F. Ibrah bagi ummat
Terdapat 4 ayat yang bunyinya sama dalam 4 kisah, yang menunjukkan agar dijadikan pelajaran, bunyi ayat tersebut,
{وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ}
{Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran}
Yaitu bagi kisah Nuh As pada al-Qamar: 17, bagi kisah kaum ‘Âd pada Al-Qamar: 22, bagi kaum Tsamûd pada Al-Qamar: 32, dan bagi kaum Lûth pada Al-Qamar: 40. Kesamaan ini menurut Al-Maraghi (IX:94) untuk menunjukan bahwa kisah-kisah ini jadi pelajaran, dan jawaban terhadap orang yang mengambil pelajaran.
a. Dalam Al-Hijir: 77,
إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Hijr [15]:77)
Ini memberi makna bahwa kisah Lûth As menjadi pelajaran akan kekuasaan Allah swt bagi yang iman.
b. Dalam Al-Syuara, 174,
إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَةً وَمَاكَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman”. (QS. Al-Syu’ara [26]:174)
Ini memberi makna, akan adanya bukti nyata yang sebenarnya, tapi sayang banyak yang tidak beriman.
c. Dalam Al-Qamar: 35,
نِّعْمَةً مِّنْ عِندِنَا كَذَلِكَ نَجْزِي مَن شَكَرَ.
“Sebagai nikmat dari Kami.Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS. Al-Qamar [54]:35)
Yang memberi arti bahwa orang yang iman, bersyukur akan diselamatkan dan diberi pertolongan Allah.
d. Dalam Al-‘Araf: 84,
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِيَن.
“Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu”. (QS. Al-A’râf [7]:84)
Ini mengisyaratkan, agar diperhatikan kenapa mereka binasa. Ibnu Katsir (II:231) menafsirkan, perhatikan wahai manusia bagaimana akibat orang yang melakukan kemaksiatan terhadap Allah dan mendustakan terhadap rasulnya. Ibnu Katsir (II:230) mengutip perkataan al-Walid bin Abdul Malik mengatakan, kalaulah Allah tidak mengkisahkan kepada kita berita tentang kaum Lûth As kita tidak akan mengira bahwa laki-laki mencampuri laki-laki. Al-Suyuthi (III:498) mengutip riwayat dari Ibnu Sahal yang mengatakan,
سَيَكُوْنُ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ قَوْمٌ يُقَالُ لَهُمْ اَللُّوْطِيُّوْنَ عَلَى ثَلاَثَةِ أَصْنَافٍ: صِنْفٌ يَنْظُرُوْنَ وَصِنْفٌ يُصَافِحُوْنَ وَصِنْفٌ يَعْمَلُوْنَ ذَلِكَ الْعَمَلَ.
“Akan terjadi pada umat ini kaum yang disebut al-Lûthiyyûn (orang-orang homosexual) atas tiga golongan: satu golongan yang menonton, satu golongan yang mendukung, dan satu golongan yang berbuat”.
Dan Al-Suyuthi (III:499) mengutip hadits Nabi dari Abi Hurairah,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص مَنْ عَمَلَ عَمِلَ قَوْمِ لُوْطَ فَارْجَمُوْا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُوْلَ بِهِ.
“Rasulullah Saw Bersabda: Siapa yang melakukan pekerjaan kaum Lûth maka rajamlah Subyek dan obyeknya”.
Ibnu Katsir (II:231) menyebutkan pendapat al-Syafi’i orang yang Homo sama seperti orang yang zina, jika Ia muhshan (telah beristri) maka dirajam, jika tidak muhshan dijilid 100 jilidan. Adapun mencampuri wanita pada dubur Ia itu termasuk Lûthiyah Sughrâ (homo kecil) dan hukumnya haram.
DAFTAR PUSTAKA
Mushtafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, III, IV, VII, IX, Dâr al-Fikr, Baeirut, 1974.
Jalaludin al-Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur fi Tafsir al-Matsur, III, IV, Dâr al-Firk, Baeirut,1993.
Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafâsir, I, II, Dâr Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut, Libanon, 1998.
Muhammad al-Jauzi, Zaad al-Masir fi Ilmi Tafsir, III, IV, Maktabah al-Islamiyyah Lithab wa al-Nasyr, Beirut , 1965.
Ahmad al-Shawi al-Maliki, Hasiat al-Alamat al-Shawi, II, III, Dâr al-Fikr, Beirut, 1993.
‘Abdu al-Wahab al-Najjari, Qishâsh al-Anbiya, Dâr Al-Fikr, Beirut, tt.
Khadim al-Harmayn Al-Syarifain, Al-Qur’ân dan Terjemahnya, Madinah al-Munawarah, 1971.
Ibnu Jarir al-Thabari, Jami al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi Al-Qur’ân, V, Dâr al-Fikr, Beirut, 1988.
Al-Raghib al-Ashfahani, Al-Mufradat fi Gharîb Al-Qur’ân, Dâr al-Ma’rifah, Baeirut, Lubnan. Tanpa tahun.
Ahmad Wirson al-Munawir, Al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia, Krapyak, Yogyakarta, 1984.
Ismail bin Katsir, Tafsir Alqur’an al-Adhim, II, Sulaiman Mar’a, Singafura, tt.
BACA JUGA:Sudum: Kaum Yang Negerinya Dikubur Dalam Al-Quran (Bagian Dua)