Jamaah Rahimakumullāh,
Fenomena gerhana—baik gerhana matahari maupun bulan—adalah salah satu peristiwa langka yang membuat manusia terkagum-kagum. Banyak di antara kita yang menyaksikannya dengan penuh rasa takjub, bahkan menjadikannya sebagai tontonan. Namun, Islam mengajarkan bahwa gerhana bukan sekadar fenomena astronomi, melainkan āyāt Allāh (tanda kebesaran Allah) yang diturunkan untuk menggugah hati manusia.
Allah tidak menciptakan gerhana untuk hiburan, tetapi sebagai peringatan agar kita merenungkan kebesaran-Nya, mengingat kematian, dan memperbanyak amal shalih. Rasulullah ﷺ sendiri ketika melihat gerhana langsung bersegera menuju masjid, melaksanakan shalat khusuf, berdoa, dan menyeru umatnya agar kembali kepada Allah.
Mengapa Kita Harus Merenungi Gerhana?
Jamaah Rahimakumullāh,
Gerhana matahari maupun bulan adalah salah satu tanda kebesaran Allah (‘āyāt Allāh). Al-Qur’an menegaskan:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ في السَّمواتِ وَالأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
“Dan betapa banyak tanda (kekuasaan) di langit dan di bumi yang mereka lalui, tetapi mereka berpaling darinya.” (QS. Yūsuf: 105).
Menurut al-Ṭabarī, ayat ini menegur manusia yang sering melihat tanda-tanda kekuasaan Allah berupa fenomena alam, namun tidak mengambil pelajaran darinya.¹ Dalam konteks gerhana, fenomena ini seharusnya menggugah hati, bukan menjadi tontonan semata.
Apa Makna Gerhana Menurut Islam?
Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ"
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang.” (HR. al-Bukhārī, no. 1043; Muslim, no. 915).
Allah Ta‘ala juga menegaskan dalam Al-Qur’an:
وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلاَّ تَخْوِيفًا
“Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan sebagai peringatan (penakut-nakut).” (QS. al-Isrā’: 59).
Ayat ini menegaskan bahwa tanda-tanda besar seperti gerhana bukan sekadar fenomena alam, tetapi peringatan agar manusia takut kepada Allah.
Al-Nawawī menjelaskan bahwa hadis ini adalah penolakan terhadap keyakinan jahiliah yang mengaitkan gerhana dengan peristiwa kematian atau kelahiran tokoh penting.² Ibn Taimiyyah juga menegaskan:
“Gerhana tidak ada hubungannya dengan kematian siapa pun, tetapi Allah menjadikannya sebagai tanda untuk menakut-nakuti hamba-Nya.”³
Kesimpulan: Gerhana adalah ayat Allah yang menegaskan kekuasaan-Nya dan sarana agar manusia kembali kepada-Nya, bukan fenomena mistis atau hiburan.
Bagaimana Menyikapi Gerhana?
Rasulullah ﷺ memberikan tuntunan:
"فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا"
“Apabila kalian melihat gerhana, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, dirikanlah shalat, dan bersedekahlah.” (HR. al-Bukhārī, no. 1044; Muslim, no. 901).
Dari hadis-hadis ini, para ulama menyusun amalan saat gerhana:
- Shalat Gerhana (Khusuf/Kusuf): dua rakaat dengan dua kali ruku’ di setiap rakaat.⁴
- Memperbanyak doa & istighfar: mengingat dosa-dosa dan memohon ampun.
- Sedekah: bentuk taqarrub kepada Allah.
- Dzikir & Takbir: memperbanyak mengingat kebesaran Allah.
Al-Qurṭubī menekankan bahwa tujuan syariat shalat gerhana adalah al-takhwīf (menakut-nakuti manusia agar ingat akhirat), bukan hiburan atau tontonan astronomi.⁵
Gerhana adalah momentum untuk meningkatkan ibadah, bukan hanya dokumentasi atau tontonan.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Gerhana bulan total yang kita saksikan malam ini adalah peringatan dari Allah. Jangan sampai kita lalai. Fenomena ini adalah kesempatan untuk memperbaiki shalat, memperbanyak dzikir, dan memperkuat iman. Marilah kita tunaikan shalat khusuf dengan khusyuk, memperbanyak istighfar, dan berdoa agar Allah menjaga kita dari azab kubur dan fitnah kehidupan dunia.
Catatan Kaki
- Abū Ja‘far Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān ‘an Ta’wīl Āy al-Qur’ān, ed. Aḥmad Shākir (Cairo: Dār al-Ma‘ārif, 1954), 16:342.
- Yaḥyā ibn Sharaf al-Nawawī, Sharḥ Ṣaḥīḥ Muslim (Beirut: Dār Ihyā’ al-Turāth al-‘Arabī, 1972), 6:201.
- Ibn Taimiyyah, al-Radd ‘alā al-Manṭiqiyyīn (Cairo: Maṭba‘at al-Sa‘ādah, 1951), 271.
- Ibn Qudāmah, al-Mughnī, ed. ‘Abd Allāh ibn ‘Abd al-Muḥsin al-Turkī (Riyadh: Dār ‘Ālam al-Kutub, 1997), 2:443.
- Abū ‘Abd Allāh Muḥammad ibn Aḥmad al-Qurṭubī, al-Jāmi‘ li-Aḥkām al-Qur’ān (Cairo: Dār al-Kutub al-Miṣriyyah, 1964), 13:5.
BACA JUGA:PP PERSIS Imbau Jamaah Laksanakan Shalat Gerhana Bulan Total 7–8 September 2025