persis.or.id - Bulan Ramadhan selain sebagai syahrus siyam (bulan puasa), juga ditetapkan Allah sebagai syahrul qur'an (bulan diturunkannya Al-Qur'an). Dalam beberapa ayat, Allah menyampaikan bahwa Al-Qur'an berfungsi sebagai hudan li an-naas (petunjuk bagi manusia) dan hudan li al-muttaqin (petunjuk bagi orang-orang bertakwa).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), Ustaz Jeje Zaenudin menyampaikan empat klasifikasi hidayah menurut Imam Al-Maraghi. Pertama adalah hidayah Allah berupa naluri (gharizah) untuk manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
"Hidayah Allah kepada tumbuhan adalah dia tetap tumbuh sesuai dengan jenisnya dan tidak salah memakan tumbuhan, meskipun tomat dan cabai tumbuh di tanah yang sama, tetapi rasa dan bentuknya tidak akan tertukar. Begitupun hewan memiliki naluri perkawanan dan perlawanan (permusuhan), tetapi seganas-ganasnya hewan tidak ada yang memangsa anaknya sendiri, inilah hidayah Allah kepada tumbuhan dan hewan," kata Ustaz Jeje dalam Roadshow Tabligh Akbar di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin-Rabu (20-22/3/2023).
Hidayah kedua, yaitu hidayatul hawasi (hidayah panca indera). Manusia dan hewan Allah berikan hidayah panca indera berupa penglihatan, pendengaran, pengecap, penciuman, dan peraba.
"Tetapi indra manusia terbatas, lihat pulpen di air dalam gelas seperti patah, lihat matahari bentuknya kecil padahal ukurannya berlipat-lipat dari bumi, begitupun lihat jalan dari jauh terlihat kecil bahkan tidak ada. Sementara elang dari kejauhan dapat melihat ikan di dalam air, anjing lebih tajam indra penciumannya, bisa membedakan mana kaki santri, kaki kyai, dan kaki penjahat, kita mah tidak bisa," kelakar ustaz Jeje.
Hidayah ketiga setelah panca indera yakni hidayatul aqli (hidayah akal). Allah mengkaruniakan hidayah ini khusus untuk manusia, tidak untuk hewan apalagi tumbuhan. Dengan hidayah akal, manusia dapat mengoreksi naluri dan panca indera yang bertentangan dengan akal dan agama.
"Misalnya kita sedang lapar, kemudian lihat ada makanan orang, maka akal mengatakan tidak boleh dimakan karena bukan milik kita. Tetapi seringkali akal kalah oleh hawa nafsu," ujar Ketua STAIPI Jakarta ini
Maka hidayah yang keempat adalah hidayatud din (hidayah berupa petunjuk agama).
"Akal manusia sering ditipu oleh hawa nafsu, maka diturunkanlah oleh Allah hidayah din, hidayah agama atau wahyu untuk mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat," tuturnya.
Ketua MUI Bidang Seni, Budaya, dan Peradaban Islam ini kemudian menutup dengan satu ayat dalam surah Al-Baqarah ayat 216 tentang kesulitan manusia dalam menghadapi sesuatu. Bisa jadi di balik sesuatu yang menyusahkan tersebut ada skenario terbaik yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
عَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
[]