5. Bagi kekayaan ilmu pengetahuan, menunjukan bahwa matahari itu sangat besar berkali-kali bumi, hal ini diisyaratkan oleh pelaut yang tidak dapat melihat ujungnya, yang ia lihat matahari itu terbenam kedalam air. Demikian juga yang ditunjukan oleh Al-Qur’ân dengan firmannya al-Kahfi 86; Dzulkarnain melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam,
حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِندَهَا قَوْمًا قُلْنَا يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَن تّتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا{الكهف: 86}
“Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata:"Hai Dzulqarnain,kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka”. (QS. 18:86)
6. Bagi ummat Islam dalam bertauhid, sekuat apapun bangunan yang dibuat di muka bumi ini pada akhirnya akan hancur dan seperkasa apapun manusia di dunia pada akhirnya akan ada yang mengalahkan seperti kuatnya benteng Dzulkarnain menjadi hancur dan perkasanya Ya’juj dan Ma’juj menjadi berakhir.
7. Bagi kegiatan da’wah;
a. Berda’wah hendaknya sampai ke kawasan yang sangat jauh dan daerah-daerah terpencil.
b. Kegiatan berda’wah dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan ummat, bisa dengan lisan dan bisa juga dengan perbuatan seperti Dzulkarnain membuat benteng karena masyarakat saat itu membutuhkan untuk ketenangan hidup.
c. Da’i hendaknya mempunyai berbagai kemampuan yang dapat membantu kegiatan da’wah; kemahiran bahasa, ilmu, fisik dan mempunyai dana, sebagaimana Dzulkarnain.
d. Seorang Da’i harus bersabar dan lembut menghadapi masyarakat yang bodoh dan primitif seperti kelembuatan Dzulkarnain berda’wah ke kawasan timur dan barat.
e. Seorang da’i tidak boleh takabbur atas kemampuan dirinya dalam berda’wah, karena kemampuan itu rahmat dari Allah. ini seperti yang dikatakan Dzulkarnain saat berda’wah ke kawasan utara, setelah Ia membuat benteng yang kokoh, ia berkata, al-Kahfi; 98 قال هذا رحمة من ربّي ini adalah rahmat dari Tuhanku.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, V,VI, Daar al-Fikr, Baerut, Lubnan, 1974
Ahmad Shawi al-Maliki, Hatsiah al-Alamat al-Shawi, III, Daar al-Fikr, baerut, Lubnan 1993
Khadim al-Harmain al-Syarifain, Al-Qur’ân dan Terjemah, Jakarta, 1971
Ahmad Warson al-Munawir, kamus al-Munawir, Krapyak Yogyakarta,1984
Mushtafa Inani, Al-Wasith, Daar Ma’rifah, Makah, 1916
C.E.Bosworth, Dinasti dinasti Islam, Mizan, 1980
Ensiklopedi Islam, III, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta
Muhamad al-Jauzi, Zaad al-Masir fi Ilmi Tafsir, V, al-Maktab al-Islami 1965
Muhammad Fuad al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras Li alfadh Al-Qur’ân al-Karim, Daar Ma’rifah, Baerut Lubnan, 1992
Muhamad Mahmud Hijaji, al-Tafsir al-Wadhih,II, Daar Jael, Baerut, 1992
Muhamad Ali al-shabuni, Shafwat al-Tafasir, II, Daar Ihya al-Turats Arabi, Baerut, Lubnan, 1998
Ibnu Jarir al-Thabari, Ja’mi al-Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’ân, IX, Daar al-Fikr,1988
Jalaludin al-Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur,V, Daar al-Fikr, 911 H
Hasbi al-Sidiqi, Tafsir al-bayan, II, Yogyakarta, 1966
M. Romli, Tafsir Quran Sunda, al-Ma’araif, 1974
BACA JUGA:Dzulkarnain Da’i Penjelajah Dunia Dalam Al-Qur’ân (Bagian Dua)