[Arsip - 1/10/21]
Taliban Menang, Islamofobia Semakin Kencang
Beberapa waktu lalu, jagat maya dunia digemparkan dengan berita kemenangan Taliban menguasai negara Afghanistan. Hanya dalam beberapa pekan setelah penarikan pasukan Amerika Serikat, bahkan belum sampai 11 September 2021 sebagai tenggat akhir pemulangan tentara AS, Ibu Kota Kabul Afghanistan sudah jatuh ke tangan Taliban. Tak pelak, Taliban kemudian menjadi fokus utama dunia saat ini.
Taliban, yang kini secara de facto berkuasa, menyatakan diri belajar dari masa lalu dan siap untuk berubah, supaya dapat membangun Afganistan dan diterima oleh komunitas internasional. Mereka berjanji untuk menghargai perempuan; memberi pengampunan kepada pihak yang bekerja dengan pemerintah sebelumnya; serta memberi perlindungan kepada orang asing; tidak menjadikan Afganistan sebagai basis melawan pemerintah asing; dan mengakhiri industri narkoba. Janji-janji yang tentu layak untuk ditunggu perwujudannya.
Namun demikian, seiring dengan ramainya berita penguasaan Taliban terhadap Afganistan ini, islamofobia tampak kian menguat. Di samping mengkhawatirkan masa depan Afganistan di bawah penguasaan Taliban, sebagian pihak bahkan ada yang sampai khawatir kemenangan Taliban ini menjadi pemantik gerakan-gerakan radikalisme, termasuk di Indonesia.
Atas dasar hal itu, Majalah Risalah merasa tertarik untuk mengangkat kajian utama “Taliban Menang, Islamofobia Semakin Kencang,” dalam rangka memberi pandangan yang jernih dan adil tehadap isu kemenangan Taliban menguasai Afganistan. Walau bagaimanapun, islamofobia harus diperangi, sebagaimana kita memerangi terorisme.
September yang Menggegerkan
Bulan September selalu menjadi bahan perbincangan di Indonesia. 30 September yang bikin geger beberapa puluhan tahun lalu, tidak boleh terulang dalam bentuk apapun. Para jendral, para ulama, dan kaum muslimin lainnya yang menjadi korban dari kejahatan kaum kuffar-komunis di NKRI jangan terulang kembali. Mudah-mudahan meraka—khususnya muslimin—jadi syuhada yang telah menjaga NKRI di masa lalu. Sehingga, menjadi uswah bagi generasi lanjutan yang beriman dan tetap terjaga sampai akhir zaman.
Atas dasar itulah, amar makruf nahyi munkar tidak boleh terkapar dalam situasi dan kondisi apapun, selama hayat di kandung badan. Lebih-lebih dengan teknologi komunikasi di era milenial saat ini, kemudahan berkomunikasi dengan siapa pun, bahkan dalam konteks dakwah dan tarbiyah dengan begitu mudah untuk diimplementasikan, seperti melalui Zoom. Meskipun memang tidak semua orang, apalagi anggota dan simpatisan PERSIS, memiliki peralatan tersebut. “Jangan dilupakan PKI yang Terus Memata-matai NKRI,” Kajian ini bisa dibaca dalam rubrik Fikrah yang diampu oleh Prof. Maman Abdurrahman.
Tokoh Persatuan Islam
Tokoh Persatuan Islam adalah uswah bagi para kader jam`iyyah. Sepak terjangnya akan menjadi motivasi bagi kader jam`iyyah hari ini dan masa mendatang. Di beberapa edisi, Majalah Risalah sudah menampilkan profil tokoh-tokoh Persatuan Islam, sebagai upaya mengenalkan kembali, dan tentu bukan untuk sekadar dikenal, tetapi diteladani kemudian diteruskan perjuangannya. Untuk edisi bulan Oktober 2021 kali ini, KIAGUS H. ANANG THAJIB (W. 1944) -Tokoh Penting Persis yang Terlupakan- menjadi sorotan khusus dalam kajian tokoh Persatuan Islam, ditulis oleh sejarahwan muda Persis, Ust. Pepen Irfan Fauzan, M.Hum (Bid. Kominfo PP. PERSIS).
Sementara untuk rubrik-rubrik lainnya, Majalah Risalah masih tetap menyajikan rubrik Istifta Hukum Ta`ziyyah Online; Tafsir al-Qur’an: Kaum yang Siap Berjihad Pasti Datang; Syarah Hadis: Akhir Suatu Perkara jika Tidak Ada al-Jama’ah; Aqidah Salimah: Dua Tapi Sejiwa; Manhaj: Siasah Nabi Ibrahim Menghadapi Namrud; Tullabuna: Mengokohkan Rahim Peradaban - Bahasa Indonesia dan Persatuan Bangsa; Tsaqafah: Jong Islamiten Bond (JIB), Sumpah Pemuda, dan Sumbangan pada Bangsa - Madzhab Aqidah A. Hassan; Baiti Jannati: Merancang Visi Keshalehan Anak; dan Dzikra: Perangilah Kaum Kafir dan Munafiq.
Khusus rubrik Tullabuna dan Tsaqafah. Kami mengundang kader muda PERSIS, baik itu aktivis Ikatan Pelajar PERSIS, HIMA/HIMI PERSIS, maupun Pemuda dan Pemudi PERSIS untuk berkontribusi dalam Majalah Risalah dengan mengirimkan tulisan terbaiknya ke redaksi Majalah Risalah.
Selama 60 tahun Majalah Risalah hadir untuk umat dan bangsa. Keberadaannya tentu harus dipertahankan, juga dikembangkan. Oleh karena itu, kami mengajak seluruh anggota PERSIS maupun otonomnya untuk sama-sama menjadi bagian dari jariyah kebaikan ini, dengan cara berlangganan atau mewakafkan Majalah Risalah bagi jamaah juga simpatisan yang membutuhkan di berbagai daerah. Support dari ikhwatu iman semua akan sangat berarti bagi perkembangan dakwah bil-kitabah ini.