Oleh: Prof. Dr. Dadan Wildan Annas
***
Setelah berhasil menyelenggarakan ibadah umrah dengan jumlah jemaah hampir 700 orang dalam sekali keberangkatan, jemaah terbesar dalam sejarah PT. Karya Imtaq, di bulan maret lalu, pada Tanggal 5 April sampai 13 April 2017 PT. Karya Imtaq kembali memberangkatkan jemaah sebanyak 78 orang.
Saya berkesempatan kembali menunaikan ibadah umrah bersama PT. Karya Imtaq penyelenggara ibadah haji khusus dan umrah dibawah naungan jamiyyah Persatuan Islam (Persis) yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 2 Bandung.
Labbaika Allohumma Labbaik
Rabu, 5 April 2017, pesawat Saudi Arabia Airlines dengan nomor penerbangan SV819 yg menerbangkan kami dari Jakarta ke Jeddah, mengudara dari bandara Soekarno Hatta tepat pukul 11.00 siang.
Sepanjang rute penerbangan dari siang hingga sore hari itu, udara cerah menyelimuti langit dari Jakarta hingga tanah Arab. Deru pesawat masih terdengar lembut mengantar kepergian jemaah untuk menunaikan ibadah umrah.
Duapuluh menit sebelum mendarat di bandara King Abdul Azis, Jeddah, Dr. Irfan Syafruddin pembimbing umrah kali ini, memimpin ihlal umrah tepat diatas miqat Yalamlam, dan jemaah yang akan datang “mengetuk pintu Allah” memulai ihlal ihram dengan berucap ”labbaika umratan” (Ya Allah! Kami penuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umrah).
Ihlal umrah dilanjutkan dengan membaca talbiyyah bersama sama, bacaan yang melambung memenuhi ruang udara di angkasa menembus langit... “labbaika allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak”.
Talbiyah dibaca terus berulang-ulang; tak terasa air mata menetes, bibir basah dengan talbiyah, dan hati terharu atas anugrah Allah yang memberikan kesempatan umrah di tahun ini beserta keluarga.
Talbiyyah terus dikumandangkan hingga pesawat mendarat dengan selamat di bandara King Abdul Aziz Jeddah. Saat itu hampir menunjukkan waktu magrib. Di sore hari yang hening itu kalimat talbiyah terus dibaca lirih dalam perjalanan darat dari bandara King Abdul Aziz menuju tanah haram; kota Mekkah Al-Mukarramah.
Menjelang pukul 22.00 kami tiba di hotel Anjum dan mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah umrah.
Hotel Anjum sebuah hotel bintang lima yang sangat dekat dengan halaman Masjidil Haram. Hotel ini berdekatan dengan hotel Daar El Tawhid, hotel mewah di depan masjidil haram. Hanya beberapa langkah dari hotel Anjum, kaki sudah menginjak pelataran Masjidil Haram.
Dipilihnya Hotel Anjum, menurut H. Andi Sugandi yg mengelola PT. Karya Imtaq lebih dari 20 tahun, semata mata untuk memberikan kenyamanan pada jamaah. Selain hotel yang representatif dekat dengan masjidil haram, juga menu makanan khas Indonesia yang sesuai selera jamaah. Dengan cara itu, harga yang ditetapkan relatif lebih murah dari travel sejenis, berbanding lurus dengan pelayanan yang diberikan.
Pukul 12.00 tengah malam, Ustadz Dr. Irfan dan saya serta saudara ipan mahasiswa Universitas Al- Azhar Mesir memimpin jemaah menuju masjidil haram.
Di tengah malam itu, jemaah masih cukup banyak di halaman mesjid. Melalui pintu King Abdul Aziz, kami memasuki masjidil haram untuk melaksanakan rangkaian ibadah umrah mulai dari thawaf dan sa’i hingga tahalul.
Tiba di masjidilharam, suasana agak riuh. Beberapa jalur masuk ke tempat thawaf ditutup. Ternyata ada tamu negara saudi yg juga menunaikan ibadah umrah. Hal ini menyebabkan waktu pelaksanaan ibadah umrah agak mundur.
Ketika beberapa jalur ke tempat thawaf sudah dibuka, di tengah jemaah yang menyemut kami menyeruak mencari garis sejajar hajar aswad untuk memulai thawaf.
Di tengah malam yang bening, dengan hanya dua helai pakaian ihram putih melekat di tubuh, kami memulai mengitari kabah yang agung; berputar tujuh putaran dalam lingkaran mardhatillah.
Putaran demi putaran terlewati hingga putaran ketujuh. Peluh mulai menetes karena padatnya manusia, namun kami rasakan sebagai tetesan rahmat dan karunia-Nya di depan kabah yang berwibawa.
Selesai putaran ketujuh, kami menuju makam Ibrahim dan berdoa lalu shalat dua rakaat, dan kembali ke tanda neon hijau mengakhiri thawaf untuk selanjutnya menuju bukit shafa memulai sa’i dari shafa ke marwah.
Di bukit shafa, tak kuasa air mata menetes ketika takbir dikumandangkan tiga kali dan berdoa seraya mengangkat tangan; memohon ampunan Allah. kami berdoa khusu.
Selesai berdoa, kami menuju bukit marwah dan kembali berdoa dan terus berdoa dari bukit shafa ke bukit marwah hingga putaran ketujuh dan mengakhirinya dengan tahalul.
Ibadah umrah baru selesai setelah berlangsung sekira empat jam dari pukul 01.30 tengah malam hingga adzan subuh menjelang.
Rasa lelah dan kurang tidur seakan tak terasa atas nikmat dan karunia-Nya menyelesaikan ibadah umrah malam itu.
Azan subuh berkumandang. Menggema menyusuri lerung lerung hati kaum muslimin di tanah haram. Bulan sedikit menggantung di ufuk. Dan jamaah pejuang subuh mulai memadati masjidil haram untuk menunaikan salat subuh.
Di masjidil haram, salat subuh dengan kain ihram masih melekat diraga terasa lebih khusu, apalagi dipandu lantunan suara imam masjidil haram yang bening menyentuh kalbu membaca ayat-ayat Allah dengan fasih, lantang, dan merdu mengimami shaf jemaah yang rapat menghadap kabah. Meskipun surat-surat yang dibaca begitu panjang, namun tak terasa lama karena nikmatnya mendengar ayat-ayat Allah yang indah dan dibaca dengan fasih dan terdengar merdu ditelinga.
Usai shalat subuh, prosesi ibadah umrah berakhir sudah. Allahu Akbar. Undang kami kembali ke rumah-Mu. Kumpulkan kami kembali di surga-Mu ya Allah... (*)