Mina, Makkah, persis.or.id – Usai Jemaah haji melakukan lontar jumroh aqoba. Jutaan umat muslim tak ketinggalan jemaah haji Indonesia melakukan tahalul awal dengan mencukur rambut.
Sebagian Jemaah khususnya Jemaah laki-laki ada yang saling mencukur rambutnya. Ada juga sebagian jemaah yang datang langsung ke barbershoap di sekitar Jamarat.
Ada banyak barbershop di sekitar Jamarat. Khusus untuk laki-laki.
Tidak ada contoh model rambut ala tampilan model potongan rambut yang dipajang di barbershop di sana seperti yang biasa kita lihat di tempat cukur Asgar –asli Garut. Hanya ada satu menu di barbershop Jamarat. Gundul.
Bila Anda meminta model rambut tertentu hasilnya akan sama: Botak. Apalagi kalau request-nya pakai bahasa Indonesia. Apalagi pakai bahasa Lombok. Anda akan tetap digunduli.
Ada ratusan tukang cukur yang bekerja di Jamarat. Tarifnya sama, SAR 30. Atau sekitar Rp 129 ribu. Prosedurnya tidak ribet. Antre, bayar, duduk, dan cukur. Semua selesai dalam 5 menit.
"Tarif resminya 30 riyal. Tapi tadi saya bayar 30 riyal dikembalikan 10 riyal," ujar Rohmat Hidayat, jamaah haji asal Depok, Jawa Barat.
Ia tampak semringah setelah keluar dari barbershop di kawasan Jamarat. Tepatnya di dekat terowongan menuju ke Syiyah, Makkah.
Semua rambut putih di kepalanya ia tinggalkan di barbershop itu. Setidaknya pagi itu Rohmat tak lagi beruban.
Mencukur rambut hukumnya wajib bagi jamaah haji yang telah selesai melontar jumrah aqabah. Nama resminya tahallul. Apakah wajib botak? Sebenarnya tidak juga. Tapi jamaah haji laki-laki rata-rata memilih membabat habis rambut mereka.
Ada dua cara memotong rambut saat tahallul. Pertama halqu, mencukur sampai botak. Kedua, taqshir, memendekkan rambut dengan memotong sebagian. Minimal tiga helai. Dua cara itu sah. Bukan berarti haji yang gundul lebih haji daripada haji yang tidak gundul.
Lalu mengapa pada memilih cukur sampai gundul? Dalam sebuah hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah mendoakan ampunan tiga kali lebih banyak pada orang yang mencukur sampai botak.
Rizal Akbar, salah seorang tukang cukur di salah satu barbershop Jamarat mengatakan, di musim haji ia bisa mencukur 100 jamaah dalam sehari. Barbershop di tempatnya bekerja buka 24 jam pada 10-13 Zulhijah. Ada ratusan tukang cukur yang bekerja.
"Saya sudah 10 tahun jadi tukang cukur di sini," kata Rizal dalam bahasa Inggris yang terbata-bata. Ia bukan orang Garut. Rizal lahir dan besar di Makkah. Di luar musim haji, Rizal bekerja di barbershop di dekat Masjidilharam.
Banyak pertanyaan yang diajukan tim Media Center Haji kepada Rizal. Misalnya berapa omzet barbershop di tempatnya bekerja dalam sehari? Atau berapa komisi yang ia peroleh untuk setiap kepala? Rizal hanya tersenyum.
Sempat terlontar pertanyaan joke, komisinya dihitung per kepala atau per helai rambut yang dipotong? Semuanya tidak dijawab Rizal. Bukan berarti ia tak mau menjawab. Yang bertanya dan yang ditanya memang satu iman. Tapi beda bahasa.
Barbershop itu berada di sebuah gedung di Jamarat. Pada papan namanya ada terjemahan bahasa Indonesia: Potong Rambut. Di gedung itu ada 12 barbershop berjejer. Mereka berteriak-teriak di pintu barbershop menawari setiap jamaah haji yang lewat.
Pisau cukur mereka juga bersih. Kita bisa meminta pisau baru yang masih dibungkus plastik. Tinggal bilang: new, please. Si tukang cukur langsung mengeluarkan pisau baru.
Setelah membayar, jamaah diberi kupon yang bentuknya seperti karcis parkir. Tertera harga resminya: 30 riyals. Semua barbershop di gedung itu karcisnya sama. Setelah bayar, masuk ke salah satu barbershop, untuk antre dipotong.
Begitu ada kursi yang kosong segera duduk. Jamaah akan diberi kep (penutup badan) yang terbuat dari plastik. Dengan cekatan, tukang cukur akan membasahi rambut kita dan mengoleskan krim seperti mentega. Sejurus kemudian pisau cukur sudah "menari-nari" di kepala kita. Dosa-dosa kita rontok bersama dengan jatuhnya helai demi helai rambut.
Dari Mina, Makkah, Henri persis.or.id tim Media Center Haji (MCH) 2024 melaporkan.