Penyusun; Dede Ridwan
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah.” Kemudian Beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?” Beliau menjawab,”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.” (HR. Bukhari: 2/1361)
Secara garis besar hadis diatas menjelaskan dua poin yang sangat penting yang harus diketahui oleh seluruh umat Islam. Yaitu tentang penyebab siksa kubur dan maksud dari menancapkan pelapah daun kurma basah diatas kubur. Berikut ini penjelasan lengkapnya:
1. Diantara Penyebab Siksa Kubur :
a. Jorok Dalam Buang Air Kecil
Salah satu penghuni kubur itu disiksa karena semasa hidupnya tidak menjaga diri dari kencing, yaitu tidak istinja’ atau bersuci setelah kencing sehingga tubuhnya terkena najis. Juga tidak menutupi diri ketika kencing, sehingga auratnya terlihat oleh orang lain, atau bisa jadi orang lain terganggu dengan tindakannya atau dengan bekas kencingnya. Perbuatan jorok dan tidak beradab ketika buang air kecil adalah merupakan perbuatan dosa besar. Sehingga pelakunya kena azab kubur.
b. Perbuatan Namimah (Mengadu domba)
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama menjelaskan:
النَّمِيْمَةُ نَقْلُ كَلاَمِ النَّاسِ بَعْضِهِمْ إِلَى بَعْضٍ عَلَى جِهَةِ الإِفْسَادِ بَيْنهُمْ
“(Yang dimaksud dengan) namimah yaitu menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka.” (Syarh Nawawi untuk Shohiih Muslim, 1/214, Syamilah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak akan masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim, no. 105)
Diantara sebab seseorang mendapatkan siksa kubur adalah karena ketika di dunia ia suka melakukan namimah (adu domba), maksudnya adalah suka memindahkan ucapan seseorang kepada orang lain dengan maksud supaya terjadi pertengkaran, dan permusuhan. Perbuatan namimah ini adalah merupakan dosa besar yang harus senantiasa dijauhi dan dihindari, diantara caranya adalah dengan selalu berkata baik, selalu husnuzhan (berbaik sangka), membalas kejelekan orang lain kepada kita dengan kebaikan, tidak mudah terprovokasi dan selalu hati-hati dalam menerima berita.
2. Maksud dari menancapkan pelapah daun kurma basah di atas kubur.
Perbuatan menancapkan pelapah kurma basah pada kedua kubur dalam hadis diatas adalah sebagai khususiyah (kekhususan) bagi Nabi Muhammad saw. Tidak untuk ditiru dan diamalkan oleh umatnya. Sebagaimana penjelasan berikut ini:
وإنما ذلك خاص ببركة يده الكريمة. ومن ثم استنكر الخطابي وضع الناس الجريد ونحوه على القبر، عملاً بهذا الحديث.
وكذلك الطرطوشي في سراج الملوك قائلين: بأن ذلك خاص بالنبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- لبركة يده المقدّسة وبعلمه بما في القبور،
Dan sesungguhnya hal itu adalah kekhususan (bagi Nabi saw) karena berkah tangannya yang mulia. Oleh karena itu Al-Khattabi mengingkari perbuatan sebagian orang yang menancapkan pelapah kurma basah atau yang semisalnya diatas kuburan, dalam rangka mengamalkan hadis ini.
Demikian juga dikatakan oleh Imam At-Turtusyi dalam Siraajul Muluuk bahwa hal itu adalah kekhususan bagi Nabi SAW karena berkah tangannya yang suci dan karena Ilmu (tentang hal ghaib yang diberitahukan kepadanya) mengenai penghuni kubur. (إرشاد الساري لشرح صحيح البخاري, Jilid: 2 hal: 453 القسطلاني (المتوفى: 923هـ)
قَالَ الْخَطَّابِيُّ هُوَ مَحْمُولٌ عَلَى أَنَّهُ دَعَا لَهُمَا بِالتَّخْفِيفِ مُدَّةَ بَقَاءِ النَّدَاوَةِ لَا أَنَّ فِي الْجَرِيدَةِ مَعْنًى يَخُصُّهُ وَلَا أَنَّ فِي الرَّطْبِ مَعْنًى لَيْسَ فِي الْيَابِسِ
Al-Khattabi berkata: perbuatan Nabi SAW itu difahami bahwa beliau mendo`akan kedua penghuni kubur tersebut supaya azab kuburnya diringankan selama pelapah kurma itu masih basah Bukan dalam arti pada pelapah daun kurma itu ada sesuatu yang khusus sehingga antara yang basah dan yang kering memiliki khasiat yang berbeda. (عون المعبود Jilid:1/25. العظيم آبادي (المتوفى: 1329هـ))
Pernyataan Imam Al-Khattabi diatas sejalan dengan hadis berikut ini:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنِّي مَرَرْتُ بِقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ، فَأَحْبَبْتُ بِشَفَاعَتِيْ أَنْ يُرَفَّهَ عَنْهُمَا مَا دَامَ الْغُصْنَانِ رَطْبَيْنِ
“Sesungguhnya aku melewati dua kuburan yang sedang disiksa. Maka dengan syafa’atku, aku ingin agar adzabnya diringankan dari keduanya selama kedua pelepah itu masih basah.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 3012).
Jadi, penyebab diringankannya adzab kedua penghuni kubur tersebut bukan karena adanya pelebah kurma basah, akan tetapi karena syafa’at dan do’a dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini merupakan kekhususan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak untuk ditiru oleh Ummatnya. Tetapi untuk diimani dan diambil pelajaran berharga dari berita ghaib tersebut supaya kita menghindari dua hal yang dimurkai Allah swt yaitu jorok dalam buang air kecil dan namimah.
Pemahaman Keliru Tentang Hadits Ini
Ada sebagian orang yang keliru dalam memahami hadits ini. Sebagian mereka mengatakan bahwa dianjurkan menanam pohon kurma atau pepohonan yang lain di atas kuburan. Mereka mengatakan bahwa penyebab diringankan adzab kedua penghuni kubur itu ialah karena kedua pelepah yang masih basah itu senantiasa bertasbih kepada Allah Ta’ala. Adapun pelepah yang sudah kering, maka tidak lagi bertasbih. (lihat: kitab Kasyifatus Syubhat hlm. 131 dan I’anatut Thalibin Juz II hlm 119.) Oleh karena itulah, mereka menanam pohon di atas kuburan agar adzab penghuni kubur terus diringankan.
Pendapat seperti ini bertentangan dengan Firman Allah Ta’ala:
وَإِنْ مِّنْ شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لاَّ تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْ
“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al Isra’: 44).
Sebenarnya pelepah kurma yang kering pun senantiasa bertasbih kepada Allah Ta’ala. Demikian pula debu, kerikil dan bebatuan di dalam tanah senantiasa bertasbih kepada-Nya. Seandainya penyebab diringankan adzab adalah tasbih, tentu tidak ada seorangpun yang mendapatkan siksa di dalam kuburnya, karena debu dan bebatuan yang berada di atas mayit juga bertasbih kepada Allah Ta’ala. Jadi penyebab diringankannya azab kedua penghuni kubur tersebut bukan karena tasbihnya pelapah kurma, akan tetapi karena do’a Nabi Muhammad saw. Langit dan bumi ini juga senantiasa bertasbih kepada Allah swt, tetapi tasbih mereka tidak menyebabkan orang yang harusnya diazab kubur menjadi tidak diazab.
Sebagian orang ada yang menjadikan hadis Nabi saw menancapkan pelapah kurma pada kedua kubur dalam kisah hadis diatas sebagai dalil bahwa mayit bisa mengambil manfaat dari bacaan Al-Qur`an yang dibacakan diatas kuburnya, karena jika kedua penghuni kubur tersebut diringankan azabnya karena tasbih pelapah kurma yang masih basah, maka bagaimana dengan bacaan Al-Qur`an yang dibacakan oleh seorang mukmin (maka tentu ini lebih utama). (Kitab Syarhus Suduur: 313)
Tidak ada satupun hadis shahih dari Nabi saw yang menjelaskan bahwa membaca al-Qur`an di kuburan akan meringankan siksa kubur yang tengah dialami oleh penghuni kubur. Seandainya membaca al-Qur`an dikuburan bisa meringankan siksa kubur bagi para penghuni kubur, tentu Nabi saw dan para sahabatnya akan membaca Al-Qur`an dikuburan untuk ahli kubur, mengingat Nabi saw dan para sahabat adalah orang yang paling hafal dan paling faham terhadap Al-Qur`an. Tetapi faktanya tidak demikian. Nabi saw dan para sahabatnya tidak membaca Al-Qur`an dikuburan untuk ahli kubur dan tidak memerintahkannya kepada umatnya.
Sebagai penutup pembahasan dalam masalah ini, Sahabat Ibnu Umar ra. pernah berkata ketika melihat ada sebuah tenda di kuburan Abdurrahman:
انْزِعْهُ يَا غُلاَمُ، فَإِنَّمَا يُظِلُّهُ عَمَلُهُ
Singkirkanlah ia wahai anak muda, karena hanya amalnyalah yang akan menaunginya. (AL-Bukhari 2/95)