6. Mereka diperintah agar mengingat ni’mat besar dari Allâh, dijadikannya khalifah setelah kaum ‘Âd, tinggal di bumi tanpa mengembara, kemampuan dan keahlian membuat bangunan yang megah dan indah di daratan dan di dalam gunung-gunung, yaitu dengan cara bersyukur, bertauhid, beribadah hanya kepadanya, tidak musyrik, tidak berbuat kerusakan, al-A’raf 74,
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَآءَ مِن بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي اْلأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا ءَالآءَ اللهِ وَلاَتَعْثَوْا فِي اْلأَرْضِ مُفْسِدِينَ.
“Dan ingatlah olehmu di waktu Allah menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum A'ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”. (Qs. Al-A’râf [7]:74)
7. Nabi Shalih As berkata, Aku adalah seorang utusan Allâh yang benar, al-Syuara 143,
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ.
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu”, (Qs. Al-Syu’ara [26]:143)
Aku punya bukti yang nyata dan Aku diberi kenabian, Hûd 63,
قَالَ يَاقَوْمِ أَرَءَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّي وَءَاتَانِي مِنْهُ رَحْمَةً فَمَن يَنْصُرُنِي مِنَ اللهِ إِنْ عَصَيْتُهُ فَمَاتَزِيدُونَنِي غَيْرَ تَخْسِيرٍ.
“Shalih berkata: Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Rabbku dan diberi-Nya aku rahmat dari pada-Nya, maka siapakah yang akan menolong akudari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian”. (Qs. Hûd [11]:63)
Dan juga mengatakan, aku tidak minta upah pada kamu, karena upah itu hanyalah dari Allâh. Al-Syuara 145,
وَمَآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam”. (Qs. Al-Syu’ara [26]:145)
8. Nabi Shalih As meminta kepada kaum Tsamûd untuk bertaqwa pada Allâh dan taat kepadanya, al-Syuara 144,
فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُونِ.
“Maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku”. (Qs. Al-Syu’ara [26]:144)
Dan jangan mengikuti perintah orang yang melewati batas, al-Syuara 151,
وَلاَتُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ.
“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas” (Qs. Al-Syu’ara [26]:151)
9. Ketika kaum Tsamûd diperintah beribadah kepada Allâh terbagi pada dua golongan: yang beriman dan yang kafir keduanya selalu berselisih, Firman Allâh al-Naml 45,
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَآ إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shalih (yang berseru): Sembahlah Allah. Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan”. (Qs. Al-Naml [27]:45)
Orang kafir menegur orang iman (yang terdiri dari orang yang lemah-lemah), apa kamu yakin bahwa Shalih seorang utusan dari Tuhannya? Al-A’raf 75,
قَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِن قَوْمِهِ لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ ءَامَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُّرْسَلٌ مِّن رَّبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَآ أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ.
“Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: Tahukah kamu bahwa Shalih diutus (menjadi rasul) oleh Rabbnya?. Mereka menjawab: Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shalih diutus untuk menyampaikannya”. (Qs. Al-A’râf [7:]75)
Selain itu, mereka juga menantang Nabi Shalih untuk didatangkan Adzab, al-A’râf 77,
فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَاصَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ.
“Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Rabb. Dan mereka berkata: Hai Shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”. (Qs. Al-A’râf [7]:77)
Maka Nabi Shalih As menegur mereka, kenapa minta disegerakan keburukan sebelum minta kebaikan, yaitu memohon ampunan Allâh. Al-Naml 46,
قَالَ يَاقَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلاَ تَسْتَغْفِرُونَ اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.
“Dia berkata: Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat”. (Qs. Al-Naml [27]:46)
10. Nabi Shalih meminta mereka beristighfar lalu bertaubat, Allâh amat dekat dan mengabulkan do’a hambanya, Hûd 61,
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ اْلأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ.
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)”. (Qs. Hûd [11]:61)
bersambung...
BACA JUGA:Fir’aun, Sosok Pemimpin Sombong Dalam Al-Quran (Bagian Satu)