Wabah Virus Corona, Harus Berkaca pada Nabi Yunus Alaihis Salam.

oleh Reporter

04 Maret 2020 | 13:28

Oleh; Al-ustadz Drs. H. Sofyan Munawar - Penasehat PW Persis Jakarta.

Ketika Nabi Yunus ‘alaihis salam mengalami masalah besar yaitu saat Beliau dilempar ke laut lepas lalu beliau ditelan ikan, maka Beliau menghadapi tiga kesulitan besar: gelapnya dalam perut ikan yang membuat beliau sulit bernafas, gelapnya lautan sehingga tak mampu melihat apa-apa, dan gelapnya malam yang membuat beliau tak bisa berbuat apapun.
Dalam kondisi yang demikian kritis, Beliau tidak panik apalagi kehilangan kepercayaan diri, Beliau yakin Allah selalu bersamanya dan tidak akan membiarkannya binasa. Maka dalam kegalapan itu Beliau mengadu kepada Allah dengan khusyu’ dan tadharru’ berharap pertolongan dan naungan-Nya, Beliau yakin Allah-lah satu-satunya yang dapat menyelesaikan kesulitannya. Dengan bertasbih dan mentauhidkan Allah seraya mengakui kezaliman dirinya, Nabi Yunus berkata : 
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau (Ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya”.
Dzikir Nabi Yunus ini tercatat dalam al-Qur’an, Allah telah mewahyukan kepada Rasul-Nya yang terakhir, Nabi Muhammad Shallahu ‘alaii wa sallam. Dan ini menjadi indikasi bahwa dzikir ini demikian penting dan agung. Allah Ta’ala berfirman,

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبٗا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقۡدِرَ عَلَيۡهِ فَنَادَىٰ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٨٧ فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَنَجَّيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡغَمِّۚ وَكَذَٰلِكَ نُۨجِي ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٨٨ 
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim" Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [QS. YUnus:87-88]
Dzikir dan do’a Nabi Nuh ini benar-benar mustajab dan tokcer dalam menghadapi kesulitan hidup setiap mukmin. Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
“Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: “Lâ ilâha illâ anta, subhânaka, innî kuntu minadz dzâlimiin”. (Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau (ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.” [HR. At-Tirmidzi].
Ada tiga hal yang terkandung dalam dzikir dan doa Nabi Yunus terebut, yaitu : pujian dan sanjungan kepada Allah bahwa Dia adalah Dzat Yang Mahasuci; pengakuan akan ketauhidan Allah ‘Azza wa Jalla; dan pengakuan akan kesalahan yang diperbuatnya. Dan secara implisit tersimpan pula penegasan tentang pengakuan terhadap relativitas dirinya serta kezhaliman yang diperbuatnya, yang pada waktu yang sama Beliau mengimani bahwa hanya Allah-lah yang dapat menyelesaikan kesulitannya itu. Persis sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:

أَمَّن يُجِيبُ ٱلۡمُضۡطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكۡشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجۡعَلُكُمۡ خُلَفَآءَ ٱلۡأَرۡضِۗ أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ ٦٢ 
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-(Nya).” [Q.S. An-Naml : 62].

Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi serangan COVID-19 atau Virus Corona, maka yang harus dilakukan oleh segenap kaum muslimin- dari mulai penguasa hingga rakyatnya - selain berusaha mengatasinya dengan ilmu yang telah diberikan Allah agar virus tersebut tidak semakin mewabah, adalah dengan menundukkah hati kepada Allah, bersimpuh di hadapan-Nya berdzikir dan berdoa dengan mentauhidkan-Nya seraya mengakui segala dosa dan kesalahan sebagaimana yang dilakukan Nabiyullah Yunus ‘alaihis salam, karena boleh jadi musibah ini terjadi karena kesalahan, kelalaian dan keangkuhan kita.
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ ١٦ 
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” [QS. Al-Hadid:16]

Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua. Âmîn Yâ Robbal ‘Âlamîn.

Photo : The Olive Press - theolivepress.es

Reporter: Reporter Editor: admin