, kemudian ada program dari bapak presiden bahwa pesantren harus disisir, baru ada program lain yang dilakukan setelah kita. Ini berarti program kita bagus,” tandasnya.

Oleh karena itu, ketika ada program pemerintah yakni percepatan vaksin, pihaknya sebetulnya dari awal telah memiliki beberapa kerja sama dengan berbagai instansi terkait dengan penanganan pandemi.

Beberapa di antaranya yakni dengan dinas kesehatan dan juga dengan kepolisian dalam program Gebyar Vaksinasi Covid-19 PERSIS. Ada juga penyelenggaraan program Vaksin Merdeka denga kepolisian dan Stafsus.

Khusus untuk program Gebyar Vaksinasi Covid-19 PERSIS, pihaknya telah bekerja sama dengan 11 pesantren dengan target menyuntikkan 10.000 dosis vaksin.

“Kenapa pesantren? Ini tentunya terkait dengan PTM. Karena beberapa fenomena di masyarakat dan jamiyyah yang sudah ingin cepat melaksanakan PTM, karena melihat anak-anak belajar di rumah susah. Sekolah umum saja susah apalagi pesantren. Tidak semua orang tua yang bisa mencari di Google tentang Balaghoh atau I’rob, susah,” terangnya.

Menurut dr, Sony, pelaksaan PTM memiliki peran yang penting dalam penting pendidikan. “Karakter dan akhlak anak juga harus terjaga, selain keilmuannya. Sehingga kami menggelar Gebyar Vaksin ini,” kata dia.

Dalam seluruh pelaksanaan program tersebut, pihaknya memilih vaksin Sinovac. Selain yang telah difatwakan halal oleh MUI dan juga Dewan Hisbah, Sinovac memang diperuntukkan juga untuk anak usia 12 tahun – 18 tahun Sinovac dan merk yang lain belum.

“Kenapa Sinovac? Nanti 2022 keluar vaksin Indonesia Merah Putih, kalau menunggu itu kan lama. Jadi kita yang ada saja dulu. Memang pasti ada pro dan kontra, tapi kita pakai kemanfaatannya,” terangnya. 

Hingga kini, target 10.000 vaksin telah terpenuhi dan Cianjur menjadi lokasi terakhir untuk program Gebyar Vaksin PERSIS gelombang pertama. Untuk gelombang selanjutnya, dr. Sony mengatakan bahwa pihaknya hanya akan memenuhi panggilan Gebyar Vaksin jika ada pesantren yang meminta.

“Dalam perjalanan, setelah 11 pesantren ternyata banyak yang minta juga dan ingin santrinya divaksin, contohnya di pesantren Margaasih dan Ciganitri. Ini tentunya masih terkait dengan PTM,” urainya.

Untuk lokasi sebenarnya kondisional. Dirinya mencontohkan saat pelaksaan di Garut yang digabungkan seluruh pesantren di sana dan ditempatkan di STAIPI Garut. Dan di Kabupaten Bandung karena letak pesantrennya sangat berjauhan dan banyak, maka dilakukan vaksinasi secara terpisah. 

“Program kita akan hadir sesuai permintaan. Karena ada beberapa pesantren yang santrinya suda ada yang vaksin lebih dulu. Jadi, kita memberi syarat minimal ada 500 peserta, tapi lebih banyak akan lebih bagus,” terangnya.

Selama pelaksanaan program tersebut, keluhan kipi hanya beberapa pada saat kejadian. Namun bersifat ringan seperti ada yang pingsan karena belum sarapan atau takut. “Secara umum setelahnya tidak ada. Hanya lapar dan ngantuk. Jadi tinggal istirahat dan makan saja,” ungkapnya.

Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut, di antaranya ketersediaan vaksin dan juga dalam hal pendanaan. 

“Setelah banyak pesantren dan sekolah mengadakan vaksinasi memakai Sinovac, ketersediaannya menipis hingga habis. Dan juga pendanaan, karena PP tidak membantu full untuk dana operasional, kita hanya membantu sebisanya kita,” terangnya.

(FAR)

Foto: edisi.co.id

Reporter: Reporter Editor: admin