Dzulkarnain Da’i Penjelajah Dunia Dalam Al-Qur’ân (Bagian Dua)

oleh Redaksi

14 Januari 2025 | 09:23

Dzulkarnain Da’i Penjelajah Dunia Dalam Al-Qur’ân (Bagian Dua)

b. Sifat kaum yang dijumpai Dzulkarnain


Ibnu al-jauzi (V:185) menjelaskan, kaum yang dijumpai itu


1. Pakaian mereka kulit-kulit binatang buas, (لباسهم جلود السباع)

2. Makanannya bangkai binatang-binatang yang terjemur matahari,

3. Di sana ada kaum yang mu’min dan yang kafir.


Sementara menurut M. Romli (hal: 532), umat yang dijumpai itu umat yang kafir, pakaian mereka kulit-kulit binatang buruan, makanan mereka yang dilemparkan ke laut. Dan Hasbi (II:800) mengatakan,umat itu, Ahli Fithrah yang belum ditanya Rasul Allah. Al-Maraghi (VI:15) menyebutkan umat yang dijumpai itu kafir. Al-Wadhih (II:436) mengatakan, sifat kaum di Maghrib itu; merusak, membunuh, sombong, dengki, dhalim, mengikuti nafsu dan syetan, juga kafir.


c. Da’wah Dzulkarnain


Al-Maraghi (VI:16) menjelaskan, Allah menyuruh Dzulkarnain untuk memilih, apakah mereka akan diadzab atau diajak iman dengan diajarkan pada mereka هدى/petunjuk dan رشاد/ajaran? Dzulkarnain menjawab; Yang dzalim dan musyrik kami akan membunuhnya, di akherat nanti mereka akan diadzab. Dan yang iman, bertauhid, amal shaleh. Kami akan mengajarkan apa yang mudah mengajarnya, yaitu sesuatu yang mendekatkan kepada Allah dan menjinakan hati, tidak akan diajarkan yang susah dan berat, seperti Shalat, Zakat dan Jihad. Dan Hasbi (hal: 800) menafsirkan ayat, Allah memberi petunjuk jika umat itu tetap inkar setelah da’wah, boleh membunuhnya, jika menerima da’wah harus dilayani dengan baik.


Al-Wadhih (II:436) menjelaskan, Saat Dzulkarnain disuruh memilih, Ia memilih الإمهال/ramah, pelan-pelan, dan الدعوة/mengajaknya untuk iman. Dan Ibnu al-Jauzi (V:185), menambahkan mereka akan dibunuh jika menolak da’wah, dan yang iman akan diberi kemudahan dan petunjuk serta berkata pada mereka dengan perkataan yang baik. Ali- Al-Shabuni (II:139) menambahkan, Dzulkarnain raja yang adil, da’wah dengan cara yang baik, muamalah dengan cara yang bersih, ia suka memberi pertolongan dan kemudahan.


2. Jelajah Dzulkarnain ke arah Timur


ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا {} حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَّمْ نَجْعَل لَّهُم مِّن دُونِهَا سِتْرًا {} كَذَلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا { الكهف : 89-91}


“Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). (.:) Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, (.:) demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya”. (QS. 18:89-91)


a. Kawasan Masryik al-Syamsi


Al-Maraghi (VI:17) menyebutkan Dzulkarnain kembali dari Magrhib dan menuju jalan ke Masyrik ia sampai di tempat terbitnya matahari di daerah yang di diami penduduk. Di sana tidak terdapat bangunan-bangunan untuk berlindung tidak ada pohon-pohon untuk menghalangi dari panasnya matahari dan tidak ada atap serta gunung-gunung. Hasbhi (800) menyatakan di tempat terbitnya matahari ia melihat matahari terbit. Menurut Mahmud Hijaji (II:436) Dzulkarnain menuju ke Masryik disertai sesuatu yang dapat menyampaikan pada tempat tujuannya ujung keramaian hidup manusia. Menurut Hijaji (II:436) kawasan itu daerah صحراوية/padang sahara.


b. Sifat Kaum yang dihadapi


Menurut Al-Maraghi (VI:17) kaum yang ada di wilayah ujung timur mereka tidak berpakaian benar-benar tidak tertutup badannya sedikitpun. Mereka punya lubang bawah tanah untuk berlindung saat siang hari dan mereka muncul saat terbenam matahari. Dan pada saat matahari terbit mereka makan yang terpanasi oleh matahari dan saat terbenam bekerja mencari yang dibutuhkan untuk makan. Menurut Hijaji (II:436) masyarakat di wilayah ujung timur adalah masyarakat yang bodoh dan hidup tidak beraturan. Dan Al-Thabari (IX:12) menambahkan mereka tinggal di dalam gua-gua air dan lubang-lubang binatang buas. Menurut Harmain (457) kaum disebelah timur adalah kaum ناسك /Naasik. Sementara Suyuthi (V:435) menyebutkan kaum disebelah timur kaum الزنج/Negro. Ibnu Al-Jauzi (V:186) menjelaskan sifat kaum disebelah masryik, mereka berada dalam lubang-lubang disana tidak ada bangunan, tidak berpakaian, makanannya apa yang terpanasi oleh matahari jika matahari berada di tengah-tengah mereka keluar dari lubang-lubang untuk mencari makanan yang terjemur matahari, jika matahari terbenam mereka keluar untuk berburu sebagaimana binatang buas, mereka itu orang-orang Negro.


c. Da’wah Dzulkarnain di wilayah Masyrik


Da’wah Dzulkarnain di wilayah timur, diisyaratkan ayat di atas dengan kata كذلك. Para Mufassir menafsirkan kata tersebut antara lain Ibnu al-Jauzi (V:188) menyebutkan Dzulkarnain sampai ke tempat terbitnya matahari seperti ke tempat terbenamnya matahari, ia sampai kesana dengan jalan sebagaimana jalannya ke Magrhib dan berda’wah di Masyrik sebagaimana da’wahnya di Magrhib, Ia bersama tentaranya yang banyak. Al-Shabuni (II:139) menjelaskan Dzulkarnain berda’wah kepada penduduk timur dengan, yang iman dibiarkan yang kafir dibunuh sebagaimana yang dilakukannya pada ahli Magrhib, Allah memberinya ilmu halus yang dapat menembus sesuatu. Al-Maraghi (VI:17) menafsirkan kata كذلك yaitu itulah Dzulkarnain sampai ke ujung timur dan barat. Dan yang dilakukannya itu benar-benar sampai ke ujung, ilmu dan tentaranya, tidak lain hanyalah dari Allah dan kata خبرا pada ayat di atas menunjukan, pada ilmu yang berhubungan dengan sesuatu yang dohir dan tersembunyi. M.Romli (531) menyebutkan sifat Dzulkarnain lembut, luas kerajaannya, dan da’wah di Masyrik sama dengan di Magrhib. Dan Al-Wadhih (II:436) menambahkan dalam berda’wah ke timur Dzulkarnain diberi Allah الجند /tentara, الظفر/keuntungan, الملك/kerajaan, الحبر/ilmu dohir dan batin.


BACA JUGA:

Dzulkarnain Da’i Penjelajah Dunia Dalam Al-Qur’ân (Bagian Satu)

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon