Mengulas kembali kegiatan yang dilaksanakan oleh Pimpinan Daerah HIMI PERSIS Kota Bandung, acara perdananya bertepatan pada tanggal 18 November 2017 di Aula Masjid PP PERSIS dengan tema besar yang diusung “Muslimah Muda Cendekia Movement (Move Up, Move In, Move On)”.
Acara tersebut dihadiri oleh Ibunda Lela Sa’adah selaku Ketua PP HIMI periode 2002-2005, sebagai pemateri dengan judul “Muslimah Labolatorium Peradaban (Dedikasi Muslimah untuk Peradaban)” dan pembahasan “Muslimah sebagai Tonggak Peradaban”.
Yang menjadi catatan utama berdasarkan Tema, Judul dan Pembahasan yang disampaikan oleh pemateri ada 2. Pertama, Muslimah dan Kedua, Peradaban.
Secara definisi Muslimah merupakan Wanita Muslim, dalam artian seorang wanita yang menganut agama Islam, yaitu yang menjalankan segala perintah Allah (Ta’at) dan yang baik akhlaqnya.
Sedangkan, Peradaban adalah susunan kata yang mengandung imbuhan Per- dan -an, asal katanya ialah Adab.
Jadi, definisi peradaban adalah kemajuan (dalam aspek kecerdasan dan aspek kebudayaan) lahir dan batin: bangsa-bangsa di dunia ini tidaklah sama tingkatannya. Bisa diartikan pula hal-hal atau aspek-aspek yang menyangkut sopan santun, Budi bahasa dan kebudayaan suatu bangsa. [Kamus KBBI]
Jadi, didalam tulisan ini akan sedikit mengurai peradaban wanita mengenai pandangan terhadap wanita dari masing-masing golongan pada zaman ketika ajaran agama Islam belum dianut di dunia.
Ketika mendengar kata Yunani pasti kita sudah tidak asing lagi bukan? Golongan yang satu ini sering disebut nenek moyang terdahulu, menganggap bahwa ‘wanita’ hanyalah sebagai pemuas hawa nafsu saja, atau hanya bermanfaat ketika ‘seks’ saja.
Adapun di India, memandang bahwasanya ‘wanita’ hanya pembawa atau sumber dari segala keburukan, apapun keburukan atau kehancuran yang terjadi pada saat itu ‘disebabkan’ adanya wanita.
Lalu, dari kalangan Yahudi berpandangan bahwa wanita hanya sebagai hambaya sahay, menjadi budak-budak para kaum pria. Ada juga dikalangan kristen memiliki sudut pandang bahwa wanita adalah ‘Ular’ yaitu sebagai sumber dosa.
Wanita pada saat Pra Islam, dianggap memalukan, tak berdaya upaya dan hanya ditindas, bagi Ibu yang melahirkan anak perempuan merupakan aib bagi keluarganya, jadi pada saat pra Islam, bayi perempuan ketika telah lahir maka Ia musti dikubur.
Ketika munculnya Islam, wanita amat sangat dimuliakan dan dijaga, dari seluruh aspek. Maka dari itu, Islam merupakan agama yang syamil, menyeluruh, dari aspek terkecil hingga terbesar dibahas dalam Islam.
Banyak sekali contoh Wanita Muslimah yang menjadi panutan bagi kita (Muslimah), bagaimana bersikap dan bertutur katanya para Ummatul Mukminin golongan Assabiquunal Awwalun, bagaimana menjaga marwah sebagai Muslimah, Izzah, dan juga Iffah.
Mereka membalut dirinya dengan 3 pakaian, dan pakaian yang paling utama bagi mereka ialah Libasut Taqwa (pakaian taqwa).
Allah memerintahkan kepada hambanya, sebagaimana yang termaktub dalam Al-qur’an sebagai berikut:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠)
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Jumu’ah: 10)
Dalam ayat tersebut menjelaskan, bertebaranlah kamu di muka bumi, tidak ada yang lebih bermanfaat di dunia ini selain kita memanfaatkan waktu dengan mengisi sesuatu yang bermanfaat bagi akhirat kelak.
Kita bisa menambahkan ketebalan ke-Iman-an kita dengan mengingat kembali peradaban pada zaman dahulu, dengan mempelajari bagaimana kehidupan yang terjadi pada saat itu, bagaimana mereka bisa beriman kepada Allah dalam kondisi yang tidak setenang kita pada saat ini.
Dengan itu semua, yakinlah bahwa kita sebagai Muslimah bisa menjadi tonggak peradaban Islam, pendobrak peradaban Islam pada saat ini, detik ini juga.
Berkaca kembali diri ini yang memiliki jatidiri sebagai Muslimah sejati, ketika mengingat akan kisahnya Ummul Mu’minin Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid, beliau merupakan orang yang pertama masuk Islam dan dikenal dengan keteguhannya dalam memegang ajaran yang dibawa oleh Suaminya yaitu Nabi Muhammad SAW dan meyakini bahwa Muhammad utusan Allah.
Tatkala Rasulullah mendapatkan Wahyu untuk pertama kali, khadijah mendukungnya sepenuh hati dan slalu membersamai. Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam, tidak pernah gentar meskipun kaum musyrikin mengancam, Beliau membantu Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam secara perlahan.
Khadijah mempelajari Islam setiap saat, agar menjadi Muslimah yang Ta’at. Beliau juga merupakan wanita muslimah yang dikenal dengan saudagar karena Ia pedangan yang jujur, sehingga membuat usahanya berkembang pesat.
Sebelum menikah dengan Khadijah, Rasulullah pun pernah bekerja pada khadijah menjalankan segala usahanya dengan penuh Amanah. Sayyidah Khadijah merupakan cperjalanan imah yang Mulia, sehingga Allah telah menjanjikan tempat baginya di Surga.
Kisah diatas merupakan cuplikan kecil dari perjalanan kehidupan Sayyidah Khadijah, dari cuplikan tersebut kita bisa mengambil banyak catatan perjalanan. Pada cuplikan tersebut mencerminkan bahwa perempuan juga bisa hidup mandiri, bisa sukses, bisa menjadi tonggak peradaban dari segi finansial, tetap diri berdakwah dalam menegakkan ajaran Islam pada segetir apapun keadaan, menjadi Istri yang shalihah, mendukung dalam hal kebaikan, penyemangat disaat suami sedang dalam masa sulit, hingga tak cukup dan tak akan bisa bila hanya disampaikan dalam bentuk kata maupun prosa mengenai gambaran ataupun lukisan kehidupan yang menjadi cerminan untuk kita.
Jika dikaitkan dengan keadaan sekarang, sungguh adanya kemerosotan ketika Muslimah diajak untuk berkiprah mensyiar ajaran agama Islam. Muslimah pada saat ini sudah termakan, sudah tergerus dengan istilah-istilah yang mana bukan menjadikan diri menjadi lebih baik lagi, tetapi hanya sekedar bawa Perasaan (BAPER) saja.
Contoh, beberapa bulan yang lalu ada seorang pemuda hafizh yang menikah dengan seorang akhwat, lalu bagaimana kebanyakan komentar yang muncul? Ih.. Baper, sedih ditinggal sama si fulan.
Ataupun perkara yang sejenis dengannya. Hay, sadaralah para Ummahatul Ghad, ibu-ibu dimasa yang akan datang. Jika Ibunya seperti ini, mudah tergerus, bagaimana dengan anak kita? Generasi setelah kita? Yang akan mendapatkan tantangan jauh lebih bahaya lagi daripada kita saat ini.
Jika kita masih berleha-leha, berfoya-foya, tidak menyiapkan bekal yang cukup, Masih memikirkan seputar dunia perjodohan, akan jadi apa generasi setelah kita? Apakah bisa kita disebut sebagai tonggak peradaban Islam?
Jawabannya, ada pada hati Muslimah masing-masing. Ingat!, masih banyak persoalan diluar sana, yang sudah tak terjamah lagi oleh pandangan kita tetapi harus segera tertuntaskan sampai akarnya.
Masih banyak contoh dan Ibrah yang kita ambil dari para Muslimah terdahulu, seperti Sayyidah Fatimah anak Nabi Muhammad SAW, yang di nikahkan dengan sahabatnya Ali Bin Abu Thalib, dengan mahar yang sangat rendah, tetapi Fätimah tetap memilihnya karena Agama yang dipegang Teguh oleh Ali.
Ada Maryam Binti Imran yang kita kenal keShalihannya, Maryam merupakan satu-satunya perempuan pada zaman itu yang mengabdikan dirinya di rumah Allah. Berbagai pekerjaan yang diberikan kepadanya, meskipun berat tetapi ia tak pernah mengeluh, sampai ketika Allah memberikan amanah kepadanya untuk mengandung janin tanpa seorang ayah, lantas banyak cemoohan, caci maki, gunjingan orang-orang sampai kepada Maryam, hingga suatu hari Maryam melahirkan, dan pemuka Quraisy yang sangat membenci maryam mencemoohnya di depan khalayak umum, dan maryam tidak bisa berbicara sepatah katapun, tetapi ketika pemuka tersebut bertanya.
Maryam hanya mengisyaratkan “bertanyalah kepada bayi ini”, semakin dicemoohlah Maryam, dan pemuka tersebut menanyakan kepada bayi tersebut, hingga mukjizat Allah muncul, bayi tersebut berkata “Aku adalah hamba Allah, Isa Al-masih putra Maryam”. Ada Asiyah istri Fir’aun, yang terkenal sebagai seorang Istri tidak boleh akan ta’at kepada suaminya dalam kemaksiatan, oleh sebab itu Asiyah tetap berpegang Teguh pada ajaran Islam.
Tiga cuplikan kisah diatas merupakan kisah-kisah para Muslimah terdahulu yang tetap mempertahankan keimanan, keislaman, sehingga Allah telah menjanjikan kepada mereka tempat di Surga. Banyak pula cerminan yang bisa diambil untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Beberapa bulan terakhir, perlu diketahui oleh khalayak umum dan perlu disadarkan bahwa ternyata, tanpa disadari, remaja Muslimah kini telah membuat suatu trend yang baru yakin mengikuti kajian keIslaman di berbagai tempat, rasanya jika tidak mengikuti kajian tersebut belum sah menjadi remaja zaman now yang sedang booming.
Oleh karena itu, marilah bersama kita merubah paradigma bahwa disaat zaman yang disebut dengan kemerosotan tonggak peradaban Islam, para Muslimah hadir menjadi Agent of Change. Meskipun ada beberapa catatan untuk trend tersebut.
Ternyata, keutamaan amalan bagi wanita Muslimah bukan hanya mengikuti kajian atau mempelajari keIslaman saja, melainkan kita harus melaksanakan shalat 5 waktu, sharm Ramadhan sebulan penuh, menjaga harga diri atau Marwah (kehormatan) sebagai wanita Muslimah dengan cara tidak menampakkan aib kita di muka publik.
Sadarlah wahai Muslimah, bahwasanya Allah dengan mudahnya menutup aib kita, lantas mengapa kita yang malah membukanya? Bukankah pada dasarnya manusia itu penuh pencitraan (untuk konotasi hal baik)? Menjaga harga diri dengan apa?
Kurangilah Update status yang tidak berfaedah, janganlah mengumbar rasa di media sosial, jika semakin sering, maka cepat atau lambat akan terasa hambar.
Dan keutamaan bagi seorang Muslimah yang sudah menikah ialah Taat kepada suami, dalam hal kemaslahatan bukan kemaksiatan, jadilah istri yang menyenangkan, menenangkan, dan mendambakan.
“Cobalah berhenti merendahkan diri sendiri sebagai wanita yang ingin dipandang elegan dan terhormat, dengan tidak mengobral kelabilan, kepribadian dan mengumbar diri dengan serendah-rendahnya. Belajar perbaiki sikap, tingkah laku, asah kemampuan yang mumpuni, jadilah ‘humble’, dengan begitu ‘inner beauty’ yang terpancar akan menjadikanmu seorang wanita yang elegan.”~FLM
Klasifikasi atau Ragam wanita Muslimah dan perannya terdapat kedalam 4 kategori. Wanita Muslimah sebagai Anak, apa yang perannya? Yaitu tata kepada kedua orangtua, Ibu dan Bapak.
Karena, pada keduanya lah dimana anak akan mendapatkan keridhaan dari Allah. Yang kedua ialah Wanita Muslimah sebagai Istri, peran apa yang dimainkannya? Yaitu taat pada Suami.
Bahkan Nabi SAW pernah berkata: “Bila boleh aku menyeru kepada kalian untuk sujud selain kepada Allah. Maka aku akan menyeru Istri untuk sujud kepada Suaminya”. Wahai kaum Istri, tatalah kepada suamimu karena padanyalah kau akan melihat surga atau neraka ada padamu, keRidhaanmu ada padanya, jadilah engkau sebagai penyejuk atas kemarahannya, jadilah engkau sebagai penenang disaat kepindahannya, dan jadilah engkau sebagai penenyenang disaat kesedihannya.
Lalu, ada Ibu yang berperan sebagai Madrasah Ülā untuk anak-anaknya. Dan yang terakhir Muslimah sebagai Tonggak Peradaban yang berperan sebagai The Agent of Change.
Di tulisan ini pula, jika pembaca membaca hingga akhir. Saya akan memberikan Tips atau Syarat apa saja yang harus dilakukan agar kita bisa menjadi Wanita Muslimah Tonggak Peradaban.
Pertama, seorang Muslimah wajib memiliki Salimul Aqidah (Aqidah yang baik) karena pondasi awal sebagai seorang Muslim ialah Aqidah yang baik.
Kedua, Shalihin Ibadah (Ibadah yang baik) beribadah hanya mengharapkan keridhaan dari Allah, tidak boleh diiringi dengan rasa riya sedikitpun, melaksanakan shalat tepat pada waktunya, segala sesuatu yang bersifat lita’abudi itu ditujukan hanya karena Allah.
Yang ketiga, Akhlak yang baik, kepada semua Ciptaan Allah, baik itu Makhluk hidup, hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya. Bisa menerima segala perbedaan agar tidak adanya perpecahan, dan masih banyak lagi.
Yang keempat, Qawiyul Jism (Fisik yang kuat), karena Muslim yang kuat lebih dicintai Allah daripada Muslim yang lemah.
Kelima, Cerdas dalam segala aspek, tapi perlu kita ketahui, bahwa orang yang fokus dalam satu bidan yang Ia gemari (hobi) itu lebih baik daripada meraup semua bidang tetapi tidak terkuasai.
Keenam ialah Mandiri, lalu bersungguh-sungguh dalam segala hal, dapat memanage waktu bisa membedakan mana skala prioritas dan mana skala minoritas, sistematis dalam segala hal sebelum melaksanakan suatu urusan dan yang terakhir ialah yang bermanfaat bagi yang lain.
Karena, Begitu indahnya menjadi wanita sholihah. Sebab saat kecil, ia penyejuk hati, selalu menghadirkan senyum untuk ayah bundanya. Sebab saat remaja, ia penebar haruman kebaikan yang mewangi, sembari menjaga izzah dan iffah diri.
Sebab saat dewasa, ia penghangat sepi sang suami, dengan merekahkan senyum surgawi. Sebab saat bergelar ibu, ia menghebatkan diri, untuk berikhtiar agar menjadi uswah, teladan terbaik bagi sang buah hati. Dan saat wafat, ia terkenang sebagai cinta sejati, hingga jutaan air mata tumpah karena kehilangan-nya. Walau sebenarnya seluruh penduduk langit tersenyum, sebab tahu wanita itu akan dinobatkan sebagai ratu bidadari di surga-Nya. (/Daisy Salsabila)