PRINSIP-PRINSIP DALAM BERIBADAH
Oleh: A. Zakaria
1.Manusia dituntut untuk mengabdi kepada Allah
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ. (الذاريات: 56)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. al-Dzâriyât: 56)
2.Definisi Ibadah
اَلْعِبَادَةُ هِيَ اَلتَّقَرُّبُ إِلَى اللهِ تَعَالَى بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ وَالْعَمَلِ بِمَا أَذِنَ بِهِ الشَّارِعُ.
Ibadah ialah: “Mendekatkan (diri) kepada Allah SWT, dengan cara mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta beramal sesuai dengan kewe-nangan (izin) syara’.”
3.Beribadah itu bukan untuk kepentingan Allah
مَآ أُرِيدُ مِنۡهُم مِّن رِّزۡقٖ وَمَآ أُرِيدُ أَنيُطۡعِمُونِ٥٧إِنَّٱللَّهَهُوَٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلۡقُوَّةِ ٱلۡمَتِينُ. (الذاريات:57-58)
“Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi Rizki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (Q.S. al-Dzâriyât: 57-58)
مَّنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٖ لِّلۡعَبِيدِ. (فصلت: 46)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shaleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.”(Q.S. Fushilat: 46)
4.Ada tiga klasifikasi perintah;
- Ada perintah dimana perintah tersebut untuk keuntungan yang memerintah, seperti seorang ayah menyuruh anaknya untuk menyemirkan sepatu.
- Ada perintah dimana perintah itu untuk keuntungan kedua belah pihak, seperti yang memerintah seseorang untuk menggarap sawah dan kebunnya.
- Ada perintah dimana perintah itu untuk keuntunngan yang di-suruh, seperti seorang ibu yang menyuruh anaknya untuk mandi.
Dalam hal ini Allah memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya adalah demi keselamatan hamba Nya baik di dunia dan di akhirat.
5.Manusia diperintah untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah dengan ikhlas hanya semata karena Allah
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ. (البينة: 5)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah: 5)
6.Ragam manusia dalam pengabdian
- Ada yang tidak mengabdi kepada Allah bahkan percaya kepada Allah saja tidak, seperti atheis dan komunis.
- Ada yang percaya kepada Allah tetapi tidak melaksanakan perintah-Nya, shalat tidak shaum pun tidak seperti aliran kepercayaan.
- Ada yang percaya kepada Allah tetapi bercampur dengan syirik, seperti yahudi dan nashrani. Yahudi menganggap bahwa ‘Uzair itu anak Allah, demikian juga Nashrani menganggap bahwa ‘Isa itu tuhan anak (putra Allah).
- Ada yang berbakti kepada Allah tetapi tidak sesuai dengan petunjuk dari Alquran dan Alsunnah.
- Ada yang mengabdi kepada Allah tetapi tidak maksimal. Dalam hal ini Allah ber-firman:
يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَءَامَنُواْٱتَّقُواْٱللَّهَ حَقَّتُقَاتِهِۦوَلَاتَمُوتُنَّإِلَّاوَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ. (آل عمران: 102)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa ke-pada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Q.S. Âli ‘Imrân: 102)
...وَلَا يَأۡتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمۡ كُسَالَىٰ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمۡ كَٰرِهُونَ. (التوبة: 54)
“…dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (Q.S. al-Taubat: 54)
Ada yang sadar melaksanakan ibadah ritual tetapi tidak dalam melaksanakan ibadah sosial. Dalam hal ini Allah berfirman:
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔٗاۖوَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِإِحۡسَٰنٗاوَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِذِيٱلۡقُرۡبَىٰوَٱلۡجَارِٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗإِنَّٱللَّهَلَايُحِبُّمَن كَانَمُخۡتَالٗافَخُورًا.(النساء:36)
“Sembahlah Allah dan jangan lah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman se-jawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. al-Nisâ: 36)
7.Ibadah itu hendaklah berdasarkan Alquran dan Alsunnah
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا. (النساء: 59)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembali-kanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (Alsunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. al-Nisâ: 59)
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ g قَالَ: تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ. -رواه مالك-
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada kedua-nya, yaitu Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.” (H.R. Malik)
8.Dalam beribadah hendaklah bertitik tolak dari Alquran dan Alsunnah
Oleh karenanya jangan bertitik tolak dari;
- Guru e.Akal
- Madzhab f.Perasaan
- Tempat g.Tradisi
- Organisasi
9.Pada pribadi Nabi SAW terdapat Uswah Hasanah
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا. (الأحزاب: 21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. al-Ahzâb: 21)
...وَمَآءَاتَىٰكُمُٱلرَّسُولُفَخُذُوهُوَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ. (الحشر: 7)
“…apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagi-mu, maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S. al-Hasyr: 7)
10.Perbedaan rumusan ibadah dan mu’amalah
اَلْأَصْلُ فيِ الْعِبَادَةِ اَلْبُطْلاَنُ حَتَّى يَقُوْمَ دَلِيْلٌ عَلَى اْلأَمْرِ.
“Prinsip dasar dalam beribadah adalah batal, sampai ada dalil yang memerintahkan keberadaannya.”
اَلْأَصْلُ فيِ الْعُقُوْدِ وَاْلمُعَامَلاَتِ الصِّحَّةُ حَتَّى يَقُوْمَ دَلِيْلٌ عَلَى الْبُطْلاَنِ وَالتَّحْرِيْمِ.
“Asal dalam aqad mu’amalah (jual beli) adalah boleh, kecuali ada dalil atau keterangan yang melarang.”
Berarti dalam ibadah carikan dalil yang memerintah jangan cari dalil yang melarang. Kalau dalam urusan keduniaan, carikan dalil yang melarang atau mengharamkan jangan cari dalil yang memerintahkan atau yang menghalalkan.
اَلْأَصْلُ فيِ الْعِبَادَةِ غَيْرُ مَعْقُوْلِ اْلمَعْنَى، وَفيِ الْعَادَةِ مَعْقُوْلُ اَلمَعْنَى.
“Pada asalnya dalam beribadah itu tidak dapat difahami oleh akal (sebab-sebabnya), sedangkan dalam adat kebiasaan dapat dipahami akal.”
Dalam beribadah biarlah tidak dimengerti oleh akal asal ada dalilnya atau perintahnya. Kalau dalam urusan keduniaan, hendaklah dimengerti oleh akal.
11.Ibadah itu hendaklah ikhlas dan sesuai tuntunan Alsunnah
Menurut Fudhail bin ‘Iyadh:
إِنَّ الْعَمَلَ إِذَا كَانَ خَالِصًا وَلَمْ يَكُنْ صَوَابًا لَمْ يُقْبَلْ، وَإِذَا كَانَ صَوَابًا وَلَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقْبَلْ حَتَّى يَكُوْنَ خَالِصًا صَوَابًا. وَالْخَالِصُ أَنْ يَكُوْنَ لِلَّهِ وَالصَّوَابُ أَنْ يَكُوْنَ عَلَى السُّنَّةِ.
“Sesungguhnya amal jika ikhlas tetapi tidak benar (sesuai dengan sunnah) maka tidak akan diterima, dan jika benar tetapi tidak ikhlas juga tidak akan diterima kecuali jika ia benar dan ikhlas. Kriteria ikhlas ialah yang semata karena Allah, sedangkan yang benar ialah yang cocok dengan sunnah.”
12.Dalam beribadah tidak berarti lebih getol lebih baik
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ g: أَمَا وَاللهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي. -رواه البخاري-
Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allâh! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kapada Allâh dan yang paling bertaqwa di antara kalian, akan tetapi aku shaum dan berbuka, aku shalat dan aku tidur, dan aku menikahi wanita. Barangsiapa yang mem-benci sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.” (H.R. al-Bukhâri)
BACA JUGA:TANDA-TANDA FASIQ