Berhala dalam Sejarah: Asal-Usul, Kepercayaan, dan Pandangan Islam

oleh Redaksi

15 Maret 2025 | 10:41

Ustaz Dr. Jeje Zaenudin, M.Ag

Oleh: Al-Ustadz Dr. Jeje Zaenudin, MA

Ketua Umum PP PERSIS



Bandung, persis.or.id - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefiniskan berhala adalah patung dewa atau sesuatu yang didewakan yang disembah dan dipuja. Memberhalakan maknanya memuja dan mendewakan. Sedang dewa atau dewi itu sendiri adalah roh yang dianggap atau dipercaya sebagai manusia halus yang berkuasa atas alam dan manusia yang lain. 


Dalam mitologi peradaban kuno seperti Mesir, Persia, India, Yunani, Romawi, dan sebagainya, dewa dipersepsi dan diyakini sebagai makhluk supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia. Mereka dianggap suci, keramat, memiliki kemampuan dan kekuasaan melebihi makhlak lainnya karenanya patut dipuja dan disembah dengan berbagai caranya. Mereka juga berjenis kelamin laki dan perempuan sehingga ada dewa dan dewi. Wujudnya bisa beraneka ragam. Mirip manusia, binatang, ataupun bentuk campuran manusia dan binatang. Tempat tinggal, wilayah kekuasaan dan kemampuanya pun berbeda beda. Dewa langit menguasai wilayah langit untuk mengatur hujan, panas, dan musim; dewa samudera atau lautan menguasai ombak, badai, dan kehidupan makhluk laut; dewa hutan menguasai wilayah hutan dalam mengatur segala kehidupan hutan; demikian seterusnya. Untuk memudahkan penyembahan, dewa dewi itu dibuatkan patung berupa pahatan atau ukiran kayu, batu, tanah liat dan sebagainya. Seringkali manusia yang memiliki kelebihan atau keistimewaan tertentu selama hidupnya diposisikan dan dinaikan kedudukannya laksana dewa-dewi. Maka merekapun dibuatkan pula patungnya yang kemudian diberi persembahan tertentu.


Sepanjang sejarah manusia, mitologi, dan dongeng tentang dewa-dewi supranatural yang dipuja dan disembah telah mengalihkan dan mengalahkan perhatian manusia dari mengimani dan menyembah Tuhan yang sesungguhnya, yaitu Allah Swt., Tuhan Pencipta alam semesta dan segala isinya. maka para nabi dan rasul pada setiap zaman diutus untuk meluruskan kesesatan berfikir manusia tentang penyembahan pada tuhan. Para rasul mengajarkan agama yang sama, agama tauhid. Yaitu ajaran tentang kemahaesaan Tuhan yang mutlak, tidak ada yang memiliki kekuasaan mencipta, memberi hidup dan mati, mengatur alam semesta, dan menetapkan nasib makhluk kecuali Dia Allah yang Mahaesa dan Mahakuasa, yang tidak ada sesuatu apapu yang dapat dipersamakan dengan Dia sebagiaman Dia tidak boleh dipersamakan dengan apapun.


Menyembah tuhan selain Allah dan mempersamakan makhluk apapun dengan Dia adalah penistaan terhadap kesucian dan kemuliaan Allah. perbuatan itu dinamakan syirik, yang berati menduakan atau menyekutukan tuhan. Apa saja yang dijadikan sekutu bagi Allah dinamakan tandingan atau andad. Banyak macam andad yang diberhalakan manusia yang kesemuanya itu dikecam dan diharamkan oleh Islam.


Pada saat Nabi Muhammad diutus kepada bangsa Arab, masyarakat pada masa itu juga menganut tradisi menyembah berhala. Berhala itu sebagian besar dipahat dari batu. Ada yang berupa patung manusia menirukan rupa orang-orang baik dan berjasa jaman dahulu, ataupun dewa-dewi yang diyakini memberi kemakmuran dan keselamatan bagi mereka, seperti Latta, Uzza, dan Manat. Atau juga berupa binatang tertentu sebagai simbol keberuntungan, kejayaan, dan kepahlawanan.


Begitu kuatnya pengaruh keyakinan terhadap berhala-berhala itu sehingga Al-Quran mengecamnya dengan penyebutan khusus:


أَفَرَءَيۡتُمُ ٱللَّـٰتَ وَٱلۡعُزَّىٰ ١٩وَمَنَوٰةَ ٱلثَّالِثَةَ ٱلۡأُخۡرَىٰ ٢٠ أَلَكُمُ ٱلذَّكَرُ وَلَهُ ٱلۡأُنثَىٰ ٢١ تِلۡكَ إِذٗا قِسۡمَةٞ ضِيزَىٰ ٢٢ إِنۡ هِيَ إِلَّآ أَسۡمَآءٞ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٍۢۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَمَا تَهۡوَى ٱلۡأَنفُسُۖ وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ ٱلۡهُدَىٰ ٢٣


"Maka apakah patut kamu (orang -orang musyrik) menganggap berhala Al Latta dan 'Uzza, dan Manat berhala yang ketiga dan paling kemudian (sebagai anakanak perempuan Allah). Apakah pantas untuk kamu anak laki-laki dan untuk Allah yang perempuan?. Yang demikian itu tentu suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan apapun untuk menyembahnya. Mereka hanya mengikuti dugaan dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Padahal telah datang petunjuk dari Tuhan mereka." (Surat An Najm: 19-23).


Penyembahan pada berhala disebabkan karena kebodohan tentang siapa Tuhan Pencipta, bagaimana Dia mengatur dan mengelola alam semesta dengan sebaik-baiknya. Juga karena kebodohan dalam memperlakukan Tuhan dan sesama manusia yang dianggap berjasa. Cara yang paling mudah bagi masyarakat kuno dalam memberi penghargaan dan memuliakan arwah nenek moyang yang dianggap berjasa agar terus dapat mengispirasi mereka bahkan dapat terus melindungi mereka adalah dengan dibuatkan patungnya, lalu diberi penghormatan, persembahan, dan sesajen. Itulah salah satu sebabnya kenapa dalam ajaran Islam diharamkan membuat patung makhluk hidup secara lengkap yang dapat membawa pelakunya atau orang-orang dikemudian hari memuja dan mendewakannya.


BACA JUGA:

Agar Bernilai Ibadah, Ketum PERSIS: Jadikan Bukber Sebagai Ajang Silaturahmi dan Berbagi Ikhlas

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon