TAUJIIHAAT USBU’IYAH
(Nasihat Pekanan Ketua Umum PP PERSIS)
Islam mengajarkan kepada umatnya agar dalam melaksanakan ajaran agama untuk mebangun peradaban meraih kejayaan, serta kemuliaan hidup dunia dan akhirat.
Hendaklah mengambil pelajaran dan keteladanan dari generasi pendahulu yang shaleh dan sukses.
Sebagaimana kita diajarkan agar dalam shalat kita menyelipkan satu do’a dalam surat Al-Fatihah:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ- صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat,” (Q.S Al-Fatihah: 6-7)
Mengikuti jalan orang-orang yang telah diberi nikmat Allah Swt adalah sebuah keniscayaan.
Tabi’at masyarakat manusia cenderung membanggakan kejayaan dan masa keemasan nenek moyang dan generasi pendahulunya.
Oleh sebab itulah Al-Qur’an mengingatkan bahwa memuliakan dan mengagumi generasi masa lalu jangan sampai hanya menjadi klaim kebanggaan.
Tetapi dalam waktu bersamaan meninggalkan ruh keberhasilan itu sendiri yaitu kekuatan tekad, keikhlasan niat, usaha dan kerja keras serta sabar dan tawakal dalam jalan perjuangan.
Oleh karena itu sampai dua kali Al-Qur’an dalam Surah Al-Baqarah mengingatkan tentang pentingnya menengok keberhasilan masa lampau.
Tetapi jangan sekali-kali melupakan kerja keras, sabar dan tawakal untuk meraih kejayaan dengan kerja keras sendiri. Al-Qur’an mengatakan:
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan,” (Q.S Al-Baqarah: 141)
[]
Reporter: ASN
Editor: Fia Afifah