Akidah Persis itu apakah Asy'ariyah, Maturidiyah, atau Salafiyah? Mohon penjelasan - Billy Joe, Bandung.
Jawab:
Perlu diketahui bahwa pada zaman Rasulullah saw. dan para sahabatnya, tidak ada aliran kalam semisal Asy'ariyah, Maturidiyah, Mu'tazilah, maupun Atsariyah. Persoalan tersebut muncul belakangan, setelah masa Khulafa al-Rasyidin. Hal ini sama persis seperti perkembangan mazhab fikih dalam Islam. Karena itu, tidak ada satu pun dalil yang menyatakan bahwa kita harus mengikuti mereka. Pedoman yang harus kita ikuti dalam masalah akidah adalah akidah yang diyakini oleh Rasulullah saw. dan para nabi sebelumnya, yaitu akidah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah yang sahih.
Pertama, perintah mengikuti Allah dan Rasul-Nya.
ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَۗ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)." (QS Al-A'raf: 3)
قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ
"Katakanlah: 'Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.'" (QS Ali Imran: 32)
مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدۡ أَطَاعَ ٱللَّهَۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ عَلَيۡهِمۡ حَفِيظٗا
"Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (QS An-Nisa: 80)
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (QS Al-Hasyr: 7)
Kedua, akidah yang salimah adalah akidah yang berbasis tauhid dan anti terhadap kemusyrikan.
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلۡمَلَٰئِكَةُ وَأُوْلُواْ ٱلۡعِلۡمِ قَآئِمَۢا بِٱلۡقِسۡطِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS Ali Imran: 18)
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.'" (QS Al-Anbiya: 25)
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ
"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.' Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS An-Nahl: 36)
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
"Dan Ilah (sesembahan) kalian adalah Ilah yang satu saja. Tidak ada Ilah yang benar selain Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah: 163)
Ketiga, dewan hisbah Persatuan Islam.
Dalam rumusan metodologi istinbat al-ahkam, di antaranya mendahulukan zahir ayat Al-Qur'an daripada takwil dan memilih mendahulukan tafwidh dalam masalah i'tiqadiyah, namun membolehkan takwil yang sahih, yaitu takwil yang memenuhi syarat sehingga dapat diterima sebagaimana dirumuskan oleh para ulama.
Akidah yang harus dijadikan pedoman adalah akidah yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang sahih, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. dan para nabi sebelumnya. Persatuan Islam dalam hal ini menegaskan bahwa akidah harus berdasarkan tauhid yang murni, tanpa ada campuran kemusyrikan. Selain itu, metode pemahaman terhadap akidah yang dianut juga harus sejalan dengan prinsip-prinsip tafsir yang benar, seperti mendahulukan zahir teks sebelum melakukan takwil.
Meskipun aliran-aliran kalam seperti Asy'ariyah, Maturidiyah, dan lainnya muncul setelah masa Khulafa al-Rasyidin, kehadiran mereka merupakan respons terhadap berbagai tantangan intelektual dan teologis pada masa itu. Namun, hal ini tidak menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk secara khusus mengikuti salah satu dari aliran tersebut. Sebaliknya, umat Islam dianjurkan untuk kembali kepada pemahaman yang murni dan lurus berdasarkan dalil-dalil yang sahih.
Dengan demikian, Persatuan Islam tetap konsisten dalam mempertahankan akidah tauhid yang murni dan menolak segala bentuk penyimpangan, baik dalam bentuk takwil yang tidak sahih maupun praktik-praktik yang tidak sesuai dengan prinsip tauhid.
BACA JUGA: Salaf; Makna, Madzhab, Manhaj, dan Masalahnya (Bagian 3)