Dakwah di Bumi Maluku

oleh Reporter

18 Juni 2016 | 09:46

Kafilah du`at Persatuan Islam yang bertugas di bumi Maluku ini dibagi dua daerah. Kota Ambon dan Pulau Seram Bagian Timur. Sandi Pujiansyah di tempatkan di Batu Merah, Ambon. Sedangkan Hanip Fauzi, ditempatkan di desa Bula, Seram Bagian Timur (SBT). Untuk menempuh SBT, diperlukan waktu 13 jam dari Batu merah, Ambon. Sehingga komunikasi antar da`i ini tidak terlalu intens. Selain jarak, biaya transportasi pun menjadi salah satu kendala para peserta kafilah du`at. Pulau seram merupakan salah satu pulau besar yang terdapat di Provinsi Maluku. Pulau ini merupakan salah satu bekas tempat penjajahan Belanda, yang dimana mereka mengambil seluruh kekayaan alam yang terdapat di pulau ini terutama di Seram Bagian Timur (SBT). Peninggalan penjajahan Belanda masih bisa terlihat hingga hari ini, perusahaan Besar minyak bumi yang terdapat di SBT merupakan bukti fisik peninggalan mereka yang hari ini dikelola oleh negara. Pulau Seram terbagi menjadi tiga kabupaten yaitu Seram Bagian Barat (SBB), Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur (SBT). Ibu kota Seram Bagian Timur terletak di Kota Bula. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Maluku Tengah dan terdiri dari banyak 16 kecamatan. Karena secara geografis Kabupaten Seram Bagian Timur terletak di antara Benua Australia dan Benua Asia serta masih dalam kawasan lintang tropis dan dikelilingi oleh laut yang cukupluas, maka iklim yang terdapat di kabupaten ini adalah iklim musim dan iklim taut tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun. Lokasi tempat pengabdian di daerah SBT (Seram Bagian Timur) hanya terfokus pada kecamatan Bula di desa Nama Timur di lokal Pesantren Al-Anshar Nama Timur. Daerah Nama Timur ini merupakan salah satu wilayah yang masih Hutan Belantara dan hanya ada beberapa keluarga yang tinggal di daerah ini sebagai petani. 2 Program yang dilaksanakan Kegiatan da`i di SBT tidak hanya mengisi pengajian saja, tetapi juga dipercaya sebagai Bendahara Pesantren Al-Anshar, dan menggarap sebagian kecil tanah pesantren untuk mencoba memandirikan pesantren. Membuat kajian untuk santri yang berkaitan dengan etika, tanggung jawab, bahasa arab, dan bahasa inggris. Mengisi Majelis di Perusahaan minyak CITIC membina akidah dan ibadah para security pegawai CITIC selama 4 pertemuan dalam dua bulan dan mengisi khutbah jum’at di kampung awam dan mualaf. Kota Ambon Kondisi Ambon tidak jauh beda dengan SBT, selain cuaca yang panas, karakter orangnya pun terlihat keras. Sehingga untuk membina ibadah dan penerapan amaliah shalat saja, perlu ekstra perhatian. Da`i yang ditugaskan di kota Ambon tidak hanya bertugas di perkotaan saja, tetapi ditugaskan juga untuk membina santri Madrasah Aliyah Al-Muluk di Telaga Kodok Maluku Tengah, yang sudah dirintis oleh PW Persis Maluku selama dua tahun. Keberadaan dai atau tenaga pengajar di telaga Kodok ini sangat diperlukan, mengingat pengurus PW Persis Maluku yang tidak mampu maksimal mengajar di Aliyah ini, karena rata-rata bertugas sebagai dosen di IAIN Ambon, yang akhirnya Madrasah Aliyah sedikit terabaikan. Di Madrasah Aliyah, Sandi Pujiansyah mengajar bahasa Arab dua hari, yaitu hari senin dan Jum`at. Santri Aliyah Persis Al-Muluk di Telaga kodok, sangat jauhh berbeda dengan keumuman santri Persis yang ada, terutama dalam masalah akhlak dan kualitas ibadahnya. Sehingga diperlukan kelas tambahan bagi mereka, yang dilaksanakan  setiap pagi di hari Senin sampai Kamis. Di kelas tambahan inilah santri Aliyah Al-Muluk Persis diajari bagaimana menulis dan membaca huruf hijaiyyah, serta materi keagamaan dasar lainnya. Saying seribu saying, respond an semangat mereka sangat kurang, tercatat dari 39 santri, hanya 4 orang saja yang rutin mengikuti pembinaan. Sementara yang lainnya giliran hadir, bahkan ada juga yang sama sekali tidak pernah mengikuti kajian tambahan. DARUL ARQOM Selain mengajar di MA, da`i yang bertugas di kota Ambon ini mengajar juga di TPQ Darul Arqom. TPQ yang berdiri di atas tanah bekas gereja ini, selalu menjadi perhatian para orangtua. Sehingga tercatat sekitar 150 orang lebih yang belajar di TPQ Darul Arqom, yang terdiri dari anak usia PAUD sampai usia SMA. Sebelumnya TPQ ini pernah dibina oleh da`i Persis lainnya yang tinggal di TPQ bersama istri dan dua anaknya, yaitu Gugum Gunawan dan Nurfajrina. Oleh da`i Persis inilah perlahan Darul Arqom mengalami perubahan dan berkembang. Selain metode pembelajaran yang tidak hanya mengandalkan Iqra saja, perlengkapan administrasi pun mulai dikenalkan kepada asatidz dan santri Darul Arqom. Alhamdulillah, program ini bisa dilanjutkan oleh da`i berikutnya, sekalipun hanya dua hari saja, di hari jum`at dan Sabtu, mengingat da`i harus fokus di Telaga Kodok. Sekalipun begitu, kehadiran da`i Persis ini setidaknya mampu menarik simpati asatidz di Darul Arqom, sehingga mereka menyempatkan waktu untuk sama-sama belajar agama yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Tantangan dakwah di pelosok memang sedikit unik, mengingat daerah yang berbeda dengan tempat tinggal para da`i, karakter orang dan kebiasaan daerah pun menjadi tantangan tersendiri bagi peserta kafilah du`at Persatuan Islam. Oleh karena itu, dukungan dan support ikhwatu ieman sekalian tentu akan sangat membantu keberadaan mereka di berbagai pelosok nusantara. (Gugum Gunawan)
Reporter: Reporter Editor: admin