Bandung, persis.or.id - Saat ini, di beberapa daerah di Indonesia ada yang kembali memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pemberlakuan kembali itu disebabkan angka penularan Covid-19 yang saat ini masih sangat tinggi.
Masa PJJ yang sudah berlangsung lama ini seharusnya dijadikan momen oleh para orang tua untuk menjadi guru bagi anak-anaknya. Para orang tua sudah mempunyai pengalaman menjadi guru selama pandemi Covid-19.
Hal tersebut turut mendapat perhatian dari Ketua Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) STAI PERSIS Bandung Imas Karyamah, M.Pd.
“Seharusnya, tidak hanya pada saat PJJ saja orang tua menjadi guru bagi anak-anaknya, karena keluarga atau orang tua menjadi faktor pendidikan pertama bagi anak,” ungkap Imas Karyamah, Senin (14/2/2022).
Master Pendidikan Anak Usia Dini ini menjelaskan, ada enam aspek yang harus diperhatikan orang tua untuk siap menjadi guru bagi anak-anaknya. Keenam aspek itu adalah nilai agama dan moral, fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan seni.
“Keenam aspek ini saling berhubungan, dan saling menunjang proses keberhasilan pendidikan anak. Masalahnya tidak semua orang tua mengetahui atau bahkan menguasai beberapa aspek ini,” lanjut Imas.
Masalah pendidikan pada anak yang sering ditemui dikarenakan orang tua belum optimal dalam mengenali potensi dan bakat anak.
Persoalan lain, lanjutnya, belum adanya sinergi antara berbagai pihak dalam mendukung pendidikan anak. Selain itu, muncul pula masalah teknis terutama bagi mereka yang tinggal di pelosok, seperti tidak punya HP, tidak ada jaringan, belum isi kuota, atau bahkan tidak menguasai teknologi.
Imas pun menyampaikan, alangkah baiknya momen kebersamaan selama di rumah saja ini bisa sebagai proses pembelajaran bagi para orang tua untuk lebih memahami karakter anaknya.
“Modal cinta adalah bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak. Namun, kembali lagi ke masing-masing individu, bagaimana caranya modal cinta itu bermakna menjadi lebih baik dan positif,” jelasnya.
Terakhir, Imas yang juga mubalighat menyampaikan beberapa riwayat hadis dan qaul sahabat, yang mendukung bahwa sejatinya mendidik anak adalah kewajiban orang tua.
عن ابن عباس رع قال ، قال رسول الله ص: مِنْ حَقُّ الْوَالِدِ عَلَی الْوَلَدِ أَنْ يُحْسِنَ اَدَبَهُ وَيُحْسِنَ إِسْمَهُ
Dari Ibnu Abbas ra. berkata, telah bersabda Rasulullah saw., "Di antara kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mendidiknya dengan budi pekerti yang baik dan memberikan nama yang baik." (HR Baihaqi).
عن ابن عمرو بن العاص قال، قال رسول الله ص : مُرُواْ أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سَنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرَّقُوْا بَيْنَهُمْ فِی الْمَضَا جِعِ
Dari Ibnu Amr Bin Ash ia berkata, Rasulullah saw telah bersabda, "Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka telah berumur tujuh tahun; Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, pukullah Ia (jika tidak melaksanakan shalat); dan pisahkan tempat tidurnya." (HR Abu Daud)
قال رسول الله ص: أَدِّبُوْا أَوْلَادَكُمْ عَلَی ثَلَاثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ آلِ بَيْتِهِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْأَنِ
Rasulullah saw. bersabda, "Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara: mencintai nabi kalian, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al-Qur'an." (HR at-Thabrani)
قال علي بن أَبِي طاَ لِبٍ: عَلِّمُوْا أَوْلَادَكُمُ الْخَيْرَ وَأَدِّبُوْهُمْ
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Ajarkanlah anak-anak kalian tentang kebaikan dan didiklah mereka." (Abdu al-Razaq).
“Beberapa keterangan tadi menunjukkan kewajiban orang tua dalam mendidik anak, yang akan berimbas pada pentingnya peran orang tua dalam pembentukan karakter anak,” tutup Imas Karyamah, M.Pd.
(HL/dh)