Duduk Iftirasy Pada Shalat Dua Raka’at

oleh Reporter

21 Agustus 2015 | 08:31

Ada orang yang shalat dua raka’at tetapi duduknya isftirasy, tidak tawarruk. Apakah cara demikian ada dalilnya? Bagaimana cara duduk tasyahhud Nabi saw pada shalat Shubuh yang hanya dua raka’at, apakah iftirasy atau tawarruk? 08211936xxxx   Sebelumnya perlu sedikit dijelaskan apakah yang dimaksud cara duduk iftirasy dan tawarruk itu. Iftirasy asalnya adalah menjadikan sesuatu tersimpan di atas hamparan. Dalam bahasa kita dipermudah dengan terjemahan “menghamparkan kaki sebelah kiri dan diduduki.” Oleh karena itu duduk ini dinamakan duduk iftirasy. Duduk iftirasy adalah duduk yang dikerjakan pada duduk pertama atau duduk tasyahhud awal pada shalat yang memiliki lebih dari satu duduk tasyahhud. Tentang hal ini dijelaskan di dalam hadits berikut: عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ t أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ r يُصَلِّي فَسَجَدَ ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَيْهِ الْيُسْرَى. رَوَاهُ أَحْمَدُ أَبُوْ دَاوْدَ وَالنَّسَائِى وَفِي لَفْظٍ لِسَعِيْدِ بْنِ مَنْصُوْرٍ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ r فَلَمَّا قَعَدَ وَتَشَهَّدَ فَرَشَ قَدَمَهُ اليُسْرَى عَلَى الأَرْضِ وَجَلَسَ عَلَيْهَا. Dan Wa`il bin Hujr: “Bahwasanya ia melihat Nabi saw shalat dan beliau sujud kemudian duduk dan menghamparkan kakinya yang sebelah kiri.” H.R. Ahmad Abu Dawud dan an-Nasa`i. Sedangkan hadits di dalam riwayat Sa’id bin Mansur, ia mengatakan: "Saya shalat di belakang Nabi saw. Tatkala duduk dan bertasyahhud, beliau menghamparkan kaki kirinya dan duduk pada kaki yang terhampar itu.” Di dalam riwayat lain diterangkan: عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ t أَنَّهُ قَالَ :...وَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِسٍ يَدَيْهِ وَلاَ قَابِضِهِمَا وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ الْقِبْلَةَ, فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ اليُسْرَى وَنَصَبَ اليُمْنَى فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ اليُسْرَى وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدِتِهِ Dari Abu Humaid: "Saya melihat Nabi saw... apabila beliau sujud, meletakkan kedua tangannya tidak menggenggam dan tidak terlalu membukanya, dan beliau menghadapkan jari-jari kakinya ke kiblat. Lalu apabila duduk pada dua raka’at beliau duduk pada kaki kirinya dan menancapkan kaki kanannya. Dan apabila duduk pada raka’at akhir beliau mengedepankan kaki kirinya dan menancapkan yang kanan lalu duduk pada tempat duduknya.” H.r. Shahih Al-Bukhari, II : 239, no. 828. Jadi jelas sekali bahwa duduk iftirasy adalah menghamparkan kaki kiri dan diduduki sedangkan kaki kanan menancap dengan jari-jari kaki menghadap kiblat. Akibatnya badan berposisi tegak. Sementara duduk tawarruk adalah duduk dengan cara mengedepankan kaki kiri dan ditempatkan di bawah betis, kaki kanan ditancapkan dan jari-jarinya diupayakan menghadap kiblat. Selanjutnya posisi sikut kanan menempel di atas ujung pangkal paha kanan. Sehingga mengakibatkan badan sidikit miring ke sebelah kanan. Duduk tawarruk sering pula disebut duduk tasyahhud akhir karena pada duduk itu pula dilakukan salam sebagai pengakhir shalat. Berdasarkan hadits-hadits berikut: عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ الَحَضْرَمِي t أَخْبَرَهُ قَالَ: قُلْتُ: َلأَنْظُرَنَّ إِلَى رَسُولِ اللهِ r كَيْفَ يُصَلِّي فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ حِينَ قَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا أُذُنَيْهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ ثُمَّ لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ مِثْلَهَا ثُمَّ رَكَعَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَرَفَعَ يَدَيْهِ مِثْلَهَا ثُمَّ سَجَدَ فَجَعَلَ كَفَّيْهِ بِحِذَاءِ أُذُنَيْهِ ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ فَخِذَهُ الْيُسْرَى وَجَعَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ اْلأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ اْليُمْنَى وَعَقَدَ ثِنْتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا ثُمَّ جِئْتُ بَعْدَ ذَالِكَ فِي زَمَانٍ فِيْهِ بُرْدٌ فَرَأَيْتُ النَّاسَ عَلَيْهِمْ جِلُّ الثِّيَابِ تَتَحَرَّكُ أَيْدِيهِمْ تَحْتَ الثِّيَابِ Dari Wa`il bin Hujr Al-Hadrami ia berkata: “Saya benar-banar akan melihat Rasulullah saw bagaimana beliau shalat. Maka saya melihat beliau ketika berdiri, bertakbir dan mengangkat kedua tangan beliau sampai sejajar dengan dua telinga. Kemudian beliau meletakkan tangan kanan beliau pada tangan kiri dan pergelangannya serta sebagian hastanya. Kemudian ketika hendak ruku, beliau angkat kembali dua tangannya seperti itu, lalu ruku dan meletakkan kedua tangan di atas lututnya, lalu bangkit dan kembali mengangkat tangan seperti itu. Kemudian sujud, beliau jadikan kedua tangan sejajar dengan kedua telinganya. Kemudian beliau duduk, maka beliau menghamparkan kaki kirinya dan menempatkan tangan kiri di atas paha dan lutut kirinya, dan beliau menjadikan ujung sikutnya yang kanan di atas paha kanannya. Kemudian beliau menggenggamkan dua jarinya dan membuat lingkaran, kemudian mengangkat telunjuknya dan aku melihatnya menggerak-gerakannya, beliau berdo’a berbarengan dengan isyarat tersebut. Lalu suatu hari masa yang dingin saya melihat orang-orang menggerakkan isyarat telunjuk mereka di bawah pakaian mereka.’” H.r. Musnad Ahmad bin Hanbal, III : 398, no.18890, Sunan Al-Kubra An-Nasai, II : 126, 8819, Sunan Al-Kubra Lil-baihaqi, II : 132, Shahih Ibnu Hiban, V : 170, no. 1860, Sunan Al-Darimi, I : 362, no. 1537, Pada hadits ini dijelaskan bahwa cara tawarruk atau duduk tasyahhud akhir, yakni cara duduk yang akan berlanjut melakukan salam, dijelaskan demikian oleh hadits sebagai berikut : عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حُمَيْدٍ السَّاعِدِىَّ فِى عَشْرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ r مِنْهُمْ أَبُو قَتَادَةَ قَالَ أَبُو حُمَيْدٍ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ r...حَتَّى إِذَا كَانَتِ السَّجْدَةُ الَّتِى فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا عَلَى شِقِّهِ الأَيْسَرِ. قَالُوا صَدَقْتَ هَكَذَا كَانَ يُصَلِّى r. Dari Muhammad bin Amr, ia berkata: Saya mendengar Abu Humaid ketika berada di antara sepuluh orang shahabat Nabi saw di antaranya Abu Qatadah. Abu Humaid berkata: “Saya orang yang paling mengetahui tentang shalat Rasulullah saw. …sehingga ketika beliau sujud yang kemudian akan duduk yang padanya ada salam, beliau (Rasulullah saw) mengedepankan kaki sebelah kiri dan duduk tawarruk (agar miring) di atas bagian sebelah kiri beliau.” Mereka berkata: “Benar engkau, demikianlah Rasulullah saw. melakukan shalat itu.” H.r. Musnad Ahmad bin Hanbal, V : 475, no. 23647, Sunan Abu Daud, I : 265, no.730, Sunan An-Nasai. III : 34, no. 1262, Sunan At-Tirmidzi, II: 105, no. 304, Sunan Ibnu Majah, I : 377, no.1061 dan lainnya. Selanjutnya di antara dalil yang dijadikan sandaran akan cara duduk iftirasy pada shalat yang hanya dua raka’at baik shalat Shubuh maupun shalat sunat lainnya adalah sebagai berikut: Ahmad bin Hanbal mengatakan: إِنَّ التَّوَرُّكَ يَخْتَصُّ بِالصَّلاَةِ الّتَيِ فِيهَا تَشَهُّدَانِ ”Sesungguhnya duduk tawarruk dikhususkan pada shalat yang mempunyai dua duduk tasyahhud”. Pendapat mereka itu berdasarkan hadits-hadits sebagai berikut : عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ t: أن رَسُولَ اللهِ r جَلَسَ يَعْنِى لِلتَّشَهُّدِ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ اليُسْرَى وَأَقْبَلَ بِصُدُورِ اليُمْنَى عَلَى قِبْلَتِهِ- رواه الترمذي Dari Abu Humaid: Bahwasannya Rasulullah saw duduk, yakni untuk tasyahhud, maka beliau menghamparkan kaki kirinya dan menghadapkan punggung kanannya menghadap ke arah kiblat.” H.r. Sunan At-Tirmidzi, II:86, no. 293. Selanjutnya hadits ‘Aisyah: عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ r يَقُوْلُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ، وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ اليُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى. Dari ‘Aisyah, ia mengatakan: “Adalah Rasululah saw mengucapkan at-Tahiyyat pada tiap dua raka’at. Dan beliau menghamparkan kaki kirinya dan menancapkan kaki kanannya.” H.r. Shahih Muslim, II : 54, no. 1938. Pada hadits ini dikatakan bahwa pada duduk tasyahhud dua raka’at Rasulullah saw duduk iftirasy bukan tawarruk. Jadi tidak ada dalilnya duduk tasyahhud pada shalat Shubuh atau shalat yang hanya dua raka’at lainnya dengan cara duduk tawarruk. Keduanya tidak menyebutkan pada tasyahhud akhir. Tetapi dengan dibantu keterangan lain masih dari Abu Humaid yang dengan tegas menjelaskan kedua cara duduk, yakni duduk tasyahhud awal lalu duduk tasyahhud akhir yang padanya mengamalkan tawarruk. Hadits tersebut adalah sebagai berikut : عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ t أَنَّهُ قَالَ :...وَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِسٍ يَدَيْهِ وَلاَ قَابِضِهِمَا وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ الْقِبْلَةَ, فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ اليُسْرَى وَنَصَبَ اليُمْنَى فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ اليُسْرَى وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدِتِهِ Dari Abu Humaid: "Saya melihat Nabi saw... apabila beliau sujud, meletakkan kedua tangannya tidak menggenggam dan tidak terlalu membukanya, dan beliau menghadapkan jari-jari kakinya ke kiblat. Lalu apabila duduk pada dua raka’at beliau duduk pada kaki kirinya dan menancapkan kaki kanannya. Dan apabila duduk pada raka’at akhir beliau mengedepankan kaki kirinya dan menancapkan yang kanan lalu duduk pada tempat duduknya.” H.r. Shahih Al-Bukhari, II : 239, no. 828. Inilah pendapat dan dalil yang dianggap menunjukkan cara duduk tasyahhud pada shalat yang hanya dua raka’at adalah duduk iftirasy, karena pendapat Ahmad bin Hanbal yang menyatakan bahwa duduk tawarruk hanya ada pada tasyahhud akhir yang ada dua duduk tasyahhudnya.   Bantahan dan penjelasan Duduk tasyahhud akhir itu bukan hanya ada pada shalat yang mempunyai dua duduk tasyahhud, tetapi termasuk yang hanya memiliki satu duduk tasyahhud seperti shalat Shubuh dan shalat sunat lainnya. Jadi disebut tasyahhud akhir itu bukan semata-mata karena adanya tasyahhud awal, karena jika duduk tasyahhud akhir itu adanya karena ada tasyahhud awal saja, maka jika shalat hanya dua raka’at berarti tidak akan ada tasyahhud awal. Oleh karena itu diperlukan kejelasan dan ketegasan penamaan tasyahhud akhir ini. Duduk tasyahhud akhir maknanya duduk di akhir shalat dan padanya akan dilakukan salam. Hal ini berdasarkan keterangan dan dalil-dalil sebagai berikut : عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ t أَنَّهُ قَالَ :...وَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِسٍ يَدَيْهِ وَلاَ قَابِضِهِمَا وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ الْقِبْلَةَ, فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ اليُسْرَى وَنَصَبَ اليُمْنَى فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ اليُسْرَى وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدِتِهِ Dari Abu Humaid: "Saya melihat Nabi saw... apabila beliau sujud, meletakkan kedua tangannya tidak menggenggam dan tidak terlalu membukanya, dan beliau menghadapkan jari-jari kakinya ke kiblat. Lalu apabila duduk pada dua raka’at beliau duduk pada kaki kirinya dan menancapkan kaki kanannya. Dan apabila duduk pada raka’at akhir beliau mengedepankan kaki kirinya dan menancapkan yang kanan lalu duduk pada tempat duduknya.” H.r. Shahih Al-Bukhari, II : 239, no. 828. Pada hadits ini dikatakan :”Apabila Nabi saw duduk pada raka’at akhir, beliau mengedepankan kaki kirinya dan menancapkan yang kanan lalu duduk pada tempat duduknya.” Jelas sekali berdasaran hadits ini bahwa Nabi saw apabila duduk pada raka’at akhir beliau duduk dengan cara duduk tawarruk. Selanjutnya apakah yang disebut duduk tasyahhud akhir itu? Maka pada hadits ini jelas dan tegas dikatakan, duduk tasyahhud akhir atau duduk pada raka’at akhir adalah duduk yang akan dilanjutkan dengan salam pada duduk itu. Adapun haditsnya sebagai berikut: عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حُمَيْدٍ السَّاعِدِىَّ فِى عَشْرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ r مِنْهُمْ أَبُو قَتَادَةَ قَالَ أَبُو حُمَيْدٍ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ r...حَتَّى إِذَا كَانَتِ السَّجْدَةُ الَّتِى فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا عَلَى شِقِّهِ الأَيْسَرِ. قَالُوا صَدَقْتَ هَكَذَا كَانَ يُصَلِّى r. Dari Muhammad bin Amr, ia berkata: Saya mendengar Abu Humaid ketika berada di antara sepuluh orang shahabat Nabi saw di antaranya Abu Qatadah. Abu Humaid berkata: “Saya orang yang paling mengetahui tentang shalat Rasulullah saw. …sehingga ketika beliau sujud yang kemudian akan duduk yang padanya ada salam, beliau (Rasulullah saw) mengedepankan kaki sebelah kiri dan duduk tawarruk (agar miring) di atas bagian sebelah kiri beliau.” Mereka berkata: “Benar engkau, demikianlah Rasulullah saw. melakukan shalat itu.” H.r. Musnad Ahmad bin Hanbal, V : 475, no. 23647, Sunan Abu Daud, I : 265, no.730, Sunan An-Nasai. III : 34, no. 1262, Sunan At-Tirmidzi, II: 105, no. 304, Sunan Ibnu Majah, I : 377, no.1061 dan lainnya. Berdasarkan dalil-dalil ini jelas sekali bahwa:
  1. Duduk pada tasyahhud akhir cara duduknya tawarrruk, yakni duduk pada raka’at akhir dan akan dilanjutkan dengan salam. Hal ini berlaku pada shalat yang hanya dua raka’at atau lebih.
  2. Duduk tasyahhud awal adalah duduk yang bukan pada raka’at akhir dan tidak akan dilanjutkan dengan salam pada duduk itu, maka cara duduknya duduk iftirasy.
Istifta Edisi Bulan Mei 2015
Reporter: Reporter Editor: admin