Pada tanggal 8 Februari 2015 di rumah Dr. Amin Fauzi, MA. Di kawasan Shah Alam-Malaysia telah dideklarasikan Jama’ah Persis yang diberi nama “Persis Asean Malaysia”. Nama ini memang tidak lazim dan belum resmi diterima oleh PP Persis sebagai cabang khusus atau perwakilan Persis di negeri Jiran ini. Komunitas ini dibentuk sebagai ungkapan rasa cinta dan rasa memiliki para kader dan alumni Persis yang tengah menimba ilmu di beberapa Universitas di Malaysia terhadap almamaternya. Dalam pertemuan itu, Dr. Amin Fauzi, MA., pakar Teologi dan Pemikiran Islam jebolan Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM) didaulat sebagai ketuanya; dan Dr. Malki Ahmad Nasir, MA., Dosen Filsafat dan Pemikiran Islam di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) sebagai Penasehatnya.
Sementara itu, para anggota yang tergabung di dalamnya, walaupun jumlahnya tidak banyak, namun umumnya adalah kalangan intelektual terdidik yang sedang menempuh studi S3 di berbagai perguruan tinggi di Malaysia. Di antara yang terhimpun dalam komunitas ini adalah Undang (S3 Pendidikan Islam di Universiti Malaya), Edward Maufur (S3 Tafsir di Universiti Malaya), Irfan Farid Taufik (S3 Ushuluddin di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia), Irfan Nul Hakim (S3 Tafsir di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia), Arif Munandar Riswanto (S3 Filsafat Islam di CASIS Universiti Teknologi Malaysia), Mabruri Muhammad Sa’i (S3 Hadith di Universiti Kebangsaan Malaysia), Endang Mukhlis Hidayat (S3 Hadith di Universiti Kebangsaan Malaysia), Chandra Daruja (S3 Hadith di Universiti Kebangsaan Malaysia), Ridwan Haris (S3 Islamic Education di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia), Asep Muslim (pengusaha di Melaka), Yuri Abu Nabhan (alumni S2 pendidikan di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia), Ardiansyah (alumni S2 Syariah Islamiyah di Universiti Malaya), Zakie Shiddiqie (S1 Islamic Economy di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia), dan Rizal Ramdani (S1 Human Science di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia). Bukan hanya kaum Adam yang berada di Malaysia, kaum Hawa serta anak-anak pun berpartisipasi dalam segala aktifitas Jamaah Persis Asean Malaysia ini.
Dibentuknya Jama’ah Persis Asean ini dirasakan penting setelah melihat jumlah kader dan alumni Persis yang melanjutkan kuliah di Negeri Teh Tarik ini semakin bertambah dari tahun ke tahun. Karenanya, muncul ide dari beberapa orang untuk dibentuk saja sebuah komunitas alumni supaya lebih merekatkan tali silaturahim, ajang diskusi dan sharing pengetahuan di setiap pertemuan. Bukan hanya itu, ke depannya mesti ada shunduq ukhuwah sebagai latihan empati, solideriti terhadap sesama Muslim. Tidak mustahil juga, komunitas ini nantinya akan menjadi cikal bakal cabang khusus Persis di Malaysia sesuai dengan aturan yang dimiliki Persis.
Ide dan gagasan membentuk sebuah komunitas alumni sekaligus kader Persis Asean ini diawali dari beberapa pertemuan ringan dalam rangka silaturahmi sebelum ramadhan atau setelah hari raya Idul Fithri. Ide ini tergulirkan ketika kader-kader Persis Asean sering menyinggung persoalan-persoalan yang sedang dihadapi Persis sekarang terutama dalam dunia Pendidikan Tinggi yang sampai saat ini Persis belum memiliki satu pun Universitas. Hal ini sering menjadi pertanyaan kader-kader Persis Asean Malaysia.
Melalui komunitas ini, semua kader Persis di Malaysia berharap bahwa Persis Asean dapat membantu PP Persis dalam menjalin hubungan-hubungan atau kerjasama dengan dunia International terutama dalam dunia pendidikan tinggi. Ketua Persis Asean Dr. Amin Fauzi, MA. Menyatakan: “Persis secara umum harus mampu menembus dunia International untuk menampilkan kembali wajah dan wibawa Persis yang sudah lama tenggelam dari pentas dunia terutama garapan yang harus extra diperhatikan adalah perguruan tinggi. Kader-kader Persis yang sudah menempuh strata doktoral sangat banyak dan sudah mencukupi. Untuk bahan evaluasi, di Malaysia saja hampir sepuluh orang yang sudah kandidat Doktor, belum lagi di Negara lain termasuk Indonesia.”
Dalam berbagai diskusi tentang dunia Pendidikan Tinggi, Persis Asean sangat serius dalam memberikan dukungan kepada PP Persis untuk membangun universitas. Sebab, dikhawatirkan jika Persis tidak mempunyai wadah universitas yang mampu mewadahi kader-kader yang sudah menyelesaikan program doktoralnya, mereka akan lari ke mana-mana untuk mengaktualisasikan keilmuan yang mereka miliki.
Ide sederhana atau langkah dalam tahap pembangunan Universitas Persis sekarang bisa dimulai dengan mengakomodir kader-kader Persis yang sudah menyelesaikan program doktor dan kadidat doktor di mana saja mereka berada. “Saya melihat selama ini PP Persis kurang respek terhadap kader-kader yang akan, sedang, dan sudah menyelesaikan program doktornya...” ujar kandidat doktor dalam Islamic Philosophy di CASIS UTM, Arif Munandar Riswanto.
Selain itu, Persis Asean mempunyai kesepahaman dalam Islamic framework terhadap hal-hal yang bersifat furu’iyah terutama masalah-masalah ibadah, yakni tidak terlalu membesar-besarkan sesuatu hal yang furu’i dan lebih menjaga yang ushuli. Karenanya, Persis Asean akan lebih toleran (tasamuh) di dalam menghadapi segala permasalahan fikih ibadah yang bersifat furu’i di kalangan Umat Islam. Justru, aspek fikih ta’ayusy sering kita abaikan seperti menjaga nilai-nilai akhlaqiyah antar-sesama, memelihara adab ber-ikhtilaf daripada mencari-cari khilaf, saling menghargai perbedaan pendapat selama tidak keluar dari koridor Quran dan Sunnah, lebih mengedepankan persatuan daripada perpecahan. Juga dari aspek ‘aqa’idi seperti menjaga serangan liberalisme terhadap keotentikan al-Qur’an dan hadith, menjaga akidah umat Islam dari serangan aliran-aliran sesat, dan membendung umat dari paham-paham pluralisme agama. Terlebih lagi, permasalahan agama itu sangat luas dan sepatutnya bagi-bagi tugas dalam satu tujuan yakni ‘izzul islam wal muslimin.
Laporan: Irfan Nul Hakim (Mahasiswa S3 Tafsir di IIU Malaysia)