Dzulkarnain Da’i Penjelajah Dunia Dalam Al-Qur’ân (Bagian Dua)

oleh Redaksi

14 Januari 2025 | 09:23

Dzulkarnain Da’i Penjelajah Dunia Dalam Al-Qur’ân (Bagian Dua)

3. Jelajah Dzulkarnain ke Utara / Selatan



ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا {} حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لاَيَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً {} قَالُوا يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا {} قاَلَ مَامَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأِعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا {} ءَاتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ ءَاتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا {} فَمَا اسْتَطَاعُوا أَن يَظْهَرُوهُ وَمَااسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا {} قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا {}* وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا {الكهف :92-99}


“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). (.:) Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. (.:) Mereka berkata:"Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka" (.:) Dzulqarnain berkata:"Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, (.:) berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain:"Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti ) api, diapun berkata:"Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar ku tuangkan ke atas besi panas it". (.:) Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. (.:) Dzulqarnain berkata:"Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar". (.:) Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya”. (QS. 18:92-99)



a. Kawasan Janub dan Syimal.


M. Romli (531) menjelaskan Dzulkarnain selanjutnya menjelajah ke tempat kawasan yang ke tiga dari wilayah جنوب/selatan ke wilayah شمال/utara. Showi (II, 29-30) menjelaskan ummat di kawasan bumi sebelah selatan di sebut هاويل/Haawil dan ummat di sebelah utara disebut تأويل/takwil. Di kawasan Janub dia sampai ke pinggiran laut. Menurut M. Romli (531) di sebelah utara sampai ke tempat antara dua gunung yaitu Armenia dan Adzarbaijan. Dan al-Maraghi (VI:17) menyebutkan Dzulkarnain pergi keperjalanan ketiga berlain arah atau silang arah ke Matla al-Syamsi/utara, ia sampai pada dua gunung hal ini sependapat dengan Mahmud Hijazi (436) yang menyebutkan negri antara dua gunung itu antara Armenia dan Azdarbaijan. Namun Mahmud Hijaji menyebutkan pendapat lain yaitu kawasan yang berdampingan dengan Ya’juj dan Ma’juj. Kawasan ujung utara selatan menurut Hijaji ujung keramain/معمر sesuai dengan zamannya pada saat itu atau tempat yang terpencil/السحيق pada saat itu. Ibnu al-Jauzi (V:188) menjelaskan Dzulkarnain sampai ke kawasan utara hingga pada dua gunung (sebelah utara) yang di belakangnya laut di depannya dua negara, kedua negara itu ujung daerah ترك yang berdekatan dengan Armenia, dan menurut Ibnu Abbas kedua gunung tersebut antara Armenia dan Azdarbaijan. Menurut Al-Suyuti (V:435) mengutip pendapat Ali bin Abi Thalib yang menyebutkan ترك itu berasal dari Ya’juj dan Ma’juj yang bercampur dengan bangsa lain.


b. Sifat Kaum yang dihadapi


Showi (III:29-32) menyebutkan kaum yang disebelah utara itu dari keturunan Yâfits bin Nuh, anak Nuh itu ada tiga; Saam, Ham dan Yâfits. Saam bapak dari bangsa Ruum, Arab dan Ajam/asing. Haam bapak dari Habasah, Zunju dan Nubah. Sedangkan Yâfits bapak dari Ya’juj, Ma’juj, Shaqalibah, Barbar dan Taruk. Dzulkarnain dari keturunan Saam. Dia mendapatkan kaum yang tidak dapat dimengerti bahasanya baik bahasa dia oleh yang lain atau bahasa lain olehnya. Dzulkarnain dapat memahami bahasa kaum itu menurut sebagian karena dia diberi pemahaman oleh Allah untuk memahami bahasa yang merupakan karomah dari Allah, dan sementara yang lain ada yang menyebutkan Dzulkarnain dibantu oleh penterjemah. Menurut al-Suyuthi (V:435) kaum tersebut adalah kaum Taruk. Ibnu al-Jauzi (V:188) menyebutkan kaum di kawasan utara itu kaum yang hampir tidak paham bahasa atau paham bahasa tapi lambat. Dan al-Maraghi (VI:17) memperkuat pendapat Mufassir di atas bahwa kaum di sebelah utara kaum yang tidak dapat dipahami bahasanya dan mereka tidak memahami bahasa yang lain, karena jauhnya bahasa mereka dan bahasa yang lain serta sedikitnya kepandaian mereka.



c. Da’wah dan Benteng Dzulkarnain


قاَلَ مَامَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأِعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا {} ءَاتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ ءَاتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا {} فَمَا اسْتَطَاعُوا أَن يَظْهَرُوهُ وَمَااسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا {} قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا {الكهفى: 95-98}


Setelah Dzulkarnain berada di kawasan Utara, kaum di sana berkata padanya, Ya’juj dan Ma’juj suka membuat kerusakan, membunuh, menyerang, merampas dan lainnya. Mereka minta dibuatkan السدّ/benteng untuk menghalangi mereka, sebagai imbalannya, mereka sanggup memberikan Upeti (خَرْجًا/جُعْلاً). Dzulkarnain menjawab, kekuasaan, kerajaan, dan harta yang diberikan Allah itu lebih utama dari upeti. Jawaban ini sama ketika Ratu Bilqis menawarkan Upeti kepada Sulaiman as. yaitu, (al-Naml : 36).



فَلَمَّا جَآءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَآ ءَاتَانِىَ اللهُ خَيْرٌ مِّمَّا ءَاتَاكُم بَلْ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ {النمل: 36}


“Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu”. (QS. 27:36)


Ini memberi gambaran bahwa kaum yang dijumpai Dzulkarnain sedang ada dalam kesulitan yang dihadapi. Dzulkarnain ingin memecahkan kesulitan mereka dalam usaha da’wah ke jalan Allah. Ia meminta dibantu oleh tukang-tukang yang mahir, minta potongan-potongan besi, lalu sedikit demi sedikit ditumpuk hingga rata dengan dua gunung, kemudian besi dibakar hingga merah selanjutnya dituangkan tembaga yang telah mendidih hingga benteng itu menjadi keras kuat. Maka Ya’juj dan Ma’juj tidak dapat naik dan tidak bisa melubanginya (Al-Maraghi, VI:18).


Dalam Riwayat Abu Hurairah dijelaskan sabda Nabi yang isinya, Ya’juj dan Ma’juj. Sungguh mereka berusaha menggali السد setiap hari sampai hampir terbenam matahari. Dan di antara mereka ada yang berkata “pulanglah! besok kita akan menggali lagi” lalu mereka kembali dan mendapatkan benteng yang sangat kokoh hingga dalam waktu yang cukup lama tidak bisa menghancurkan. (Ibnu Jauzi, V:188). Menurut Showi (III:29-30) benteng yang dibuat Dzulakrnain adalah سدا إسكندار ukurannya seratus farsah, satu farsah perjalanan satu jam setengah, maka seratus farsah sama dengan seratus lima puluh jam perjalanan, seratus lima puluh jam sama dengan dua belas hari perjalanan.


Sifat Dzulkarnain dalam berda’wah ke kaum sebelah utara dijelaskan oleh al-Hijaji (II:436) adalah, 1) cinta berbuat kebaikan, telah memiliki fitroh beramal shaleh banyak memberikan bantuan baik berupa materi atau non materi.


Sementara Dzulkarnain berda’wah ke kawasan selatan dijelaskan oleh Showi (III:30) yaitu ia pergi kearah bumi sebelah kanan/selatan yaitu kaum Hâwil, Allah menjadikan tangan hati, akal dan pandangannya berada bimbingan Allah sehingga tidak salah jika ia bertindak. Ia datang kepinggir laut lalu ia membuat atap rumah/kecil yang dibuat dari potongan-potongan kayu seperti sandal dia membuat dan menyusunnya dalam sesaat, kemudian salah seorang dari ummat kaum disana membawanya. Disaat menyebrangi sungai dan laut jatuh ke sungai lalu ia memberikan setiap seorang dari antara mereka membawa sepotong kayu/لوح itu sehingga tidak sulit dalam membawanya. Disini Dzulkarnain berda’wah dengan cara membuat suatu Tamstil kehidupan bagaikan sebuah rumah yang tidak bisa diselesaikan sendiri tapi harus bersama-sama. Demikian juga hidup dalam masyarakat, ummat itu harus sama-sama menanggung permasalahan bersama dan melakukannya bersama-sama sehingga permasalahan tersebut terasa ringan dan tidak sulit untuk dilakukan.

BACA JUGA:

Dzulkarnain Da’i Penjelajah Dunia Dalam Al-Qur’ân (Bagian Satu)

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon