Bandung, persis.or.id – Dalam worksop peluang karir yang digagas oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Persatuan Islam (HMPP) pada Kamis (15/09/2022), pembukaan kegiatan secara resmi dilakukan oleh Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D sebagai Dirjen Penyelenggaran Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia dan pembina HMPP.
Dalam acara yang melibatkan berbagai kampus ini, Prof. Hilman menyampaikan apresiasi kepada HMPP atas digelarnya kegiatan tersebut. Sebab, pihaknya dapat melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh kader-kader muda PERSIS dalam ranah akademik.
Oleh karena itu, dirinya menyampaikan agar kaum muda PERSIS yang aktif sebagai akademisi dapat menjadi harapan di masa mendatang. “Generasi muda saat ini adalah penggerak bagi gerakan PERSIS di masa depan,” ungkapnya Prof. Hilman yang juga pihak yang membidani HMPP di Yogyakarta.
Dirinya juga berharap para generasi muda PERSIS ini memiliki banyak berinovasi untuk mengarahkan organisasi agar dapat berkembang lebih baik lagi.
“Kader muda PERSIS harus berani membangun sekoci-sekoci kecil yang lebih lincah di tengah besarnya nama organisasi, tetapi tetap bertopang pada jam’iyyah. Sekoci-sekoci yang bisa membawa lompatan jauh ke depan bagi organisasi, sehingga tidak terlalu kaku dan terkesan konservatif,” paparnya.
Dalam kesempatan ini, Prof. Hilman mencontohkan beberapa organisasi lain sebagai referensi karena berhasil melakukan gebrakan dan memiliki gagasan-gagasan besar yang dilakukan oleh kader mudanya.
Salah satunya hal yang menarik perhatiannya adalah kemampuan untuk melakukan pembacaan isu kontemporer. Sebab dirinya beranggapan bahwa masih banyak isu nasional bahkan internasional yang belum tersentuh.
“Sudah saatnya PERSIS hadir menanggapi salah satu isu kontemporer sebagai salah satu ormas besar di Indonesia. Hadirnya HMPP semoga bisa menjadi gerbang awal PERSIS terbuka kepada isu-isu yang luas, bermodal dari kumpulan para akademisi dalam wadah HMPP,” harapnya.
Melihat adanya potensi pada kader muda PERSIS, dirinya memberikan gambaran prospek karir untuk aktif sebagai seorang akademisi.
Dia menjelaskan bahwa karir berbeda dengan pekerjaan, dan karir tidak semata-mata pekerjaan meski masih beririsan dengan pekerjaan. Karir yang ditekuni, kata dia, harus lebih kepada pengembangan minat yang ditekuni dan diminati hingga benar-benar menjadi ahli.
“Masa depan harus disiapkan. Pun demikian dengan karir yang juga harus didesain dan dipersiapkan, tidak bisa mengalir begitu saja seperti air,” tuturnya.
Terahir, Prof. Hilman berpesan bahwa apa pun dan di mana pun karir yang dirintis, hendaknya tetap berpartisipasi aktif dalam mengembangkan jam’iyyah. “Karena bagaimana pun pasti ada peran jam’iyyah dalam berbagai proses dan capaian yang diperoleh seseorang,” tandasnya.
Kontributor: Rizal Samsul Mutaqin, S.Ag
Editor: Fia Afifah R