Oleh: K.H. Amin Muchtar (Sekretaris Dewan Hisbah PP PERSIS)
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa Al-Qur’an memiliki berbagai keutamaan, baik secara umum maupun secara khusus dalam surat-surat dan ayat-ayat tertentu, di antaranya surat Al-Waqi’ah sebagaimana pula surat Al-Kahfi dan Al-Mulk.
Surah Al-Waqi’ah dengan 96 ayat yang diturunkan diurutan ke-46 pada periode Mekah itu memiliki keutamaan berdasarkan hadis-hadis shahih, namun tak sedikit pula khabar keutamaannya berdasarkan hadis Dhaif bahkan dinilai palsu (Mawdhu’)
Terkadang keutamaannya berdasarkan hadis Dhaif dan palsu demikian itu lebih cepat beredar di tengah masyarakat kita, sehingga tak jarang sebagian kaum muslimin bersemangat menjadikan surat Al-Waqi’ah sebagai surat primadona dan favorit yang dibaca secara rutin pada setiap hari dan malam.
Apalagi bagi sebagian orang yang hati dan pikirannya telah dikuasai oleh nafsu dunia, bahkan menjadi hamba dunia, surat ini menjadi magnet tersendiri.
Kabar keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Waqi’ah yang telah beredar di tengah kaum muslimin melalui media cetak maupun elektronik dan diyakini oleh mereka akan kebenaran dan kedahsyatannya, antara lain sebagi berikut:
- Barang siapa membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa kefakiran atau kemiskinan selama-lamanya.
- Barang siapa membaca surat Al-Waqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong dalam barisan orang-orang yang lalai.
- Barang siapa membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, dan penyakit dunia.
- Barang siapa membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya bercahaya seperti bulan purnama.
- Surat al-Waqi’ah adalah surat kekayaan.
Namun sayangnya, keutamaan-keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Waqi’ah sedemikian itu merujuk pada sejumlah hadis yang derajatnya dha’if, bahkan sebagian lainnya palsu (Mawdhu’).
Oleh karena itu, tentang keutamaan surat ini penting untuk diterangkan kembali agar diketahui oleh umat mana yang benar dan mana yang keliru, sebagai berikut:
Fadhilah (Keutamaan) surat Al-Waqi’ah dijelaskan dalam hadis shahih atau hasan antara lain:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ أَبُو بَكْرٍ : يَا رَسُولَ اللهِ ، قَدْ شِبْتَ قَالَ : شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَالْوَاقِعَةُ وَالْمُرْسَلَاتُ وَ { عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ } وَ { إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ }
Dari Ibnu Abbas Ra., ia berkata, “Abu Bakar berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah beruban?” Maka beliau bersabda, ‘Aku telah dijadikan beruban oleh surah Huud, al-Waaqi’ah, al-Mursaalaat, ‘Amma Yatasaa’aluun, dan Idzasy syamsu Kuwwirat.” (H.R. At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, 5/325, No. 3297)
Hadis Ibnu Abbas diriwayatkan pula oleh Imam Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak, 2/343, No. hadis 3.333.
Imam Adh-Dhiya Al-Maqdisi meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, namun hanya disebut surat Hud dan Akhwatnya (surat-surat lain). (Al-Ahadits Al-Mukhtarah, 12/201, No. 219)
Selain itu, hadis ini disampaikan pula oleh sahabat yang lain, yaitu:
- Sahl bin Sa’ad dalam riwayat Ath-Thabrani (Al-Mu’jam Al-Kabir, 6/148, No. 5804), namun hanya disebutkan surat Waqi’ah dan At-Takwir, juga disebutkan surat yang lain, yaitu Al-Haaqqah.
- Ibnu Mas’ud dalam riwayat Ath-Thabrani (Al-Mu’jam Al-Kabir, 10/102, No. 10.091), namun hanya disebut surat Hud dan Waqi’ah.
- Anas bin Malik dalam riwayat Sa’id bin Mansur (Sunan Sa’id bin Manshur, 5/370, No. 1.109), namun hanya disebut surat Hud dan Akhwatnya (surat-surat lain) dari Mufashal.
- Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah As-Suwa’I dalam riwayat Ath-Thabrani (Al-Mu’jam Al-Kabir, 22/123, No. 318), Abu Ya’la (Musnad Abu Ya’la, 2/184, No. 880), dan At-Tirmidzi (Asy-Syamaail Al-Muhammadiyyah, 1/54, No. 42).
Berkenaan dengan maksud sabda Nabi saw demikian itu, Imam Al-Mubarakafuri mengutip penjelasan Imam Ath-Thibiy:
وَذَلِكَ لِمَا فِي هَذِهِ السُّوَرِ مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ . وَالْمَثُلَاتُ النَّوَازِلُ بِالْأُمَمِ الْمَاضِيَةِ أَخَذَ مِنِّي مَأْخَذَهُ حَتَّى شِبْتُ قَبْلَ أَوَانِهِ
“Nabi saw. mengatakan demikian itu karena pada surat ini terdapat keterangan terror hari kiamat, dan hukuman sebagai pembalasan yang menimpa berbagai umat masa lalu, ia telah mengambil tempatnya dari aku hingga aku beruban sebelum waktunya.” (Tuhfah Al-Ahwadzi, 4/193)
Dalam penjelasan lain:
وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم ذلك لما ورد في هذه السور من التخويف من عذاب الآخرة، وذكر صفات الجنة.
“Nabi saw. mengatakan demikian karena pada surat ini terdapat keterangan yang menakutkan tentang siksa akhirat dan penjelasan tentang sifat surga.”
Adapun kabar bahwa orang yang membaca surat Al-Waqi’ah tidak akan tertimpa kefakiran atau kemiskinan selama-lamanya berdasarkan hadis dhaif, sebagai berikut:
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا
“Barangsiapa membaca surat al-Wâqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan jatuh miskin selamanya.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Harits bin Abu Usamah melalui rawi Al-Abbas bin Al-Fadhl, dari As-Sary bin Yahya, dari Syuja’ (Abu Syuja’), dari Abu Zhabyah/Thaybah, dari Ibnu Mas’ud Ra. (Musnad Al-Harits II: 729 No.721)
Diriwayatkan pula oleh Imam Ibnu Sunniy di dalam kitab ‘Amal al-Yawmi wal Lailah, No. 680, dan Imam Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman II/491 No.2499, dan selainnya. Semuanya bertumpu pada rawi Abu Syuja’, dari Abu Zhabyah/Thaybah, dari Ibnu Mas’ud Ra.
Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Hâtim ar-Râzi, Abdurrahman bin Abi Hatim, ad-Daruquthni, al-Baihaqi dan selainnya melemahkan hadis ini. Penyebab dhaifnya antara lain, rawi Abu Zhabyah/Abu Thaybah majhul (tidak dikenal), sebagaimana dinyatakan oleh Abu Hatim Ar-Raziy (Lisaan Al-Mizan, IX: 103)
Dalam riwayat lain dengan redaksi:
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا، وَمَنْ قَرَأَ كُلَّ لَيْلَةٍ {لاَ أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ} لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ فِي صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
“Barangsiapa membaca surat al-Waqi’ah setiap malam maka dia tidak akan jatuh miskin selamanya. Dan barangsiapa setiap malam membaca Surat al-Qiyâmah maka dia akan berjumpa dengan Allâh pada hari kiamat sedangkan wajahnya bersinar layaknya rembulan di malam purnama.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami dari jalan Ahmad bin Umar al-Yamami dengan sanadnya sampai Ibnu ‘Abbâs Ra. Hadis ini disebutkan juga oleh Imam as-Suyuthi dalam Dzailul Âhâdîts al-Mawdhû’ah, No. 177.
Imam Ahmad berkata,” Ahmad al-Yamami adalah rawi yang kadzdzab (yang suka berdusta). Para ulama menghukuminya sebagai hadits palsu. [Lihat, Silsilah Âhâdîts adh-Dha’îfah, No. 290].
Berdasarkan dalil dan berbagai penjelasan itu tidak berlebihan kiranya diambil kesimpulan:
Terdapat keutamaan membaca surat Al-Waqi’ah tanpa ditentukan waktu pembacaannya.
Keutamaan membaca surat Al-Waqi’ah pada waktu tertentu dengan keyakinan tertentu hanya berdasar hadis dhaif.
Bandung, 11 September 2023
[]