Berkat Kesigapan Tim Anti Pemurtadan, Pak Slamet Selamat dari Bujukan Misionaris

oleh Reporter

19 Oktober 2024 | 06:59

Jawa Timur, persis.or.id — Rumah berlantai tanah itu menyempil diantara rumah gedong lainnya. Terlihat sangat kontras dengan rumah berlantai dua di sebelahnya. Dinding rumah yang lebih mirip gubuk itu bagian depan terbuat dari triplek. Sedangkan dinding samping dari gedeg (anyaman bambu). 

Dinding samping yang berupa gedeg itu tertutup sebagian oleh daun tembakau. Daun yang sedang dijemur itu masih berwarna hijau. Artinya belum lama dijemur. Di sebelah daun tembakau, terlihat beberapa ikat kayu bakar. Sebuah pertanda bahwa penghuni rumah  memasak menggunakan tungku kayu. 

Begitulah sekilas penampakan rumah Slamet Triyono sebelum dibedah. Rumah yang sangat sederhana. Dindingnya tak mampu melindungi penghuninya dari dinginnya udara lereng Merbabu. Karena hembusan angin mampu menerobos bebas diantara dinding gedeg anyaman bambu.

Sang Pemilik rumah, yaitu Slamet Triyono hanyalah seorang buruh petani sayur. Pendidikannya yang hanya tamat SD menyebabkan ia tak bisa memilih jenis pekerjaan lainnya.  Sehingga dia hanya bisa bertani di kebun sayur. Sebuah pekerjaan yang lazim digeluti oleh warga lereng Merbabu.

Dia sudah menikah. Dia harus menafkahi keluarganya. Dan juga harus merawat kedua orang tuanya yang sudah berusia senja. Pendapatannya sebagai buruh sayur tak tentu. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itulah mengapa dia belum bisa memperbaiki rumah warisan orang tuanya. Dari lahir hingga berumah tangga, penampakan rumah itu tak berubah.

Kondisi rumahnya yang memprihatinkan, menyebabkan seorang misionaris meliriknya. Suatu ketika dia ditawari bedah rumah oleh misionaris Yayasan Kristen. Tapi dengan syarat harus berpindah agama. Sebuah syarat yang sangat berat.

Andaikan Slamet Triyono lemah iman, pastilah dia langsung menerima tawaran misionaris. Karena memang rumahnya sangat memprihatinkan.

Tapi syukurlah, Slamet Triyono masih memegang teguh iman Islam. Dia tidak tergoda dengan tawaran tersebut. Dia menolak dengan tegas. Dia tak mau menjual agamanya demi sebuah rumah idaman.

Dan ketegasan Slamet Triyono ini mampu mengetuk pintu langit. Alloh menggantinya kontan di dunia. Alloh mendatangkan orang-orang baik yang mau bergotong royong membedah rumahnya. Orang-orang dari berbagai kota yang tak dikenalnya sama sekali.

Masya Allah, Alhamdulillah...janji Alloh itu benar adanya. Ketika seseorang meninggalkan sesuatu karena Alloh, maka Alloh akan memberikan ganti yang lebih baik.

Slamet Triyono meninggalkan tawaran bedah rumah dari misionaris gereja. Dan Alloh mendatangkan ganti kontan. Yaitu mendatangkan berbagai organisasi Islam dari berbagai kota untuk membedah rumahnya.

Alhamdulillah, hari Sabtu 19 Oktober adalah hari pertama bedah rumah. Warga Dusun Gerotan Desa Ketundan Kec Pakis Kab Magelang kerja bakti merobohkan rumah. Dan mulai memasang pondasi

Warga Dusun Gerotan kerja bakti dengan sangat kompak. Suasana kekeluargaan sangat terasa. 

Dan yang lebih membahagiakan lagi adalah takmir masjid disana yang menjadi leader dalam bedah rumah ini. Tepatnya takmir masjid Dusun Kenalan. Masya Allah, takmir masjid bergerak sigap untuk membantu proses bedah rumah. Mengontak berbagai organisasi Islam di beberapa kota area Jateng. 

Salut dengan kesigapan takmir masjid. Sigap membantu jamaahnya untuk mencarikan solusi cepat dan tepat. Sebuah solusi nyata agar tak terjerumus dalam perangkap bujukan maut para misionaris. Agar tetap dalam iman Islam.

Salut juga untuk UMI (Ukhuwah Mualaf Indonesia), Persis (Persatuan Islam), Forsitara, Uswatun Khasanah, Yayasan Al-Furqon dll. Semuanya berpadu, menyatukan langkah demi menyelamatkan aqidah Pak Slamet Triyono.

Semoga bedah rumah berjalan lancar. Dan semoga tak ada kendala, aamiin.

Reporter: Reporter Editor: admin