Bagaimana hukumnya shalat duha & tahajjud berjamaah? (
Jawaban:
Hukum Salat Duha Berjamaah
Shalat sunat itu ada yang disyariatkan dilakukan dengan berjamaah seperti shalat ied, shalat gerhana dan istisqa. Ketiga shalat ini tidak disyariatkan dilakukan dengan munfarid. Ada juga shalat-shalat sunat yang disyariatkan dilakukan dengan munfarid, seperti shalat rawatib, tahiyatul masjid dan syukur wudhu. Ketiga shalat ini tidak disyariatkan dilakukan dengan berjamaah.
Adapun shalat sunat Dhuha dianjurkan dilakukan dengan munfarid tapi terkadang boleh dilakukan dengan berjamaah karena ada beberapa dalil sebagai berikut:
عَنْ عِتْبَانَ بْنِ مَالِكٍ: «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي بَيْتِهِ سُبْحَةَ الضُّحَى، فَقَامُوا وَرَاءَهُ فَصَلَّوْا فِي بَيْتِهِ» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «فِي بَيْتِهِ يَعْنِي بَيْتَ عِتْبَانَ بْنِ مَالِكٍ»
Dari ‘Itban bin Malik Ra., ia berkata, “Bahwa Rasulullah Saw. Salat sunat Duha di rumahnya (‘Itban bin Malik), lalu orang-orang berdiri untuk salat di belakang Beliau di rumahnya.” Abu Bakar Ibnu Khuzaimah berkata, “Kalimat di rumahnya maksudnya rumah ‘Itban bin Malik.” HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah.
Adapun sebagian orang yang berpendapat bahwa salat duha berjamaah itu bid’ah. Mereka berpegang dengan hadis sebagai berikut :
عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ دَخَلْتُ أَنَا وَعُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ الْمَسْجِدَ فَإِذَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ جَالِسٌ إِلَى حُجْرَةِ عَائِشَةَ وَإِذَا نَاسٌ يُصَلُّونَ فِي الْمَسْجِدِ صَلاَةَ الضُّحَى قَالَ فَسَأَلْنَاهُ عَنْ صَلاَتِهِمْ فَقَالَ بِدْعَةٌ
Dari Mujahid, ia berkata, “Ketika aku dan 'Urwah bin Az Zubair masuk ke dalam masjid di sana ada 'Abdullah bin 'Umar sedang duduk di kamar 'Aisyah, sementara orang-orang melaksanakan shalat Duha dalam masjid.” Dia (Mujahid) berkata, "Maka kami bertanya kepadanya tentang shalat yang mereka kerjakan, maka dia berkata, ‘Itu adalah bid'ah’.” Bukhari dan Muslim.
Tanggapan : Pendapat ini keliru. Pasalnya, kata bidah yang dimaksud oleh Ibnu Umar dalam hadis ini bukan dalam pengertian bid’ah dhalalah (kesesatan) melainkan dalam pengertian sunah Nabi Saw. yang pernah hilang kemudian dikerjakan kembali. Pemaknaan demikian itu dikuatkan oleh sejumlah bukti, antara lain pernyataan Ibnu Umar sendiri dalam riwayat lain
عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:صَلاةُ الضُّحَى بِدْعَةٌ وَنِعْمَتِ الْبِدْعَةُ.
Dari Mujahid, dari Ibnu ‘Umar Ra. Ia berkata, “Salat duha itu Bid’ah, dan sebaik-baiknya Bid’ah.” HR. Thabrani dan Ibnu Abi Syaibah.
Kemudian Sa’id bin Manshur meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Mujahid, dari Ibnu ‘Umar Ra. bahwa ia berkata, “
إِنَّهَا مُحْدَثَةٌ وَإِنَّهَا لَمِنْ أَحْسَنِ مَا أَحْدَثُوا
Sesungguhnya dia (salat Duha) itu sesuatu yang diadakan dan sungguh ia itu sebaik-baiknya yang mereka adakan.”
عَنِ الْحَكَمِ بْنِ الأَعْرَجِ قَالَ : سَأَلْتُ ابْن عُمَرَ ، عَنْ صَلاَةِ الضُّحَى وَهُوَ مُسْتَنِدٌ ظَهْرَهُ إلَى حُجْرَةِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ : بِدْعَةٌ وَنِعْمَتِ الْبِدْعَةُ.
Dari al-Hakam bin al-A’raj, ia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu ‘Umar Ra. tentang salat Duha sedangkan beliau sedang bersandar ke rumah Nabi Saw., beliau berkata, ‘Itu adalah Bid’ah, dan sebaik-baiknya Bid’ah’.”
Hukum Tahajud Berjamaah
Shalat Malam/Tahajud dianjurkan dilakukan dengan munfarid karena demikianlah umumnya shalat malam Nabi saw., antara lain diterangkan oleh Aisyah dalam hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنْ الْفِرَاشِ فَالْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِي عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ وَهُمَا مَنْصُوبَتَانِ وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Dari Aisyah Ra dia berkata, "Aku kehilangan Rasulullah Saw pada suatu malam dari tempat tidur, lalu aku mencarinya, lalu tanganku megenai bagian luar kedua telapak kakinya dalam keadaan beliau berada di masjid. Kedua telapak kakinya tegak lurus, dan beliau berdoa, 'Ya Allah, aku berlindung dengan ridhaMu dari bahaya murkaMu, dan berlindung dengan ampunanMu dari bahaya hukumanMu, dan aku berlindung kepadaMu dar adzabMu, aku tidak bisa menghitung pujian atasMu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji atas diriMu'." (HR. Muslim)
Shalat malam/ tahajud boleh dilakukan dengan berjamaah sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw bersama salah seorang sahabatnya, antara lain Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud sebagaimana keterangan berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ, لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلاَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ...فَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي فَقُمْتُ فَصَنَعْتُ مِثْلَ مَا صَنَعَ ثُمَّ جِئْتُ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي ثُمَّ أَخَذَ بِأُذُنِي فَجَعَلَ يَفْتِلُهَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَوْتَرَ. رواه البخاري ومسلم
Dari Ibnu Abbas, ia berkata,”Aku pernah tidur di (rumah) saudara perempuan ibuku (Maimunah). Aku ingin sekali memperhatikan salat Rasulullah saw. …setelah itu beliau berwudhu lalu salat, aku pun berdiri terus melakukan seperti yang beliau lakukan, kemudian aku berdiri di sisi (kiri) beliau, lalu beliau memegang kepalaku terus menjewer kupingku, lalu memindahkannya (ke kanan beliau). Kemudian beliau salat dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat kemudian mewitirkan (dengan satu rakaat)”. (HR. Al-Bukhari no. 4204)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا حَتَّى هَمَمْتُ بِأَمْرِ سَوْءٍ قُلْنَا وَمَا هَمَمْتَ قَالَ هَمَمْتُ أَنْ أَقْعُدَ وَأَذَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. رواه البخاري
Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku pernah shalat Bersama Nabi saw. pada suatu malam. Beliau terus berdiri (lama) sampai aku bermaksud untuk melakukan sesuatu yang jelek." Ibnu Mas'ūd ditanya, "Apa yang hendak engkau lakukan?" Ia menjawab, "Aku bermaksud untuk duduk dan meninggalkan Nabi saw.." (HR. al-Bukhari , no. 1067 dan Muslim no.1292)
Peristiwa shalat malam berjamaah yang dilakukan Nabi Saw bukan karena ajakan atau anjuran beliau, tapi sahabat beliaulah yang sengaja ikut berjamaah dan Nabi saw. membiarkannya untuk menunjukkan kebolehannya.
Kesimpulan:
- Shalat Tahajud dan duha pada dasarnya dilaksanakan dengan munfarid
- Jika sedang shalat tahajud atau shalat duha ada yang ikut berjama’ah maka jangan dilarang
BACA JUGA:Perbanyak Doa di Dalam dan Luar Shalat, Ini Waktu Mustajabnya