Hukum Salat Jumat yang Bertepatan dengan Hari Raya dan Status Shalat Zuhur ketika Mengambil Rukhshah tidak Salat Jumat

oleh Sekretariat Dewan Hisbah

20 Mei 2025 | 09:46

Dewan Hisbah PP Persis

Pertanyaan dari : Hamba Allah

Pertanyaan : Ustadz mohon penjelasannya berkaitan dengan status shalat jum'at yang di pagi harinya melaksanakan shalat 'id? kemudian, bagi jamaah yang ingin melaksanakan shalat jum'at setelah pagi harinya shalat 'id apakah tetap diutamakan melaksanakannya? seandainya, boleh tidak shalat jum'at bagi yang pagi harinya melaksanakan shalat id, berkaitan dengan fatwa Dewan Hisbah tersebut, bagaimana memahamkannya kepada Jam'aah, karena realitanya, jamaah merasa "asa teu puguh teu shalat jum'at"? terimakasih sebelumnya ustadz, karena pada realitanya umat masih kebingungan dalam melaksanakan keputusan Dewan Hisbah tersebut. hatur nuhun


Jawaban :


Jika hari raya (‘Idul Fithri/ ‘Idul Adha) jatuh pada hari Jumat, maka bagi orang yang berkewajiban shalat Jumat dan telah mengikuti shalat ‘Id, diberi rukhshah (kelonggaran) untuk tidak mendirikan shalat Jumat. Namun lebih utama melaksanakan shalat Jumat sebagaimana Rasulullah Saw sendiri tetap melaksanakannya. Berdasarkan hadis:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أَنَّهُ قَالَ : قَدِ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ ، فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ ، وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw sesungguhnya beliau bersabda: “Dua ‘Id telah bersatu dalam hari kalian ini, maka siapa yang berkehendak (setelah shalat ‘Id tidak melaksanakan Jumat) maka mencukupi kewajiban Jumatnya, akan tetapi kami melaksanakan Jumat”. (H.r. Abu Dawud)


Oleh karena itu, sebaiknya shalat Jumat tetap diadakan, dan terhadap orang yang tidak turut shalat Jumat dan mempergunakan kesempatan rukhshah tersebut, tidaklah perlu kita mencegahnya atau mencela perbuatannya itu sebab ada dasarnya.


Bagi orang yang telah melaksanakan shalat ‘Id dan ia mengambil rukhshah tidak Jumat, maka tidak ada shalat Zuhur. Hal ini sebagaimana pernah terjadi di masa Ibnu Zubair yang diterangkan oleh Atha.


قَالَ عَطَاءٌ اجْتَمَعَ يَوْمُ جُمُعَةٍ وَيَوْمُ فِطْرٍ عَلَى عَهْدِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَقَالَ عِيدَانِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَجَمَعهُمَا جَمِيعًا فَصَلَّاهُمَا رَكْعَتَيْنِ بُكْرَةً لَمْ يَزِدْ عَلَيْهِمَا حَتَّى صَلَّى الْعَصْرَ

Atha berkata: “Hari Jumat bertepatan dengan hari ‘Idul Fitri pada masa Ibnu Zubair, kemudian dia berkata: ‘Dua ‘Id berkumpul dalam satu hari, maka ia menyatukan keduanya (shalat ‘Id sekaligus shalat Jumat) dalam satu shalat. Dia shalat dua rakaat di pagi hari (shalat ‘Id) serta tidak menambah dua rakaat tersebut sampai shalat Asar”. (H.r. Abu Dawud)


عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ ، قَالَ : صَلَّى بِنَا ابْنُ الزُّبَيْرِ فِي يَوْمِ عِيدٍ ، فِي يَوْمِ جُمُعَةٍ أَوَّلَ النَّهَارِ ، ثُمَّ رُحْنَا إِلَى الْجُمُعَةِ ، فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْنَا فَصَلَّيْنَا وُحْدَانًا ، وَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ بِالطَّائِفِ ، فَلَمَّا قَدِمَ ذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ ، فَقَالَ : أَصَابَ السُّنَّةَ

Dari Atha bin Abi Rabah berkata: “Ibnu Zubair mengimami kami pada shalat ‘Id pada hari Jumat pagi hari. Kemudian kami bergegas untuk melaksanakan Jumat, tapi Ibnu Zubair tidak keluar kepada kami, maka kamipun shalat masing-masing. Sedangkan Ibnu Abbas sedang berada di T{aif, maka ketika beliau (Ibnu Abbas) pulang, kami sampaikan masalah tersebut. Maka beliau berkata ‘Ia (Ibu Zubair) sesuai sunah’”. (H.r. Abu Dawud)


Hadis-hadis di atas menunjukkan bahwa:


1) Zhahir hadis Ibnu Zubair menunjukkan bahwa beliau tidak shalat Zuhur setelah paginya mengimami shalat ‘Id yang jatuh pada hari Jumat.

2) Kalimat "fajama‘a huma jami‘an" dalam hadis Ibnu Zubair menunjukkan bahwa shalat ‘Id pagi hari berarti juga sekaligus telah shalat Jumat.

3) Bagi yang wajib shalat Jumat, tidak ada kewajiban shalat Zhuhur.

4) Shalat sendiri-sendiri yang dilakukan Atha dan lainnya tidak berdasarkan sunah, dan Atha sendiri ragu-ragu, terbukti dengan menanyakan hal itu kepada Ibnu Abbas.

5) Yang dinilai ‘Ashaba Sunnah’ oleh Ibnu Abbas adalah perbuatan Ibnu Zubair, bukan perbuatan Atha dan yang lainnya, sesuai dengan hadis Nabi Saw:


قَدِ اجْتَمَعَ فِى يَوْمِكُمْ هذَا عِيْدَيْنِ فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الجُمْعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُوْنَ

“Dua ‘Id telah bersatu dalam hari kalian, maka siapa yang berkehendak (setelah shalat ‘Id tidak melaksanakan Jumat) maka mencukupi kewajiban Jumatnya, akan tetapi kami melaksanakan Jumat”. (H.r. Abu Dawud)


Kesimpulan:


  1. Orang yang telah mengikuti shalat ‘Id di pagi hari diberikan rukhshah boleh tidak melaksanakan Jumat
  2. Tidak ada shalat Zuhur bagi orang yang wajib shalat Jumat, yang pagi harinya telah mengikuti shalat ‘Id yang jatuh pada hari Jumat.
  3. Orang yang tidak mengikuti shalat ‘Id di pagi hari tetap wajib melaksanakan salat Jum’at.


Baca pula Keputusan Dewan Hisbah 14 Juni 1998 dan buku: “Masalah seputar Ramadhan dan Idul Fitri”, Persis Pers.



BACA JUGA: Sekretaris Dewan Hisbah: Keputusan DH Mengikat kepada Anggota Setelah Diputuskan oleh Jam’iyyah