Mewaspadai Manusia Ampas Gandum: Ketika Orang Shalih Berkurang di Akhir Zaman

oleh Redaksi

05 Maret 2025 | 06:56

Ustaz Hamdan  (Tim Kesekretariatan DH & Tasykil Zho Lanah Shurulkhan PP Persis)

MEWASPADAI MANUSIA AMPAS GANDUM

Oleh: Hamdan 



عَنْ مِرْدَاسٍ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الْأَوَّلُ فَالْأَوَّلُ، وَيَبْقَى حُفَالَةٌ كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوْ التَّمْرِ، لَا يُبَالِيهِمْ اللَّهُ بَالَةً.


Dari Mirdas al-Aslamiy RA ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang-orang shalih akan pergi (wafat) satu demi satu, hingga yang tersisa adalah orang-orang yang jelek, kwalitasnya seperti ampas gandum atau kurma, dan Allah benar-benar tidak memperdulikan mereka." (Hr. al-Bukhariy, Kitab ar-Riqaq, Bab Dzahab ash-Shalihin, hadits no. 6434).


Di antara perilaku jahiliyah ialah menilai keduniaan itu besar dan mulia, sehingga menilai orang pun karena faktor keduniaannya, baik nalarnya, hartanya, kedudukan dunianya, pengikutnya, kekuatannya atau yang lainnya. Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahab menyebutkan bahwa point ke-99 dari Masail al-Jahiliyah ialah Besarnya keduniaan pada hati mereka (‘azhamatud dunya fi qulubihim). Lihat, Kitab Majmu’at at-Tauhid, hlm. 54.  


Islam hadir untuk menghilangkan kejahiliyahan tersebut dan memberi shibghah kepada pemeluknya bahwa keduniaan itu kecil dan bukan memandang mulia seseorang karena sisi keduniaan, tetapi sisi keagamaan dan kesalihan juga kedekatannya kepada Allah SWT. Karena kesuksesan dan keberhasilan yang diperoleh manusia bukan terjadi karena kemampuan dan kepandaian yang dimilikinya, akan tetapi pada hakikatnya karena mendapatkan pertolongan Allah SWT dan perlindungan-Nya. Sedangkan pertolongan Allah SWT akan lebih besar diharapkan datangnya bila manusia itu sendiri dekat dengan-Nya karena keshalihannya. 


Pada hadits di atas, Rasulullah SAW mengisyaratkan akan hal itu, bahwa ada orang yang benar-benar tidak akan dipedulikan Allah SWT, yaitu mereka yang tidak memiliki keshalihan. Jika mereka diberi kepercayaan untuk menjadi pemikul amanah kemaslahatan umat banyak, dikhawatirkan sulitnya mendapat pertolongan dan perlindungan Allah SWT. Hal itu disebabkan minimnya keshalihan mereka, walaupun pada segi keduniaan dianggap mampu. 


TAKHRIJ HADITS


Hadits shahih di atas, selain diriwayatkan oleh imam al-Bukhariy, diriwayatkan juga oleh mukharrij lain, seperti:

  1. ad-Darimiy pada Sunan ad-Darimiy, Kitab ar-Riqaq, Bab fi Dzahab ash-Shalihin, 2: 301, no. 2593.
  2. Imam Ahmad dari tiga guru yang berbeda pada al-Musnad, Musnad asy-Syamiyin, Haditsu Mirdas al-Aslamiy RA, 13: 475: 
  3. Melalui Muhammad bin ‘Ubaid, hadits no. 17657. 
  4. Melalui Yahya bin Sa’id, hadits no. 17658 dan 
  5. Melalui Ya’la, pada hadits no. 17659.


SYARAH HADITS


Lafad “yadzhabu”: 

Pada hadits riwayat imam al-Bukhariy lain, yang tercatat pada Kitab al-Maghazi, Bab Ghazwah al-Hudaibiyah, no. 4156 diungkapkan dengan lafad “yuqbadlu”. Hal ini pun diisyaratkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar. Lihat, Fath al-Baariy, 11: 284. Dengan demikian ma’nanya adalah “meninggal” atau “wafat”.


Demikian juga yang ditulis oleh imam al-Munawiy pada Syarah al-Jami’ ash Shaghirnya, kata beliau: “ay yamuutuuna”. Lihat, Faidl al-Qadir, 6: 567, no. 10007. Hal senada disampaikan oleh imam al-Qasthalaniy pada syarah Shahih al-Bukharinya: “ay yuqbadlu arwaahuhum”: dicabut nyawa mereka. Lihat, Irsyad as-Saariy, 9: 249. Dan menurut al-‘Ammar, Bentuk Fi’il Mudlare itu memberi faidah terus menerus (istimrar). Lihat, Kunuz Riyadl ash-Shalihin, 21: 439.


Lafad “ash-Shalihun.” 

Berkata imam al-Maziriy:


هُمُ الَّذِيْنَ الْتَزَمُوْا تَعَالِيْمِ الشَّرِيْعَةِ الْمُطَهَّرَةِ وَطَبَّقُوْهَا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَحَفَظَهُمُ اللهُ تَعَالَى مِنَ الْمَعَاصِي، وَوَفَّقَهُمْ إِلَى الطَّاعَاتِ.


Mereka adalah orang-orang yang mematuhi ajaran-ajaran syari’at yang suci dan mengaplikasikannya terhadap diri mereka sendiri, lalu Allah Ta’ala memelihara mereka dan perbuatan-perbuatan maksiat dan mencocokkan mereka kepada perbuatan-perbuatan ta’at. Lihat, al-Mu’lim bi Fawaid Muslim, 3: 547. 


قَالَ الْقُرْطُبِيُّ: وَأَرَادَ بِهِمْ مَنْ أَطَاعَ اللهَ وَعَمِلَ بِمَا أُمِرَ بِهِ وَانْتَهَى عَمَّا نُهِيَ عَنْهُ.


Berkata al-Qurtubiy: Yang Nabi SAW maksud adalah mereka yang menaati Allah, mengerjakan apa yang diperitahkan kepadanya dan meninggalkan apa yang dilarang kepadanya. Lihat, Faidl al-Qadir, 6: 567.


Terdapat beberapa keterangan tentang keistimewaan orang-orang shalih ini, diantaranya:


1.Orang-orang Shalih Lebih Berat Cobaannya


Dari Mush'ab bin Sa'd, dari bapaknya RA ia berkata: saya bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaannya?" Beliau menjawab: "Para Nabi, lalu orang-orang shalih, kemudian orang yang paling mulia dan yang paling mulia dari manusia. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; Jika agamanya kuat maka akan ditambah ujiannya, dan jika agamanya lemah maka akan diringankan ujiannya. Tidaklah ujian itu berhenti pada seorang hamba sampai dia berjalan di muka bumi tanpa mempunyai dosa." Hr. Ahmad, al-Musnad, Musnad Sa’d bin Abi Waqqash RA, 2: 227-228, no. 1481.


2.Keputusan Orang-orang Shalih Tidak Boleh Diabaikan


Dari Abdullah bin Mas'ud RA ia berkata: "Akan datang kepada kita satu zaman, dimana kita bukan orang-orang yang memutuskan dan kita pun waktu itu tidak ada di sana, dan sesungguhnya Allah sudah mentakdirkan sesuatu yang belum kalian lihat (belum terjadi). Maka barang siapa yang mendapatkan masalah setelah hari ini, hendaklah ia memutuskan sesuai dengan Kitab Allah subhanahu wa ta'ala, jika masalahnya tidak ada dalam al-Qur’an, hendaklah ia memutuskan sesuai dengan apa yang telah diputuskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tetapi jika datang kepadanya masalah yang tidak ada dalam al-Qur’an dan keputusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, hendaklah ia memutuskan dengan apa yang telah diputuskan oleh orang-orang yang shalih, dan jangan ia katakan: 'Aku takut', atau berkata: 'Menurutku'. Sesungguhnya perkara yang haram telah jelas dan yang halal itu telah jelas dan diantara keduanya adalah perkara yang musytabihat (samar-samar). Maka tinggalkan apa yang kalian ragu dan berpegang teguhlah pada sesuatu yang kalian tidak ragu padanya". Hr. ad-Darimiy, Sunan ad-Darimiy, Muqaddimah, 1: 59, no. 162.


3.Orang-Orang Shalih Senantiasa Dido’akan Orang Yang Shalat


Dari Syaqiq bin Salamah berkata: Berkata ‘Abdullah: Jika kami shalat di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kami membaca: “Semoga keselamatan terlimpahkan kepada malaikat Jibril dan Mika'il, dan semoga keselamatan terlimpahkan kepada si fulan dan si fulan). Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menoleh ke arah kami seraya bersabda: "Sesungguhnya Allah, Dialah as-Salaam. Maka jika seseorang dari kalian shalat, hendaklah ia membaca: “Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga keselamatan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan berkah-Nya. Dan juga semoga keselamatan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih). Sesungguhnya jika kalian mengucapkan seperti ini, maka kalian telah mengucapkan salam kepada seluruh hamba Allah yang shalih di langit maupun di bumi. (Dan lanjutkanlah dengan bacaan): “Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya." Hr. al-Bukhariy, Shahih al-Bukhariy, Kitab al-Adzan, Bab at-Tasyahud fi al-Akhir, no. 831.


4.Allah Menyediakan Nikmat Istimewa Bagi Orang-orang Shalih


Dari Abu Hurairah RA ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah berfirman: "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih (kenikmatan) yang belum pernah mata melihatnya, telinga mendengarnya dan terbetik dari lubuk hati manusia". Bacalah firman-Nya jika kamu mau (Tidak seorang pun yang mengetahui apa yang telah disediakan untuk mereka (kenikmatan) yang menyedapkan mata) (Qs. as-Sajdah [32]: 17). Hr. al-Bukhariy, Shahih al-Bukhariy, Kitab Bad-i al-Khalqi, Bab Sifat al-Jannah wa Annaha Makhluqat, no. 3244.


5.Orang-orang Shalih Mendapat Penjagaan dari Allah SWT


Dari Abu Hurairah RA ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila seseorang dari kalian hendak tidur, maka hendaklah ia mengibaskan di atas tempat tidurnya kain sarungnya, karena ia tidak tahu apa yang terjadi kepadanya di atas kasurnya. Lalu mengucapkan doa: “Dengan nama-Mu Wahai Tuhanku, aku baringkan punggungku dan atas nama-Mu aku mengangkatnya, dan jika Engkau menahan diriku, maka rahmatilah aku, dan jika Engkau melepaskannya, maka jagalah sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih." Hr. al-Bukhariy, Shahih al-Bukhariy, Kitab ad-Da’awat, no. 6320.  


6.Bergaul Dengan Orang-orang Shalih Akan Mendapatkan Pengaruh Yang Baik


Dari Abu Musa RA ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Perumpamaan orang yang bergaul dengan orang shalih dan orang yang bergaul dengan orang buruk seperti penjual minyak wangi dan tukang tempa besi. Pasti kau dapatkan dari pedagang minyak wangi apakah kamu membeli minyak wanginya atau mendapatkan bau wanginya, sedangkan dari tukang tempa besi akan membakar badanmu atau kainmu atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap darinya.” Hr. al-Bukhariy, Shahih al-Bukhariy, Kitab al-Buyu’, Bab fi al-‘Atthar wa bay’i al-Miski, no. 2101.


7.Istri Shalihah Sebaik-baik Perhiasan Dunia


Dari Abdullah bin 'Amr RA; bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah." Hr. Muslim, Shahih Muslim, Kitab ar-Ridla’, Bab Khaeri Mata’i ad-Dunya al-Mar’at ash-Shalihat, no. 1467.


8.Anak Shalih Investasi Terbaik


Dari Abu Hurairah RA: Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at dan anak shalih yang selalu mendoakannya." Hr. Muslim, Shahih Muslim, Kitab al-Washiyat, Bab Ma Yalhaqu al-Insan min ats-Tsawab Ba’da Mautihi, no. 1631.


9.Orang-orang Shalih Akan Dianggap Asing Karena Sedikit Jumlahnya


Dari ‘Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash RA ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada suatu hari, ketika kami sedang berada bersamanya: "Beruntunglah orang-orang yang asing." Maka dikatakan kepada beliau: "Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Orang-orang shalih yang berada di tengah-tengah orang-orang jahat yang banyak, yang mengingkari mereka jumlahnya lebih banyak daripada yang mena'ati mereka.” Hr. Ahmad, al-Musnad, Musnad ‘Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash RA  6: 207-208, no. 6649.



BACA JUGA:

Qarun Dibenamkan Karena Kesombongan: Pelajaran dari Fenomena Flexing di Era Digital

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon