Maraknya Perceraian di Tengah Pandemi, Waketum PP Persis Tekankan Para Da'i Sampaikan Materi Dakwah Bidang Ketahanan Keluarga

oleh Reporter

06 September 2020 | 07:16

Bandung - persis.or.id, Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam, Dr. H. Jeje Zaenudin, menyoroti tingginya angka perceraian di tengah Pandemi Covid-19.

Tingginya angka perceraian sangat terkait dengan situasi pandemi yang mempersulit dunia usaha dan banyak kepala keluarga yang kehilangan atau jadi berkurang penghasilannya.

Lantas kemudian timbul percekcokan dan pertengkaran keluarga yang berujung pada gugatan cerai. 

"Fakta bahwa perceraian keluarga meningkat tajam pada masa pandemi sebagaimana gencar diberitakan,  Sebagian besar pemicu perceraian itu adalah problem ekonomi", demikian diungkapkan Jeje kepada persis.or.id, Ahad (6/9/2020).

Jeje menyebutkan, Kerapuhan keluarga sudah sangat mengkhawatirkan. Hal itu menurutnya, bukan hanya soal tingginya kasus perceraian yang berdampak luas kepada nasib pendidikan dan masa depan anak anak muslim. 

"Dibalik kesulitan ekonomi dan pertengkaran itu mengindikasikan, lemahnya daya tahan keluarga muslim dalam menghadapi badai keluarga", tambahnya.

Sebab dalam berkeluarga itu, sambung Jeje, meskipun ekonomi memang penting tetapi bukan satu satunya penentu kesejahteraan dan kebahagiaan rumahtangga. Tetapi juga moral sosial lainya seperti meningkatnya anak anak jalanan, kerusakan moral di kalangan anak anak, narkoba, dan perilaku hidup yang buruk dan tidak sehat.

Masalah lain yang esensial selain faktor ekonomi tadi, diterangkan oleh Waketum PP Persis itu, "Lemahnya pemahaman tentang visi dan misi suci berumahtangga menurut tuntutanan agama yang begitu mulia".

Selain peribadi mereka sendiri, Jeje juga mengingatkan bahwa institusi atau pranata sosial agama mesti ikut bertanggungjawab, seperti lembaga dakwah, para penyuluh KUA, dan para pendakwah serta tokoh agama.

"Sudah saatnya lembaga dakwah dan para dai mereformasi dan mentransformasi pola dan materi dakwah secara serius dalam bidang pembangunan ketahanan keluarga", ujar Jeje.

Ia meminta, kehidupan keluarga dalam Islam jangan sampai jadi bahan dakwah yang lucu-lucuan saja, apalagi jika dikesankan seperti dijadikan alat sosialisasi fikih poligami saja.

Sehingga terkesan membangun keluarga yang islami itu jika sudah mampu berpoligami atau punya istri lebih dari satu. Sementara prinsip-prinsip suci dan agung dari misi berkeluarga menurut ajaran Islam sepertinya hanya jadi hiasan normatif dalam khutbah dan ceramah perkawinan semata. (HL/TG)

Reporter: Reporter Editor: admin