Selamat Beristirahat, Sahabat.

oleh Reporter

31 Desember 2021 | 07:38

Bandung, persis.or.id - Meninggalnya Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda PERSIS Ustaz H. Eka Permana Habibillah di RS Muhammadiyah Bandung, Kamis (30/12/2021) sore, karena sakit menyimpan banyak kenangan yang mendalam.

Pimpinan Redaksi persis.or.id Muslim Nurdin yang pernah sama-sama berjihad di PP Pemuda PERSIS dengan almarhum, menceritakan kenangan beberapa hari sebelum meninggalnya Ustaz Eka.

Kamis, 30 Desember 2021, sekira pukul 13.30 Ustaz Muslim bersua dengan almarhum di kamar 114 Ruang R. Dewi Sartika RS Muhammadiyyah, Bandung. Wajah ceria dan cukup segar tampak terlihat saat itu, sambil menonton salah satu film kartun favoritnya, obrolan singkat itu bermulai, 

“Ust, kumaha?” Tanya Ust. Muslim dan Ustadz Eka pun mulai menjelaskan dan sesekali diimbangi dengan penjelasan Bunda Itsna, istri almarhum. 

“Dinihari menjelang subuh ngedrop,” ucap Ust. Muslim menirukan suara Ust. Eka. 

Setelah 30 menit berkomunikasi, Ust. Muslim melihat hal yang berbeda dari Ustaz Eka. 

“Ust, upami nyarios cape? (Jika berbicara, cape?)” Tanya Ust. Muslim yang diiyakan oleh Ustaz Eka. 

Obrolan pun berhenti dan tidak berselang lama Ustaz Muslim berpamitan untk memberi kesempatan Ustadz Eka beristirahat. Dan ternyata, itulah obrolan serta pertemuan terakhir dirinya dengan almarhum.

Ustaz Muslim juga menceritakan dua episode pertemuan dan interaksi dengan almarhum. Pertama, ketika sama-sama menimba ilmu di PPI 19 Bentar, Garut. Walaupun beliau tidak menuntaskan jenjang Tsanawiyyah dan Muallimin di pesantren tersebut, tetapi banyak kesan dan cerita yang muncul saat di asrama. 

Episode kedua, interaksi intensif ketika sama-sama berjuang dan berjihad di PP Pemuda PERSIS selama dua masa jihad. Pembawaannya yang kalem, nothing to lose, dan simple saja menghadapi semua urusan menjadi identitasnya yang unik di antara para tasykil. 

Hal tersebut seolah menjadi semakin matang ketika menjadi Ketua Umum PP Pemuda PERSIS masa Jihad 2015-2021

“Beberapa ucapan yang terdengar kuat di benak saya, seperti ‘Ittaquu mawadi’a tuhami, hati-hatilah berada di tempat yang dapat menimbulkan tuduhan,’ dan ‘Ana mah moal kuliah, engke lamun ana kuliah, ana bakal jadi adi kelas (Saya tidak akan kuliah, karena nanti jika kuliah, saya jadi adik kelas),'” kenang Ust. Muslim menceritakan dua hal yang sering disampaikan ditengah-tengah pembahasan, baik saat ngantor setiap sabtu maupun momentum lainnya.

"Selamat beristirahat, Sahabat," pungkas Muslim Nurdin dengan menahan sedihnya.

(MN/HL)

Reporter: Reporter Editor: admin