Bandung, persis.or.id - Ahad (24/09/2023) nanti, akan menjadi hari yang bersejarah bagi Pesantren Persatuan Islam (PPI) Pajagalan.
Pasalnya, hari itu akan digelar reuni akbar seluruh angkatan, baik alumni PPI 01 maupun PPI 02.
Ini akan menjadi momentum langka yang akan mempertemukan ribuan alumni lintas generasi dalam satu kegiatan.
Salah satu pagelaran yang hadir dalam event reuni tersebut adalah pertunjukan Teater 1923, yang akan menjadi eater sejarah dan pentas di hari bersejarah.
Baik bagi Pesantren PERSIS Pajagalan, maupun bagi Jam’iyyah PERSIS. Mengingat September 2023 merupakan September ke-100 bagi jam’iyyah yang berdiri pada tahun 1923 ini.
Teater 1923 akan menghadirkan banyak fragmen penting terangkum. Misalnya A. Hassan dan perdebatannya, Natsir dan Noer Nahar dengan romantisme juangnya, polemik Isa Anshary dengan DN. Aidit, penyerangan rumah-rumah orang PERSIS dan masih banyak lagi.
”Teater ini merupakan bentuk kreativitas dari Madrasah Pena di bawah pimpinan Kang Hilman Indrawan, yang sekaligus menjadi sutradara dalam teater ini," ungkap Arga Adha Anwari, panitia Reuni Akbar sekaligus produser Teater 1923.
Karenanya, panitia berharap agar teater ini dapat menjadi nilai dakwah dan pendidikan bagi asatiz, asatidzah, santri yang menonton sehingga lebih membekas.
Arga menambahkan, hadirnya seni teater dalam Reuni Akbar PPI Pajagalan ini menegaskan posisi Pesantren PERSIS Pajagalan dalam sejarah pergerakan jam’iyyah PERSIS.
”Korelasinya tentu kita sadar dan akui Pesantren Persatuan Islam no 1 Bandung di Pajagalan itu menjadi ibu bagi pesantren-pesantren PERSI yang lainnya. Karena dari sini lahir ustaz-ustaz pendiri pesantren PERSIS di daerah lain," tambahnya.
Sehingga, kata dia, Teater 1923 ini dapat mengingatkan kembali awal mula founding father ang membentuk persatuan Islam yang nanti akan menghasilkan satu wadah kaderisasi formal, yaitu pesantren.
Terakhir, Arga berharap melalui seni teater yang difasilitasi event Reuni Akbar ini, akan hadir tokoh-tokoh baru di Persatuan Islam.
”Melanjutkan perjuangan para founding father dalam menebar ilmu dan menjaga republik ini sebagai bangsa yang beragama,” pungkas Arga. (/EP)
[]
Kontributor: Endah Parawangsa