‘Ad; Kaum Kuat Yang Dilaknat

oleh Redaksi

09 Januari 2025 | 12:42

Ad Kaum yang dilaknat

Sambutan ‘Âd terhadap Da’wah Hûd As


Al-Qur’ân menjelaskan bagaimana kaum ‘Âd menyambut da’wah Nabi Hud As, yaitu,


a. Memandang Hûd As sebagai orang yang kurang akal dan pembohong.


قَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ.


Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta[43].


Ibnu al-Jauzi menyebutkan bahwa mereka memandang Nabi Hûd As lemah akal dan fikirannya, tidak tahu apa-apa, bodoh dan pendusta[44]. Menurut Shawi, jika diperhatikan antara perkataan kaum Nûh As dengan kaum Hûd As terhadap da’wah Nabi-Nabi mereka, kaum Nûh As menyebut Nabi mereka dengan perkataan bi al-Dhalal (dalam kesesatan) ini dikarenakan Nabi Nûh As membuat safinah (bahtera) di tempat yang tidak ada air. Sedangkan perkataan kaum Hûd As, fî safâhah (dalam kebodohan), karena orang yang mengikuti Hûd As adalah orang bodoh-bodoh[45].


b. Menantang Hûd As agar mendatangkan adzab, karena mereka tidak mau meninggalkan ajaran mereka dan berpindah menyembah Allâh yang satu,


قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَاكَانَ يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ.


Mereka berkata: Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allâh saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami maka datanglah adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar[46].


c. Mereka sekali-kali tidak akan meninggalkan agamanya dan tidak akan mempercayainya,


قَالُوا يَاهُودُ مَاجِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَانَحْنُ بِتَارِكِي ءَالِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَانَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ.


Kaum ‘Âd berkata: Hai Hûd, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu[47].


d. Mereka mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allâh, mendurhakai Rasûl-Rasûl-Nya, mengikuti perintah penguasa yang sewenang-wenang,


وَتِلْكَ عَادٌ جَحَدُوا بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا رُسُلَهُ وَاتَّبَعُوا أَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ.


Dan itulah (kisah) kaum ‘Âd yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka, dan mendurhakai Rasûl-Rasûl Allâh dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran)[48].


e. Nasehat Hûd As tidak didengar sama sekali. Diberi nasehat dan tidak diberi sama saja bagi mereka (masuk ke telinga kanan keluar telinga kiri)


قَالُوا سَوَآءٌ عَلَيْنَآ أَوَعَظْتَ أَمْ لَمْ تَكُن مِّنَ الْوَاعِظِينَ.


Mereka menjawab: Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat[49],


f. Mereka memandang benar agama mereka karena itu adalah adat kebiasaan yang telah ada sejak dahulu,


إِنْ هَذَآ إِلاَّخُلُقُ اْلأَوَّلِينَ.


(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu[50],


g. Mereka menganggap tidak akan diadzab,


وَمَانَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ.


Dan kami sekali-kali tidak akan di adzab[51].


h. Mereka mengatakan bahwa sebagian sembahan mereka telah menimpakan penyakit gila pada Nabi Hûd As,


إِن نَّقُولُ إِلاَّ اعْتَرَاكَ بَعْضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ.


Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Hûd menjawab: Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allâh dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan[52].



Adzab Allâh atas Kaum ‘Âd


Sebelum datang kehancuran kaum ‘Âd, Allâh telah memberikan peri-ngatan kepada mereka dengan adzab yang akan menyebabkan mereka binasa, agar ada kesempatan bagi mereka untuk memohon ampun kepada Allâh swt dan bertaubat. Hal ini sebagaimana dijelaskan Ibnu al-Jauzi dan al-Shabuni, Allâh swt tidak menurunkan hujan selama tiga tahun sehingga membuat rahim-rahim wanita mandul. Lalu Hûd As berjanji akan memohon kepada Allâh swt agar negeri mereka menjadi subur, rezeki mereka menjadi banyak, kekuatan mereka semakin kuat, dan keturunan mereka semakin bertambah. Hal itu dijanjikan Hûd As jika mereka beriman, istigfar, taubat, tidak berbuat dosa. Menurut al-Shabuni, ini memberi arti bahwa taubat, istigfar, tidak berbuat dosa, merupakan penyebab turunnya rahmat dan turunnya hujan (kesuburan)[53]. Hal di atas dijelaskan Allâh swt dalam,


وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَتَتَوَلُّوا مُجْرِمِينَ.


Dan (dia berkata): Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa[54].


Namun permintaan Hûd As itu tidak diperhatikan mereka, malah mereka lebih bersikukuh untuk tidak meninggalkan sembahannya, tidak akan beriman dan menganggap Hûd As telah terkena penyakit gila yang disebabkan oleh sebagian sembahan mereka.


قَالُوا يَاهُودُ مَاجِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَانَحْنُ بِتَارِكِي ءَالِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَانَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ {} إِن نَّقُولُ إِلاَّ اعْتَرَاكَ بَعْضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ.


Kaum ‘Âd berkata: Hai Hûd, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. (.:) Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Hûd menjawab: Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allâh dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan[55].


Atas perkataan kaum Hûd As itu, maka Nabi Hûd As cuci tangan dan bertawakal kepada Allâh swt, karena tidak ada satu binatang melata pun melainkan Allâh yang memegang ubun-ubunnya dan menyuruh mereka untuk menunggu adzab.


إِن نَّقُولُ إِلاَّ اعْتَرَاكَ بَعْضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ {} مِن دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لاَتُنظِرُونِ {} إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَّامِن دَابَّةٍ إِلاَّهُوَ ءَاخِذٌ بِنَاصِيَتِهَآ إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ.


Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Hûd menjawab: Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allâh dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, (.:) dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. (.:) Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allâh Rabbku dan Rabbmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguh-nya Rabbku di atas jalan yang lurus[56].


قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَآءَ سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّانَزَّلَ اللهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُم مِّنَ الْمُنْتَظِرِينَ.


Ia berkata: Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa adzab dan kemarahan dari Rabbmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenekmu menamakannya, padahal Allâh sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu Maka tunggulah (adzab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu[57].


Hûd As menyampaikan bahwa mereka akan binasa, akan diganti oleh kaum yang lain, rumah dan harta mereka akan hancur.


فَإِن تَوَلَّوْا فَقَدْ أَبْلَغْتُكُم مَّآأُرْسِلْتُ بِهِ إِلَيْكُمْ وَيَسْتَخْلِفُ رَبِّي قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلاَتَضُرُّونَهُ شَيْئًا إِنَّ رَبِّي عَلَى كُلِّ شَىْءٍ حَفِيظٌ.


Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Rabbku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Rabbku Maha Pemelihara segala sesuatu[58].


Adzab kehancuran kaum ‘Âd dijelaskan Allâh swt, antara lain,


كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ {} فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ {} وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ {} سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ {} فَهَلْ تَرَى لَهُم مِّن بَاقِيَةٍ.


Kaum Tsamûd dan ‘Âd telah mendustakan hari kiamat. (.:)Adapun kaum Tsamûd, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. (.:) Adapun kaum ‘Âd maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (.:) yang Allâh menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kamu ‘Âd pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (.:) Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka[59].

           

Shawi menjelaskan, kaum ‘Âd diadzab pada waktu shubuh, hari Rabu, 8 hari sisa dari bulan Syawwal (22 Syawal) dan berakhir pada waktu terbenam matahari di hari Rabu berikutnya. Mereka disiksa dengan angin yang sangat dingin, sangat keras suaranya, dan tidak berair shorshor, angin itu mematahkan kepala mereka seperti patahnya pohon kurma. Angin masuk dari mulut mereka dan keluar dari duburnya. Al-Shawi mengutip pendapat Ibnu Jarir mengatakan, Mereka hidup disiksa angin tujuh malam lima hari. Setelah lewat hari ke-8 mereka terbawa angin dan terlempar ke laut[60]. Kepada kaum Nabi Hûd As, Allâh swt telah menjanjikan untuk menyelamatkan mereka dan orang-orang yang beriman kepada Nabi Hûd As,


فَأَنجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِئَايَاتِنَا وَمَاكَانُوا مُؤْمِنِينَ.


Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman[61].


Sementara itu Qs. Hûd [11]: 58 menjelaskan bahwa orang yang beriman diselamatkan di dunia dan akhirat,


وَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَنَجَّيْنَاهُم مِّنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ.


Dan tatkala datang adzab Kami, Kami selamatkan Hûd dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari adzab yang berat[62].


Al-Suyuthi menyebutkan, kaum ‘Âd diadzab dengan angin dingin yang bersuara keras tidak berair,


اَلرِّيْحُ الْعَقِيْمُ رِيْحٌ بَارِدَةٌ ذَاتَ صَوْتٍ شَدِيْدٍ لاَ مَطَرَ فِيْهَا.


Angin yang dahsyat adalah angin dingin yang bersuara keras dan tidak berair[63].


Laki-laki, wanita, anak-anak dan harta hancur terangkat ke udara, demikian juga rumah mereka. Mereka tertimbun pasir, lalu terbawa angin dan masuk ke laut. Sementara Nabi Hûd As dan orang-orang yang beriman, diselamatkan Allâh. Ibnu ‘Asakir menyebutkan, sebagaimana dikutif oleh al-Suyuthi,


قَالَ ابْنُ عَسَاكِرَ: لَمَّا أَرْسَلَ اللهُ الرِّيَحَ عَلَى عَادٍ اِعْتَزَلُ هُوْدُ وَمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي حَظِيْرَةٍ مَايُصِيْبُهُمْ مِنَ الرَّيَحِ إِلاَّ مَاتَلِيْنٌ عَلَيْهِ الْجُلُوْدَ وَتَلْتَذُهُ الْأَنْفُسُ.


Ketika Allâh mengirimkan angin kepada kaum ‘Âd, Hûd As dan orang beriman pergi dan berlindung di balik sebuah tembok. Mereka tidak tertiup angin kecuali angin yang sepoi-sepoi yang membuat mereka merasa sejuk dan nyaman dengan angin itu[64].


Menurut al-Suyuthi dan al-Darwis, Nabi Hûd As dan orang yang beriman kepadanya pergi ke Makkah. Di sana mereka beribadah sampai mereka wafat[65].



Ibrah bagi Ummat


Pada akhir ayat Qs. Hûd [11]: 59-60  yang mengisahkan tentang kaum ‘Âd, Allâh swt mengisyaratkan agar kisah mereka dibaca, dikaji, dihayati dan dipelajari untuk kemudian diambil pelajarannya yang berharga bagi kehidupan dunia dan akhirat. Pelajaran itu, antara lain, Kaum ‘Âd yang telah diberi nikmat banyak oleh Allâh swt dilaknat karena,


  1. Mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allâh sehingga mereka tidak beriman.
  2. Mendustakan Rasûl Allâh termasuk ajaran yang dibawa Rasûl.
  3. Mengikuti perintah para penguasa yang sewenang-wenang dan menentang kebenaran agama Allâh.
  4. Kufur terhadap Allâh yang memberinya nikmat.



وَتِلْكَ عَادٌ جَحَدُوا بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا رُسُلَهُ وَاتَّبَعُوا أَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ {}

وَأُتْبِعُوا فِي هَذِهِ الدَّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلآ إِنَّ عَادًا كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلاَ بُعْدًا لِّعَادٍ قَوْمِ هُودٍ {}


“Dan itulah (kisah) kaum ‘Âd yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka, dan mendurhakai Rasûl-Rasûl Allâh dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran). (.:)

Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum ‘Âd itu kafir kepada Rabb mereka. Ingatlah,

kebinasaanlah bagi kaum ‘Âd (yaitu) kaum Hûd itu[66].





DAFTAR PUSTAKA



Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, III, IV, VII, Dâr al-Fikr, Beirut, 1974.


Ahmad Shawi al-Maliki, asyiah al-‘Alamah al-Jalalain, II, III, IV, Dâr al-Fikr, Beirut, Libanon, 1993.


Jalaludin al-Suyuthi, al-Dur al-Mantsur fî al-Tafsir al-Matsur, III,  Dâr al-Fikr, Beirut, Libanon, 1992.


Muhammad Mahmud Hijazi, Tafsir al-Wadhih, I, Dâr al-Jail, Beirut, 1992.


Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, I, II,  Dâr Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut, Libanon, 1998.


Abdurrahman bin al-Jauzi, Zaad al-Masir fi Ilmi Tafsir, III, IV, Al-Maktab al-Islami, Beirut. 1965.


Muhyidin al-Darwis, I’rab Al-Qur’ân wa Bayanuhu, II,  Dâr Ibnu Katsir, Damaskus, Beirut, 2001.


Abdu al-Wahab al-Najjari, Qishash al-Anbiya, Dâr al-Fikr, Beirut, tt


Muhamad, Fuad Abd. Al-baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, Dâr al-Fikr, Beirut,1993.




________________________

[43] Qs. al-A’râf [7]:66.

[44] Al-Jauzi, Op. Cit. III:222.

[45] Shawi, Loc. Cit.

[46] Qs. al-A’râf [7]:70.

[47] Qs. Hûd [11]:53.

[48] Ibid, 11:59.

[49] Qs. Al-Syu’ara [26]:136.

[50] Qs. Al-Syu’ara [26]:137.

[51] Ibid, 26:138.

[52] Qs. Hûd [11]:54.

[53] Al-Jauzi, Op. Cit. IV:116. Al-Shabuni, Loc. Cit.

[54] Qs. Hûd [11]:52.

[55] Ibid, 11:53-54.

[56] Ibid, 11:56.

[57] Qs. al-A’râf [7]:71.

[58] Qs. Hûd [11]:57.

[59] Qs. Al-Hâqqah [69]:4-8.

[60] Shawi, Op. Cit. IV:313-314.

[61] Qs. al-A’râf [7]:72.

[62] Qs. Hûd [11]:58.

[63] Al-Suyuthi, Loc. Cit.

[64] Ibid.

[65] Ibid. Muhyidin al-Darwis, Op. Cit. II:580.

[66]  Qs. Hûd [11]:59-60.

BACA JUGA:

Ayyub AS Sosok Hamba Teruji Dalam Al-Quran

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon